Bagian 01 : Tanggung Jawab

889 62 15
                                    

Bagi Jihyo, pernikahan yang terjadi antara dirinya dan Jungkook adalah sebuah kesalahan yang memenjarakan mereka seumur hidup. Terikat dengan bayi yang ingin ia lenyapkan tidak ada dalam kamus Jihyo. Ia membenci bayi yang hidup dalam tubuhnya, benci dengan Jungkook yang menjadi sumber masalah tercipta dan Jihyo benci dengan kehidupan yang ia jalani kian pelik.

Jihyo dari kalangan ke bawah. Ia tidak memiliki apapun yang patut ia banggakan selain dirinya sendiri yang bisa mendapatkan beasiswa di Seoul University dengan jurusan Akuntansi--full hingga lulus. Kedua orangtuanya sudah tidak ada. Lebih tepatnya, Jihyo anak terbuang yang besar di panti asuhan. Jadi, memiliki anak dan keluarga menjadi nomor sekian yang tidak pernah Jihyo pikirkan, karena Jihyo hanya memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang yang banyak agar memiliki kekuasaan sehingga takkan ada yang menginjak harga dirinya lagi.

Sekalipun Jihyo dikenal berprestasi, mendapatkan beasiswa dari pemerintah dan mandiri dengan kerja paruh yang ia lakukan di sebuah minimarket setiap malam, sama sekali tidak membuahkan hasil. Harga diri Jihyo tetap dihancurkan oleh beberapa kalangan yang memandangnya hina-bak pelacur kampus. Puncaknya, malam itu hingga membawa dirinya terikat akan belenggu ikatan pernikahan dengan seorang pria yang hanya dikenalnya sekilas sebagai senior kampus yang selalu  menjadi perbincangan.

Han Jihyo, kini menjadi Choi Jihyo--istri dari Pengacara andal Choi Jungkook yang mengabdikan diri di sebuah badan hukum terkenal di Seoul--Law Office Hakyung & Partners.

Jika mengingat awal kesekapatan terbentuk agar bayi yang ingin ia lenyapkan tetap lahir, membuat Jihyo menghembuskan napas kasar. Mereka terikat pernikahan, tetapi Jungkook tidak boleh menuntut Jihyo untuk menjadi seorang ibu dan istri yang bisa ia harapkan. Jelas, Jihyo tak bisa melakukannya.

Alhasil, hari-hari setelah pernikahan yang berlalu, tidak ada perkembangan di antara mereka. hal itu terjadi tatkala mereka sepakat untuk pisah kamar dengan Jihyo menempati kamar utama di apartemen dan Jungkook menggunakan kamar tamu. Bahkan, Jihyo enggan menyapa atau sekadar basa-basi. Seperti ketika Jihyo benar-benar menjalani hidupnya sebelum menikah--tidak peduli pada sekitar selain dirinya sendiri.

Dalam rumah, Jungkook yang lebih banyak mengambil peran. Ia yang bahkan selalu mengingatkan Jihyo akan kehamilannya dan akan memaksa untuk mengunjungi dokter obygn. Rasa haru menyelimuti Jungkook. Walau sebelumnya ia tak mengharapkan anak yang tak berdosa itu, melihat pergerakan dan detakan jantung melalui layar monitor ketika USG mengubah pandangan Jungkook. Ia ingin menjadi ayah dan suami yang baik--seorang pemimpin keluarga yang bisa diandalkan. Ia akan mengusahakan hal tersebut walau sedikit sulit melakukannya karena Jihyo yang keras kepala, cuek dan tidak mau peduli.

“Sekarang masanya musim hujan. Jangan terlalu lama di luar. Setelah seminar yang ingin kau hadiri, apa perlu kujemput? Aku bisa—“

“Tidak perlu. Aku akan ke minimarket.” Sambil Jihyo mengambil air mineral di dispenser karena tenggerokannya yang terasa kering. Air di dalam kamarnya habis, jadi terpaksa ia keluar tatkala Jungkook sedang menikmati sarapan yang entah dibuat atau ia pesan.

Alhasil, Jungkook memberikan fokus pada Jihyo. “Apa yang kau inginkan di minimarket? Jangan bilang kau ingin kembali bekerja, Ji? Ingat, kehamilanmu sudah memasuki empat bulan. Itu akan mempengaruhi tumbuh kembang bayi kita,” kata Jungkook yang mencoba menahan rasa kesalnya.

“Jangan mencoba mengatur hidupku, senior. Lagipula, di sinilah bayi itu diberikan ujian untuk bertahan hidup karena setelah ia lahir, dunia begitu keras untuk dinikmati saja. Hanya ingin membantu bayi itu agar bisa hidup lebih lama lagi.” Kemudian, Jihyo berlalu meninggalkan Jungkook yang memejamkan mata--mengatur dirinya yang serasa ingin meledak. Jungkook bertanya-tanya, apakah bayi yang belum tahu apa-apa dan bahkan masih begitu kecil memerlukan sesuatu yang dikatakan Jihyo? Jelas, itu sangat konyol.

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang