Bagian 14 : Selamat Ulang Tahun

588 53 13
                                    

"Jihyo, serius kau tidak memilih teman kelompok untuk makalah ini? Kau mengerjakannya seorang diri?" tanya Profesor Han yang kebetulan mengajar mata kuliah Manajemen Risiko dan Investasi, cukup terkejut dengan makalah yang dibahas oleh salah satu mahasiswanya yang lebih baik dari mahasiswa yang melakukannya secara kelompok.

Jihyo tersentak kala menyerahkan makalah sebagai bahan penilaian kala sesi presentasinya telah usai ia lakukan. Sebisa mungkin, Jihyo untuk tenang. "Iya, Profesor. Saya melakukan seorang diri untuk penelitian dan wawancara dengan makalah ini. Saya merasa saya bisa melakukannya sehingga saya mengajukan melakukannya secara individu," jelas Jihyo seraya membungkukkan tubuhnya. Profesor Han mengangguk paham, ia terlihat tersenyum lebar.

"Perhatian. Untuk minggu ini dengan mata kuliah saya, presentasi mahasiswa atas nama Han Jihyo nyaris sempurna dengan pembahasan mengenai invenstasi skala international yang memuaskan. Saya harap kalian bisa berdiskusi dengannya," kata Profesor Han dengan blak-blakan, mengundang tatapan sinis yang dicurahkan oleh beberapa mahasiswa. "Nona Han, silakan kembali ke tempatmu dan terima kasih atas makalahnya!"

Jihyo kembali memberikan penghormatan dengan membungkukkan tubuh. "Saya yang harus mengatakannya, Profesor. Terima kasih banyak." Kemudian Jihyo berlalu dengan kepala terangkat—tidak merasa takut dengan tatapan yang seperti ingin membunuh.

Hanya saja, ketika Jihyo merasa tidak mengganggu mereka, ia tetap saja terkena batunya. Seperti saat ini, ia nyaris saja jatuh kala seorang gadis bangkit dan menyenggolnya. Gadis itu memang memiliki keperluan mendadak dengan Profesor Han, tetapi disisi lain sengaja untuk menabraknya. Jihyo menatap ke arahnya dengan penuh amarah. Beruntung ia menahan tubuh dengan memegang ujung sebuah meja, tidak lupa Jihyo memegangi perutnya yang seolah-olah harus dijaga begitu ketat.

"Dasar wanita murahan yang suka cari muka!"

Dia, gadis itulah bersama dengan kedua temannya yang menyeret Jihyo waktu itu hingga memasuki pusaran takdir yang tidak terduga. Gadis yang terang-terangan tidak menyukainya dan selalu menganggap dirinya sebagai penjahat. Bahkan, gadis itulah yang menjadi alasan Jihyo membenci cinta dan persahabatan. Dia adalah Goo Mirae—seseorang yang pernah menjadi sahabat Jihyo disekolah menengah pertama.

Jihyo pun mencoba untuk tetap tenang. Setelah ia melewati perjalanan waktu, ia merasa harus bisa menahan diri yang terkadang ingin meledak, walau terkadang hal itu begitu sulit untuk dilakukan. Sekali lagi, Jihyo mengusap perutnya yang berbalut hoodie, kemudian kembali di tempat duduknya. Mengingat, mereka masih membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk meninggalkan kelas.

"Huh, membosankan." Itulah yang Jihyo katakan sesaat melihat Mirae mulai memaparkan materi makalahnya yang bertele-tele dan tidak berbobot.

***

Jungkook menuntun sepuluh jarinya untuk berselancar di papan tombol. Walau mereka tengah mengejar waktu ke Daejeon, ia sebagai ketua tetap mengkoordinasi untuk masalah perkara yang lain—perkara yang baru dipegang oleh divisinya. Divisi pertama yang berisi empat orang, ia sebagai ketua lalu ada Sohyun, Haejun dan Loona. Hanya saja, untuk masalah sengketa tanah ini, ia dan Sohyun yang memegangnya. Sementara Haejun dan Loona fokus pada kasus narkoba yang membuat pusing kemarin.

Ya, Jungkook sedang melakukan perbaikan terhadap memori banding yang telah diketik oleh dua rekan lainnya berdasarkan bukti yang ada kemudian akan diajukan ke Mahkamah Agung.

Alhasil, Sohyun'lah yang mengemudi—tidak seperti biasanya yang mana ialah yang wajib menyetir, karena Sohyun yang malas untuk melakukannya. "Perjalanan kita masih jauh, masih ada satu jam lagi. Semoga saja diperbatasan tidak macet seperti biasanya," kata Sohyun yang memberikan informasi sekaligus memecah keheningan yang tercipta, walau suara radio mobil sejak tadi menggema.

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang