Bagian 17 : Liar

637 57 10
                                    

Hari ini, Jungkook dan Jihyo sedang berada di Seoul University Hospital untuk melakukan pengecekan rutin. Bahkan, Jungkook meluangkan waktu untuk menemani sang istri hingga berakhir Sohyun yang sementara waktu meng-handle beberapa hal terkait kasus kemarin yang sudah berada di tahap menuju akhir. Setelah melihat pemeriksaan secara langsung, Jungkook akan menyusul—itulah yang memang akan ia lakukan.

Keduanya melangkah saling bergandengan bak pasangan suami istri yang dimabuk asmara. Setelah pengakuan yang juga diberikan oleh Jihyo, nyatanya mengubah kedekatan hubungan mereka yang perlahan lengket bak prangko dan surat. Jihyo mulai menyukai apa yang ia lakukan—berusaha damai dan menerima kenyataan yang sudah ia dapat, begitupun dengan Jungkook. Ia sangat bahagia dengan keajaiban yang terjadi.

Jelas, ia tidak akan menyia-nyiakan momen ketika Jihyo seperti ini. Bukankah inilah yang Jungkook harapkan selama ini?

"Senior, sungguh, aku benar-benar khawatir." Tiba-tiba, Jihyo berujar spontan, jelas membuat Jungkook langsung menghentikan langkah. Ekpresinya tampak ikut khawatir, padahal ruangan dokter obygin sudah ada di depan mata.

"Khawatir kenapa? Apa ada yang sakit?" tanya Jungkook yang dasarnya logis untuk ditanyakan, tetapi Jihyo menggelengkan kepala. Ia bahkan memilih untuk melanjutkan langkah sembari menggenggam jemari Jungkook untuk mendekati ruangan yang harus mereka tuju.

"Tidak ada yang sakit, hanya khawatir tak beralasan. Sudahlah, kita harus segera menemui dokter dan Senior juga harus kembali bekerja, bukan?" Namun, Jungkook tidak membalas. Ia hanya menghela napas, menurut apa yang istrinya inginkan, hingga berhadapan dengan seorang wanita cantik dan anggun menggunakan jas putih khas dokter.

Jihyo tidak mengingat dokter yang ada di depannya yang ternyata menangani dirinya kala ingatan masa lalu sekilas terlintas, padahal wanita tersebutlah yang menjadi dokternya hingga proses persalinan selesai. Jihyo bisa menyadari betapa tidak pedulinya ia dahulu.

"Baik, Nyonya Choi. Kita bertemu lagi. Apakah ada keluhan akhir-akhir ini?" tanya dokter tersebut. Jihyo bisa melihat namanya—Cha Chaerin yang tersenyum begitu manis kepadanya. Perlahan, ia menoleh pada Jungkook yang ternyata memberikan fokus sama kepadanya, lalu ia menggelengkan kepala.

"Tidak ada. Hanya aku terkadang pegal-pegal dibeberapa kesempatan. Selebihnya, mual atau sejenisnya, sejauh ini belum aku rasakan. Apa itu masih normal?" tanya Jihyo yang mencoba untuk berpikir—barangkali ia melewatkan sesuatu, tetapi seingatnya, apa yang ia katakan sudah benar.

Dokter Chaerin mengangguk, ia terus saja tersenyum. "Itu masih kadar normal, Nyonya. Akan tetapi, kita harus melakukan USG untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan ini bertujuan agar kita bisa melihat pertumbuhan sang bayi," katanya lalu bangkit. "Mari, kita ke sebelah sana."

Jihyo tidak langsung ke sana. Jemarinya malah dengan spontan menggenggam jemari Jungkook untuk melampiaskan rasa takutnya yang benar-benar tak beralasan, padahal mereka hanya melakukan pemeriksaan. Jungkook yang paham, mencoba untuk menenangkan sang istri. "Jihyo, semuanya akan baik-baik saja. Jangan takut. Ayo kita periksa dulu," ucap Jungkook yang terlebih dahulu bangkit. Ia menuntun Jihyo dan memberikan sentuhan hangat agar Jihyo bisa tenang. Sebelah tangan Jihyo pun nyatanya tak ingin melepaskan diri—masih menggenggam jemari Jungkook walau dirinya sudah berbaring di atas kasur.

Jungkook hanya bisa tersenyum tipis. Menggemaskan melihat Jihyo yang seperti bergantungan pada dirinya. Ia merasa sangat senang karena Jihyo yang memang tidak membuat jarak diantara mereka—ada saja momen yang membuat mereka terus dekat bagai tak terpisah.

"Kondisi janin sehat. Pertumbuhannya baik. Gejala-gejala tiap ibu hamil memang berbeda. Kalian bisa melihat layar monitor. Perlahan, yang kecil ini akan tumbuh menjadi bayi dan kalian tidak akan merasa waktu berlalu begitu cepat," kata dokter Chaerin yang mencoba untuk menjelaskan. Jungkook mendengar dengan seksama, tetapi ia fokus pada layar monitor.

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang