Bagian 04 : Sebuah Tragedi

492 52 15
                                    

Bagi Jungkook, Jeonshan adalah sumber semangat dan kebahagiaannya. Sampai sekarang, ia masih tidak menyangka telah menjadi seorang ayah dari bayi yang memiliki paras mirip dengan dirinya—seperti salinan. Rutinitas Jungkook pun perlahan berubah. Selain fokus menyelesaikan setiap kasus yang ia pegang, ia juga mengurus keperluan Jeonshan—dibantu dengan Bibi Lee—seorang baby sitter yang Jungkook pekerjakan karena Jihyo yang masih kesulitan untuk melakukannya.

Mungkin lebih tepatnya, Jihyo benar-benar sudah angkat tangan—seperti yang dikatakan waktu itu. Tugasnya sudah selesai dan Jihyo tidak memiliki perasaan sedikit pun terhadap putra mereka. Seperti ketika Jeonshan menangis di ruang tengah tatkala Jungkook menaruhnya sejenak di atas sofa dengan keselamatan yang sudah ia perhitungkan, tetapi Jihyo yang ada di sana sedang fokus pada laptopnya terlihat tidak peduli. Bahkan, melenggang masuh begitu saja ke dalam kamar.

Selain itu, Jihyo juga menolak untuk menaruh box bayi di dalam kamarnya. Inilah yang menjadi perdebatan mereka sebelumnya. Namun, sekali lagi, Jungkook mengalah hingga box Jeonshan berakhir di kamar kecil yang ia tempati. Jungkook dengan bantuan Sohyun melakukan renovasi kecil agar Jeonshan bisa nyaman, mengingat kamar Jungkook berkapasitas kecil dan juga rumah yang sudah ia lunasi beberapa pekan lalu masih dilakukan sedikit pembenahan. Rencana, rumah itu bisa ditempati bulan depan nanti.

Alhasil, Jungkook hanya bisa sabar dan pasrah. Ia tidak ingin berdebat dengan istrinya. Kepalanya sudah pecah dengan masalah yang harus ia tangani—bukan hanya masalah satu orang saja, jadi ia harus bisa memperbaiki suasana hatinya sendiri. Ia sungguh tidak bisa jika melihat kebencian yang semakin bertambah di wajah istrinya. Terkadang, ketika Jungkook menyendiri di balkon apartemen, ia merasa hidupnya semakin miris. Jungkook bisa menyelesaikan masalah banyak orang hingga perusahan besar, tetapi ia sama sekali tidak bisa menyelesaikan masalahnya.

Jungkook buntu—seperti hanya bisa mengikuti alur kehidupan yang membuatnya kalut. Terkadang, ia ingin menyerah dan mengakhiri semua penderitaan maupun luka yang ia rasakan setiap membuka mata disetiap sisi, tetapi kehadiran Jeonshan mengubah segalanya. Jeonshan bagai cahaya yang menerangi Jungkook yang tersesat di tengah kegelapan dan menjadi sumber kebahagiaannya ketika rasanya Jungkook ingin meledakkan tangisan.

"Ayah akan mengusahakan setiap kebahagianmu. Tenang saja, ibu pasti akan menyayangimu. Berikan waktu sebentar, ya," kata Jungkook yang mengamati Jeonshan yang terlelap di dalam box-nya. Saat ini, matahari sudah terbenam sempurna. Bibi Lee bahkan sudah kembali—sesuai dengan kesepakatan yang mana Bibi Lee akan menjaga dan mengurus keperluan Jeonshan hingga sore hari—tepat ketika ia pulang.

Hanya saja, istri kecil itu belum kembali. Jungkook sempat mengirimkan pesan, tetapi Jihyo belum membalas hingga sekarang. Walau agak jengkel, tetapi Jungkook tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya berharap Jihyo baik-baik saja di luar sana.

Senyum lantas terpatri di wajah tampan Jungkook. "Sayang, ayah ke kamar mandi dulu, ya. Jeonshan baik-baik di sini. Ayah hanya sebentar, oke?" kata Jungkook pada Jeonshan yang belum mengerti apa-apa, tetapi terkesan begitu menggemaskan. Jungkook jadi tidak sabar menantikan tumbuh kembang Jeonshan dan mereka akan bermain bersama nanti.

Alhasil, Jungkook bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum menyentuh Jeonshan dan sedikit memainkannya. Ia tidak akan berlama-lama seperti biasanya, karena Jungkook tak ingin Jeonshan menunggu lama dan berakhir menangis.

Akan tetapi, Jungkook yang baru memulai kegiatan mandinya dengan mengguyur seluruh tubuh dengan siraman air shower dan mengusap kulit bersamaan dengan sabun mandi cair, terhenti kala mendengar suara tangisan Jeonshan di luar sana—begitu memikik telinga dan membuat Jungkook khawatir. Sehingga, Jungkook semakin mempercepat kegiatannya untuk bergegas mendekati putranya yang kemungkinan sedang lapar.

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang