Bagian 47 : Memberi Maaf

253 30 3
                                    

Jihyo tidak bisa menahan perasaan yang berkecamuk dalam dirinya tatkala Jungkook belum juga membalas pesan. Walau ponselnya berdering, sang empu nyatanya tak menjawab panggilan yang telah Jihyo lakukan beberapa kali. Ia tidak tahu harus melakukan apa agar perasaan ini mereda. Bercerita pada Sohyun ataupun sang ibu mertua bukanlah pilihan tepat.

Alhasil, Jihyo berusaha untuk terlihat baik-baik saja ditengah Bibi Song, sang ibu dan Sohyun sedang bercerita seraya menikmati beberapa hidangan yang tersaji. Tidak lupa, hujan dan kilatan petir juga ikut serta, menambahi kegelisahan Jihyo.

Apa yang sebenarnya kau lakukan sekarang? Ini sudah beberapa jam dari kau yang katanya ingin menemuiku, Jung!

Tentu saja, Jihyo akan mewawancarai Jungkook setiba sang empu untuk menjemput. Berharap suaminya itu datang dengan segera.

"Jihyo, kau tidak makan?" Sohyun nyatanya langsung mengeluarkan pertanyaan. Mereka memang bersebelahan dan sepertinya menyadari Jihyo yang belum mencicipi hidangan lainnya, selain sebuah bungeoppang tadi.

Dengan cepat, Jihyo tersenyum lebar sembari menggelengkan kepala. "Aku sudah kenyang. Aku akan makan nanti. Aku—" Jihyo tidak melanjutkan perkataannya kala terdengar suara bel. Perlahan membuat Sohyun bergegas untuk memeriksa dan Jihyo berharap itu adalah suaminya.

Hanni yang melihat gelagat menantu yang tidak bersemangat setelah kedatangan Sohyun, membuatnya paham jika ia pasti memikirkan suaminya. Hanni tidak tahu, apakah Jungkook telah memberikan pesan atau belum, tetapi ia berharap, putranya itu bisa lebih bertanggung jawab untuk melakukannya. Mengingat, Jihyo tengah hamil. Tidak baik terlalu berpikir hingga membuatnya stres.

"Sekalian, lihatlah! Nyatanya sosok yang sejak tadi di nanti sudah tiba dan benar-benar tampak menyedihkan," ucap Sohyun yang membuat ketiga wanita yang berada di meja makan mengalihkan amatan. Benar saja, mereka terkejut dan Jihyo bahkan langsung bangkit—mendekat dengan langkah pelan.

"Kau basah sekali. Astaga, bagaimana bisa?" tanya Jihyo yang menelisik tubuh Jungkook, namun sang empu hanya tersenyum tipis.

Bibi Song yang melihat hal itu lekas menoleh pada Sohyun. "Sohyun, berikan pakaian yang belum kau gunakan pada sepupumu. Kasihan jika Jungkook tidak lekas berganti pakaian," ucapnya. Tampak adanya ketidakrelaan tetapi Sohyun juga berpikir jika Jungkook sakit, ia juga yang biasanya akan terkena dampak itu.

Sehingga ia mengangguk. "Oke, aku punya beberapa pasang pakaian hangat. Jung, ikut aku!" ucapnya yang berjalan terlebih dahulu. Merasa ia tidak perlu memberikan arahan pun karena Jungkook juga paham denah rumah ini.

"Aku membuat kalian repot," ucap Jungkook yang langsung mendapat gelengan dari Hanni.

"Tidak ada yang direpotkan, Jung. Itulah gunanya keluarga, oke? Cepat, pergilah berganti pakaian. Jihyo, kau bisa ikut dengan Jungkook dan lakukan introgasi yang sebenarnya begitu ingin kau lakukan sejak tadi," ucap Hanni yang amatannya langsung membelok ke arah Jihyo yang cukup terkejut, tetapi ia langsung mengangguk.

Alhasil, Jungkook dan Jihyo berjalan beriringan—menyusul ke arah Sohyun yang sudah berjalan terlebih dahulu. Pada kondisi ini, Jihyo belum ingin mengeluarkan apapun yang mungkin akan memberikan tekanan. Setelah Jungkook berganti pakaian nanti serasa pilihan yang baik sehingga ia memilih diam, tetapi di sisi lain, Jungkook merasa harus meluruskan sesuatu kala Jihyo yang belum mengatakan apapun lagi. Ia paham telah membuat istrinya begitu khawatir karena ia yang memang tidak mengirimkan kabar atau bahkan membalas pesan.

"Aku minta maaf," ucap Jungkook sembari membantu Jihyo berpegangan dengan baik kala mereka harus menaiki tangga.

Jihyo hanya diam, namun tak menolak bantuan suaminya. Hal itulah yang membuat Jungkook frustrasi. "Aku dari pemakaman. Tiba-tiba saja ingin melakukannya dan aku mulai merasa tenang."

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang