24

52K 4.5K 198
                                    

Bonus, dalam rangka 100k lebih pembaca, hhe.

.
.
.
.

_________

"Selamat atas terpilihnya kalian berempat, saya mempercayakan kalian untuk membawa nama sekolah ini. " Bu Jema membuka suara, sambil menatap keempat muridnya yang terpilih secara bergantian. "Saya harap kalian akan bersungguh-sungguh dalam olimpiade ini, dan saling bekerjasama. "

Pak Reza—laki-laki paruh baya yang duduk di samping Bu Jema ikut membenarkan. "Selama pembekalan ini, saya yang akan membimbing kalian berempat. Saya harap kalian serius, jangan melibatkan hal di luar kepentingan yang membuat kalian terpecah. Saya mempercayakan kamu Bastian—kamu yang lebih berpengalaman selama ini, dan juga Callie. "

Pak Reza menghembuskan nafasnya pelan, dia melirik ke arah Zidane yang diam menyimak. Dia tentu kaget dengan hasil yang diterimanya, dia yang sempat merendahkan Zidane, nyatanya anak itu mendapatkan nilai yang memuaskan. Dia hampir tidak mempercayainya. "Jika ada kesulitan dalam mengatur, kamu bisa konsultasi dengan saya, Bastian. Apalagi—kita kedatangan murid baru seperti mereka berdua. "

"Nih guru nyindir gue?" Zidane membatin. Pandangan Pak Reza hanya tertuju padanya, padahal Selly juga merupakan murid yang pertama kali ikut bukan? "Gue nggak susah diatur, kemarin-kemarin aja saya diem Pak, nggak buat ulah. "

"Apa maksudmu Pak Reza?" Bu Jema menatap ke arah Pak Reza dengan tatapan kesal, sementara Pak Reza menatapnya seolah tidak tau menahu.

"Memangnya apa yang saya katakan, Bu?" ujar Pak Reza menunjuk dirinya sendiri. Bu Jema kembali mendengus, menatap ke arah Zidane dengan sorot mata yang berbeda, tidak ada tatapan merendahkan lagi dari wanita itu, melainkan tatapan tulus.

Bastian kini juga berganti menatap Zidane, dan kembali menatap ke arah 2 guru di depannya itu. Dia membuka suara seolah menengahi pembicaraan keduanya. "Saya akan mengusahakan yang terbaik, Bu, Pak. "

"Baguslah. " Pak Reza tersenyum tipis. "Kamu adalah murid kebanggaan saya, Bastian. Saya berharap kamu bisa kembali mengharumkan nama sekolah ini. Baiklah, kalian boleh keluar, nanti temui saya di Perpustakaan setelah jam istirahat. Saya akan membahas beberapa materi nanti. "

"Baik Pak. "

Mereka bergantian berpamitan untuk keluar, keempatnya kini berada di depan ruangan guru. Masing-masing dari mereka saling pandang, lebih tepatnya Callie yang merasa tidak suka melihat Selly berjalan di belakang sosok Bastian.

"Lo ganjen banget sih jadi cewek!" teriak Callie kesal, bahkan saking kerasnya suara Callie membuat Zidane reflek menyerngitkan dahinya. "Jangan deket-deket lo sama Bastian!" Callie menarik kasar seragam Selly yang membuat gadis itu terjatuh karena tidak siap.

"Apa-apaan lo Callie!" Kini Bastian yang mengeluarkan suara tingginya, dia membuat Callie terhuyung ke belakang. Dia menyamakan tingginya dengan Selly, dan membantu gadis itu untuk berdiri. "Ada yang sakit?"

"Kok gue harus liat yang beginian sih?" Zidane merutuki dirinya kesal. Adegan percintaan seperti ini membuatnya teringat akan masanya saat masih berada di tubuh aslinya, dia benar-benar tidak ingin ikut dalam hal seperti itu lagi. Bisa-bisa dia malah pindah alam untuk kedua kalinya kan? "Klasik banget. "

"Nggak papa Kak, " balas Selly pelan. Dia kini perlahan bangkit, dibantu oleh Bastian. "Maaf Kak, a-aku nggak maksud apa-apa sama Kak Bastian—"

"Ngapain lo minta maaf sama dia?" potong Bastian dingin, laki-laki itu kini menatap ke arah Callie penuh amarah. "Minta maaf sama Selly sekarang!"

"Gue? Minta maaf?" Callie menggelengkan kepalanya pelan. "Bas, kamu apa-apaan sih perhatian sama nih cewek! Aku bahkan lebih baik dari dia dari segi manapun! Jangan-jangan kamu suka lagi sama dia?"

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang