Lay Story
I am searching for the one I can't see anymore. I am listening for the one I can't hear anymore.i can see the things I couldn't see. I can hear the things I couldn't hear. You've given me this power ever since you left me right here. -Zhang Yixing-
***
Changsa - 2001
Kelopak matanya bergerak-gerak perlahan. Diikuti gerakan jari-jari tangannya yang lemah. Kelopak mata it uterus dan terus saja bergerak. Berusaha membuka sempurna. Terus dan terus bergerak hingga akhirnya kelopak yang menutupi indera penglihatan itu pun terbuka sempurna.
Matanya terbuka dan langsung disambut kilauan cerah yang memekakkan mata. Mata itu tertutup kembali akibat gagalnya penyesuaian dengan cahaya luar. Kelopak itu kembali bergerak sebelum akhirnya terbuka kembali dan mulai menyesuaikan cahaya terang yang ada.
Ia menatap sekeliling. Merasa asing taka sing dengan tempat tersebut. Otaknya langsung mulai bekerja untuk mengetahui alasan mengapa ia bisa berada di tempat tersebut. Apa yang telah terjadi sebelumnya.
Pening menyerang kepalanya. Tangan kirinya bergerak untuk memegangi dahinya yang sakit. Namun, sebuah selang infuse menghalangi gerak tersebut. Pening semakin hebat menghampirinya saat ia mulai berfikir keras dimanakah ia sebenarnya.
Ia mengedipkan matanya berkali-kali untuk mengurangi rasa pening yang menyerang. Ia kembali menata sekeliling. Hingga...sebuah tangan mungil langsung membekap mulutnya. Jeritan yang seharusnya ia keluarkan beberapa detik yang lalu langsung tertelan kembali.
"Jangan berteriak. Amandelmu masih belum sembuh total." Bisik gadis sang pembekap mulut tersebut. Lelaki mungil itu hanya mengangguk pelan meski tak mengerti apa maksud perkataan gadis asing yang ternyata berada di ruangan yang sama dengannya.
Dirasa tak akan berteriak, gadis itu menjauhkan tangannya dari mulut lelaki itu. Lalu, mata gadis itu menelusuri seluruh bagian tubuh lawan bicaranya dengan seksama. Lelaki kecil itu pun merasa risih langsung memalingkan mukanya ke arah lain.
"Kau tahu? Beberapa jam yang lalu, waktumu tinggal di bumi hampir saja habis jika saja aku tidak datang menolongmu." Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya, kembali tak mengerti dengan apa yang dbicarakan gadis itu.
"Ayahmu menangis tersedu di depan ruang operasi karena tidak menemukan darah yang cocok untuk mengganti darahmu yang hilang. Hingga akhirnya aku datang." Ia menoleh dan menatap gadis itu bingung. Sekarang, apa lagi hal aneh yang dibicarakan gadis kecil ini? Jika dilihat, dia tidak jauh dengan lelaki itu. Sekitar... 10 tahun?
Gadis itu memajukan wajahnya hingga berjarak beberapa senti saja dengan lelaki tersebut. "Bisa dibilang, aku malaikat penolongmu." Bisiknya amat lirih. Anehnya, suara itu terdengar lembut di telinganya.
Gadis yang tak diketahui darimana asalnya itu kembali menjauhkan diri dari lelaki yang sejak tadi diam. Ia tersenyum tipis sebelum mengambil langkah pergi dari ruangan tersebut. "Ah iya..." Ia berhenti saat baru berjalan 3 langkah. "Hai Zhang Yixing. Namaku Huang Yilei. Karena kita seumuran, panggil aku Yilei."
"Baik-baiklah padaku, karena aku adalah malaikat penolongmu." Ia mengedipkan sebelah matanya sebelum benar-benar berlalu pergi. Lelaki mungil itu sempat mendengar gerutuan sang gadis mengenai hemophilia. Cih ! Kata aneh apalagi itu.
Yixing -lelaki mungil tersebut- mengambil nafas dalam dan menghembuskannya singkat. Ia tak tahu yang baru saja terjadi dengannya apakah hal nyata atau bukan. Sepertinya hidupnya benar-benar hampir mendekati maut. Ia kira ia baru saja bertemu malaikat sungguhan. Ternyata... gadis itu hanyalah gadis pengganggu selama ia menginap di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasaeng Fans [EXO]
FanficAda dua sisi berbeda dari sang oppa. Sisi yang ada di depan layar kaca. Dan, Sisi yang ada di belakang layar kaca. Sasaeng fans, tahu semua sisi itu. *** "I'm Miranda Savia. Not Miranda Kerr. But, i'm sexier than your miranda, Oppa." Dan Sehun hanya...