Bagian 39 : Dia Mengetahuinya

197 30 4
                                    

Kondisi Hanni semakin membaik, walau ia tetap harus bergantung dengan obat-obatan. Mereka paham itu dan mencoba upaya yang terbaik untuk sang ibu mertua yang sudah Jihyo anggap sebagai ibunya sendiri. Selain memberikan pengobatan efektif yang memang harus didapatkan agar Hanni memiliki kesempatan hidup yang lebih panjang lagi, mereka juga selalu ada di sisi Hanni untuk sekadar mengajak mengobrol—berharap Hanni tidak merasa sendirian.

Itulah yang Jihyo lakukan. Ia akan menyempatkan diri saat ia tidak ada kelas. Lagipula, siapa lagi yang harus diandalkan? Jungkook juga memiliki kesibukan untuk mengusahakan yang terbaik perihal kasus yang tengah ia pegang dan membuatnya terkadang pulang larut malam. Jihyo paham itu. Belum lagi, Jihyo juga merasa kasihan dengan Bibi Song yang terkadang tak meninggalkan rumah sakit sehingga memutuskan untuk bergantian kala ia sempat untuk datang.

Itulah yang terjadi saat ini. Hanya ada Jihyo dan Hanni di dalam kamar inap. Tampak Jihyo yang tengah menyuapi bubur yang diberikan kepada Ners pada Hanni sebelum meminum obat dari dokter.

"Satu suap lagi ibu!"

Namun, Hanni menggeleng. "Tidak, Jihyo. Ibu sudah sangat kenyang. Ibu serius," ucapnya bak anak kecil yang merengek, membuat Jihyo terdiam hingga menarik napas dan menghembuskannya dengan pelan.

"Oke, tetapi setelah ini, ibu harus meminum obat dan beristirahat. Itu harus!" Jihyo memberikan penekanan agar sang ibu mertua bisa paham.

Alhasil, Hanni terlihat mengerucutkan kedua bibir sebelum mengangguk. Ia memilih menurut kala Jihyo yang sudah menaruh mangkok bubur ke atas meja, lantas menyodorkan beberapa tablet obat yang harus ia telan. Dengan susah payah, Hanni mencoba untuk melakukannya hingga obat itu tertelan—masuk ke melewati tenggorokan dan membuat Jihyo tersenyum puas.

"Ibu pasti akan sembuh dan kita bisa berkumpul bersama-sama lebih lama nanti. Aku percaya itu," ucap Jihyo dengan senyum lebar seraya menaruh gelas yang baru saja diteguk habis oleh ibu mertua.

Tentu saja, Hanni tertegun. Ia sudah merasa tidak akan sembuh, lagipula tidak ada alasan dirinya terlalu lama di dunia ini, tetapi perkataan dari menantunya, membuat hati Hanni berdebar dan seketika berharap perkataan Jihyo bisa tercapai.

Bukankah menyenangkan bisa berkumpul bersama hingga ia bisa bermain-main dengan cucu nanti? Momen itu, Hanni hanya berharap hal tersebut memang bisa terkabulkan—walau hanya kecil kemungkinan.

"Ayo, ibu harus beristirahat. Jungkook nanti marah jika ibu tidak ingin melakukannya," ucap Jihyo dengan pelan. Kali ini, ia sudah mengambil tempat duduk di samping ibu mertuanya.

Hanni yang mendengar hal itu merasa sedikit tidak senang. Jika disuruh jujur, ia bosan hanya tiduran seperti ini. Ia rindu bekerja, menghasilkan uang dan melakukan banyak hal saat tubuhnya masih begitu sehat. Entahlah, ia bahkan merasa hanya akan merepotkan anaknya nanti.

"Ibu belum mengantuk. Tetapi bisakah kau sedikit bercerita," pinta Hanni yang langsung mengalihkan pembicaraan.

Secepat kilat, membuat Jihyo mengerjapkan mata. Cukup terkejut dan mendadak bingung jika disuruh untuk bercerita. "Cerita apa? Aku sama sekali bingung memulai cerita dari mana," ucap Jihyo jujur dan berhasil membuat senyum Hanni mengembang gemas.

"Apapun itu, tetapi bagaimana dengan kisahmu dengan suamimu? Kurasa, ada cerita menarik hingga Jungkook yang dingin bisa begitu menghangat jika bersamamu," ucap Hanni yang mencoba memberikan saran. Alhasil, Jihyo langsung merasakan kedua pipinya yang merona merah.

Hei, mana mungkin ia bercerita soal kisahnya dengan Jungkook yang begitu rumit! Bahkan, Jihyo sendiri tidak tahu harus memulai dari mana. Apa dari kecelakaan kecil hingga mereka bisa menikah atau dari dirinya yang memiliki kesempatan untuk memutar waktu? Tentu saja, itu bukanlah cerita menarik yang harus Jihyo katakan. Bisa-bisa, ibunya akan terkena serangan jantung saat Jihyo berkata seperti: Aku dari masa depan yang mengubah beberapa alur di masa lalu hingga terjadi keselarasan yang begitu pas! Omong kosong!

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang