Bagian 15 : Salah Paham

546 51 16
                                    

Jihyo meregangkan tubuh yang serasa begitu pegal. Ya, semenjak positif hamil, ia memang sangat sering merasakan pegal-pegal pada tubuhnya. Walau ia tidak merasa mual—seperti ibu hamil pada umumnya, ia malah mengalami tubuhnya yang terkesan lemah. Jihyo menyadari hal itu. Belum lagi, nafsu makannya yang meningkat, sudah dipastikan berat badannya yang naik drastis. Jihyo sepertinya harus menimbang tubuhnya.

Kali ini, Jihyo lantas mengamati sekitar, tetapi mata bulatnya langsung dihadapkan pemandangan begitu mengagumkan. Seorang pria teramat tampan dan luar biasa ketika tertidur menyamping ke arahnya. Ia bahkan tidak menyadari posisi mereka yang saling berpelukan. Manis sekali. Jungkook mengorbankan kemungkinan lengannya yang akan mati rasa karena dijadikan sebagai bantalan kepala Jihyo.

Suami siapa sih ini?

Jihyo begitu gemas. Berakhir jemarinya berada dipermukaan wajah Jungkook. Menari dan mengelus begitu lembut, seakan wajah Jungkook adalah monumen yang begitu berharga, tidak boleh ada coretan barang sedikit saja. Senyum juga merekah begitu lebar di wajah Jihyo. Sungguh, ia tidak menyadari jika perbuatannya membuat Jungkook yang sebelumnya tertidur dengan begitu lelap, kini terbangun—menatapnya sayu, tetapi senyum manis terbit di wajah bantalnya.

"Selamat pagi, Jihyo. Bagaimana tidurmu? Aku benar-benar tertidur sangat lelap hari ini," kata Jungkook yang masih fokus pada Jihyo yang terpaku. Ia seperti seorang pelaku pencuriaan yang tertangkap sedang mencuri.

"Hm ... selamat pagi. Aku minta maaf karena mengganggu tidurmu yang begitu lelap."

"Bukan masalah besar. Lagipula sudah waktunya bangun, bukan?"

Dengan sedikit malu-malu setelah tadi menarik kembali jemarinya, ia menggangguk. Secara spontan juga menggigiti bibir bagian bawah. "Iya, walau masih pukul enam pagi. Terima kasih dan maaf juga karena lengan Senior berakhir menjadi bantalku." Sembari Jihyo melepaskan diri, tetapi Jungkook tetap membiarkan posisi mereka, bahkan semakin merapatkan diri. Benar-benar Jungkook menyelami tubuh Jihyo dalam dekapan itu.

"Senior ..."

"Aku memang lancang, tetapi biarkan aku memelukmu seperti ini selama lima menit. Jika tidak keberatan."

Permintaan yang dilakukan oleh Jungkook menurut Jihyo manis, walau ia telah melakukannya terlebih dahulu. Setidaknya, Jungkook mengutarakan sesuatu yang jika Jihyo tidak senangi, akan mereka akhiri. Jihyo pun tidak menjawabnya, karena dengan mengusap punggung Jungkook sepertinya sudah menjadi jawaban yang pas. Dalam pelukan itu, tatkala wajah Jungkook berakhir di area ceruk leher langsung tersenyum lebar, kembali ia memejamkan mata. Menurutnya, bau Jihyo begitu memabukkan tanpa ia harus meneguk alkohol dan sialnya, sesuatu dalam dirinya selalu dibuat menegang.

Jangan merusak suasana tolong .... Jungkook membatin.

Sementara Jihyo, masih terus mengusap punggung Jungkook walau pada akhirnya tergoda untuk memainkan rambut Jungkook yang mulai lebat. Jihyo sedikit berpikir, keintiman mereka di luar prediksinya. Terlebih setelah pengakuan itu, Jihyo sebenarnya belum menjawab apa-apa karena gairah di antara mereka dan tahu-tahu lampu kembali menyala. Jungkook bahkan tidak menuntut jawaban atau kembali mengatakannya, membuat Jihyo gelisah sendiri. Bukankah ia seharusnya memberikan balasan yang sama—perasaan yang melingkungi dirinya yang memang sama dengan Jungkook rasakan? Hanya saja, Jihyo sedikit malu jika membahas soal pengakuan cinta. Ia sama sekali tidak memiliki pengalaman apapun soal ini.

"Ji, kau tidak perlu menyiapkan bekal untuk hari ini." Alhasil, gerakan tangan Jihyo berhenti di memainkan rambut Jungkook.

"Kenapa, tidak suka dengan makanannya?"

Jungkook menggeleng di ceruk lehernya. Sial, Jihyo merinding merasakan pergerakan dan helaan napas Jungkook yang hangat—menciptakan gairah di pagi hari. "Hari ini ada acara pertemuan para konsultan hukum di LUX Hotel. Acaranya siang hari, itu berarti aku akan makan di sana bersama yang lainnya."

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang