Bagian 27 : Kebenaran

309 44 6
                                    

Jungkook menghembuskan napas kasar. Tanpa mengatakan hal apapun pada Jihyo, bergegas ke apotek untuk menebus vitamin yang dimaksudkan oleh dokter Chaerin, sementara Jihyo masih bergeming. Perasaannya dibuat kebingungan—langkah apa yang harus ia lakukan? Apakah ia harus bercerita mengenai sang ibu mertua dan permintaannya? Namun, Jihyo sedikit takut ketika melihat raut wajah suaminya yang tersesat.

Jihyo nyatanya ikut tersesat dan merasa serba salah. Posisi ibu mertua sedang sakit—begitu parah, tetapi di sisi lain, suaminya juga merasakan sakit, sampai sekarang dan sulit untuk menghilangkan trauma masa kecil.

"Ayo kita pulang. Aku juga harus ke kantor," kata Jungkook yang begitu cepat dari membeli vitamin yang ada. Bahkan, Jungkook langsung menggenggam jemari istrinya untuk digandeng segara meninggalkan tempat yang terasa menyesakkan untuk dirinya.

Namun, Jihyo bergeming di tempat, tak menuruti perkataan suaminya. Tentu saja, membuat Jungkook menaikkan sebelah alis dengan heran. "Apa ada sesuatu yang kau butuhkan, Sayang? Apa perutmu—"

"Senior, ayo berbicara dulu." Jihyo berujar dengan wajah memelas. Ia menyerah, memilih untuk bercerita pada suaminya agar masalah tidak merembes ke mana-mana. Pada dasarnya, Jungkook akan tahu, cepat atau lambat dan Jihyo akan menyesal seumur hidup jika Jungkook malah mendengar cerita yang menggiring opini buruk dari orang lain.

Tatapan Jungkook lantas berubah, tetapi Jihyo tidak mengerti maksud dari tatapan itu. Namun, Jihyo tak gentar dan tetap ingin berujar. "Senior, kau harus mendengarkan—"

"Jika soal beberapa menit yang lalu, kita tidak perlu membicarakannya. Aku tidak ingin mendengar apapun soal wanita itu, Jihyo," balas Jungkook dengan nada malas. Terdengar ia juga menghela napas, seakan sedang menahan gejolak kekesalan karena mengetahui fakta seakan istrinya ada dipihak wanita tadi.

Alhasil, Jihyo langsung menggelengkan kepala. "Senior, aku tahu, dia membuat banyak luka padamu—"

"Dan dia juga ingin membunuhku. Bagian apa yang harus kudengar? Dia sakit kanker dan akan meninggal dunia? Aku tidak peduli! Biarkan dia menikmati benih yang dia tanam sendiri, sekalipun dia mati, dia tidak ada sangkut pautnya dengan diriku," kata Jungkook yang memangkas perkataan Jihyo. Ia tampak tersenyum sinis dan Jihyo bisa melihat kebencian yang begitu besar Jungkook torehkan pada ibunya sendiri.

"Senior ...." Jihyo lantas menghentikan perkataannya saat Jungkook memberikan bahasa isyarat melalui tangan. Mendadak, kedua bibir Jihyo keluh karena sisi lain dari suaminya kini keluar—seakan ia baru menyapa sisi yang selama ini Jungkook simpan sendiri.

"Sudah, jangan bahas soal ini. Aku tidak menyukainya. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa mengatakan hal omong kosong padamu. Oke, aku tidak akan mempermasalahkan hal itu dan memaafkan dirimu karena kau menyembunyikan hal sebesar ini padaku. Lebih baik, kita pulang. Aku harus ke kantor," kata Jungkook dengan aura yang benar-benar tidak bersahabat. Jihyo perlahan mengangguk karena takut semakin memperkeruh keadaan. Akan tetapi, dengan respon Jungkook seperti ini, apa ia tidak bisa membuat mereka berbicara? Jihyo yakin, ibu mertua pasti memiliki banyak hal yang ingin ia katakan pada putranya! Namun, Jihyo tidak tahu, apa yang harus ia lakukan?!

***

Jungkook dengan suasana hati buruk melangkah masuk ke dalam kantor. Wajahnya begitu tidak bersahabat—datar dan dingin, tidak seperti biasanya yang penuh ceria dan semangat. Beberapa orang beranggapan jika Pengacara Jung sepertinya sedang bertengkar dengan sang istri tercinta. Bahkan, Sohyun juga berkesimpulan seperti itu sehingga ia yang pada dasarnya si tukang kepo, memilih untuk memasuki kandang singa yang sedang terbakar amarah.

"Jung, aku—"

"Jika kau ingin mengusikku, jangan hari ini sebelum aku melemparmu kursi," kata Jungkook yang saat ini sudah melepas jasnya. Bahkan, ia sudah menyalakan dan menikmati puntung rokok. Benar-benar tak seperti biasanya.

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang