Chen Story - Bukan Pemeran Utama
Di dalam cerita drama, mereka yang jahat mendapat cinta sang pemeran utama wanita. Sedangkan yang baik, hanya mendapatkan tempat sebagai teman terbaik. Sayangnya, aku bukan si lelaki jahat, melainkan si pemeran baik itu. -Kim Jongdae-
***
-Chen POV-
Lagi-lagi aku melihat gadis itu tenggelam dalam isak tangis. Meringkuk sendirian, menenggelamkan wajahnya di ceruk pahanya. Sebabnya? Aku yakin hal yang selalu sama. Dengan tokoh yang sama pula.
Ingin sekali rasanya aku berteriak. Hey gadis bodoh, berhenti menangis. Berhenti menangisi lelaki itu. Apa air matamu tak ada habis-habisnya? Apa matamu tak lelah? Kenapa kau tak menggunakannya untuk yang lain saja? Untukku mungkin?
Bukan. Bukan berarti aku ingin menjadi brengsek seperti lelaki lain itu. Tetapi, jika dengan menjadi brengsek seperti dia bisa memberi sedikit ruang untukku di hatimu. Aku akan melakukannya. Dengan cara yang sama.
Sayangnya, aku bukan tokoh jahat itu. Aku hanya lelaki baik yang datang di kehidupanmu. Hanya untuk menghapus air mata. Tanpa bisa melakukan lebih. Yang hanya mendapat jabatan sebagai lelaki baik, tak lebih dari seorang teman. Bukan lelaki lain yang ingin kau miliki. Bukan lelaki lain yang membuat hatimu berdebar.
"Usap air matamu." Ku lemparkan selembar sapu tangan ke arahnya. Sejak malam tadi hingga menjelang pagi, tangis itu tak kunjung berhenti. Dan aku benci dengan takdir. Yang membuatku muncul di saat seperti ini.
Gadis itu menggeleng. Masih tak menampilkan wajahnya. Yang dirinya yakini akan sangat berantakan. Dengan ingus yang bercampur air mata bercampur di mana-mana menghiasi wajahnya.
"Cepat hapus itu. Dan berhenti menangis. Kau tak lihat ingusmu meluber kemana-mana?" Dan aku hanya bisa berpura-pura teriak marah. Hah, sungguh palsunya dirimu Chen. Memuakkan.
"Jika masih menangisinya, kenapa kau melepasnya. Bodoh."gumamku pelan. Sembari melangkah jauh. Ya, aku harus segera pergi dari sana. Jika tidak, aku akan melakukan hal-hal bodoh lain. Menempatkan diriku menjadi si second man kembali.
***
Aku melangkahkan kakiku menuju pekarangan dorm. Mencoba tak peduli dengan gadis sebelah rumah yang -mungkin saja- masih meringkuk di depan rumahnya sendiri. Aku membuka pintu, masuk ke dalam rumah. Langkahku terhenti. Melihat sang pemeran utama tengah berjalan menuju ruang tamu sembari memegang sebuah cangkir di tangannya.
Kedua mata kami saling berpandangan. Tanpa banyak kata, aku dan Baekhyun tahu apa tengah kami perdebatkan. Apa yang membuat kami memandang sinis satu sama lain.
"Menyenangkan ya." kalimat itu lolos dari bibirku. Begitu sarkatik.
"Berapa lama dia menangis?" Baekhyun mengabaikan kata-kataku. Mengalihkannya ke pertanyaan lain. Dirinya masih juga berdiri. Dengan cangkir di genggamannya dan tatapan yang tertuju padaku.
"Apa hak mu bertanya demikian, eh?" nada bicaraku masih saja sarkatik.
"Bukan aku yang melepasnya." ucapnya singkat. Sebelum menengguk sesuatu yang mengepul dalam cangkirnya.
"Tapi sikapmu mengatakan kau memerintah gadis itu untuk melepasmu."
Baekhyun terkikik. Entah bagian mana dari kata-kataku yang terdengar lucu.
"Lalu itu salahku jika hati ini tak lagi berdebar untuknya?" Lelaki itu membalas omonganku telak. Nadanya berubah sarkatik. Lebih sarkatik dibanding nada bicaraku. "Bukankah kau harusnya senang. Akhirnya, kau tak memiliki pesaing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasaeng Fans [EXO]
FanfictionAda dua sisi berbeda dari sang oppa. Sisi yang ada di depan layar kaca. Dan, Sisi yang ada di belakang layar kaca. Sasaeng fans, tahu semua sisi itu. *** "I'm Miranda Savia. Not Miranda Kerr. But, i'm sexier than your miranda, Oppa." Dan Sehun hanya...