Bagian 23 : Kau Tidak Akan Terluka

378 43 7
                                    

Kelas hari ini sungguh membuat Jihyo sedikit tidak fokus. Ia terus memikirkan soal apa yang ia lihat. Ia tidak sedang bermimpi. Hanya saja, yang menjadi pertanyaan Jihyo, apakah Jungkook ataupun Mirae tahu soal ini? mengingat, tidak ada gelagat aneh yang Jihyo lihat. Apakah ia perlu bertanya? Jihyo tidak mengerti.

Untung saja, kelas sudah berakhir. Mereka dipersilahkan untuk kembali—entah itu ke kampus ataupun ke tempat yang hendak dikunjungi. Jihyo masih berada di sekitar bank—duduk diarea taman yang cukup sejuk di bawah payung besar, padahal matahari yang mulai naik ke atas. Setelah ini, Jihyo hanya akan ke perpustakaan untuk mencari referensi jurnal yang harus ia buat.

Untuk saat ini, Jihyo membutuhkan ketenangan, tetapi rasanya sulit untuk mendapakan hal demikian kala ia melihat eksistensi seorang gadis yang tidak terbayangkan akan kehadirannya.

"Halo teman sekelas. Apa yang kau lakukan di sini? Ayolah, tidak baik wanita hamil berkeliaran dan melamun tidak jelas," katanya yang memilih berdiri tepat di hadapan Jihyo. Ia memegangi segelas kopi dingin yang baru dibelinya.

Jihyo lantas mengangkat kepala. Matanya langsung bertabrakan dengan milik Mirae yang menatapnya penuh kebencian. Setiap saat memandangi, ia melihat tatapan itu, tetapi Jihyo tidak mengerti. Bukankah ia yang seharusnya membenci Mirae yang mengambil bagian dari rusaknya kepercayaan Jihyo pada sekitar? Jihyo tidak mengerti dan juga ia malas berdebat.

"Sudahlah, Mirae. Aku lelah. Jangan mengusikku lagi—"

"Tetapi aku tidak puas jika melihatmu bahagia!" kata Mirae yang tersenyum kecut.

Jihyo yang mulanya tidak ingin berdebat, mendengar hal itu menjadi panas dingin. Kesal sekali dengan Mirae. "Kau sudah menghancurkan hidupku dengan membawaku ke kamar itu, lantas kau bilang belum puas? Apa kau sinting?'' tanya Jihyo yang saat ini bangkit dari duduknya—saling berhadapan dengan Mirae yang tertawa.

Kedua tangan Mirae menumpu di dada. "Tetapi bukankah kau harus berterima kasih padaku, Jihyo? Kau mendapatkan bintang kampus, hei! Jika aku jadi dirimu, aku jelas akan berterima kasih pada orang yang menjebakku. Siapapun, jelas tidak ingin lepas dari Senior Jungkook! Hanya saja, dia menolakku. Sangat disayangkan," katanya dengan nada sedih.

Jihyo terpaku setelah mendengar pernyataan Mirae. Itu berarti, Mirae tidak tahu adanya hubungan antara ia dengan Jungkook—hubungan persaudaraan! Apa Jungkook tahu itu sehingga ia menolak? Jihyo tidak paham.

"Kenapa kau diam? Sibuk merancang kalimat berterima kasih? Sudahlah, itu terdengar basi! Aku muak melihatmu yang selalu mendapatkan apapun yang kau inginkan!" kata Mirae yang kemudian menikmati segelas kopi miliknya, tetapi dengan gaya anggun, tidak sengaja ia mengarahkan gelas itu pada Jihyo hingga membuat sweater Jihyo basah. "Astaga, tanganku tidak sengaja!"

Namun, Jihyo bisa membaca tekstur jika Mirae sengaja membuatnya tampak kacau. Sungguh, Jihyo bisa kehilangan kewarasan jika berhadapan dengan Mirae, tetapi terkadang lelah kala ia selalu mendapatkan keburukan atas apa yang tak ia lakukan. Jihyo yang menundukkan kepala untuk membersihkan sweaternya yang basah, perlahan ia menegakkannya—mengamati Mirae yang menatapnya dengan senyum mengejek.

"Mirae, apa sebenarnya masalahmu denganku? Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu! Kau selalu menganggap dirimu sebagai korban, padahal akulah korban yang sebenarnya! Sejak bangku sekolah menengah pertama, kau yang menusukku dari belakang!" kata Jihyo yang sudah tidak bisa menahan amarah.

Mirae mengerjapkan mata mendengar suara Jihyo yang meninggi dan membahas masa lalu. Tiba-tiba saja ia terdiam, membuat Jihyo tersenyum miris. "Aku tidak tahu masalahmu, Mirae! Tetapi kau sudah menghancurkan hidupku begitu jauh! Sungguh, kau menganggapku bahagia? Mendapatkan apapun yang kau mau?" tanya Jihyo, tetapi Mirae diam saja. Perlahan, air mata Jihyo bercucuran—tak bisa menahan kesedihannya. Jihyo benar-benar kacau melihat orang yang dulunya begitu ia percaya dan sayangi, ternyata adalah seorang pengkhianat.

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang