Kafe Purple yang bernuansa pastel saat ini menjadi kunjungan dua wanita yang hanya saling memandang. Bahkan saat dessert dan minuman pesanan mereka datang, tak kunjung ada percakapan, membuat Jihyo sedikit tidak nyaman. Terlebih, jika berlama-lama bersama dengan ibu mertua, ia takut malah akan menimbulkan kesalahpahaman dari Jungkook.
Alhasil, setelah menyeruput cokelat hangat yang ia pesan, Jihyo mengamati wanita tersebut dengan seyum tipis. Sepertinya, ia yang harus memulai percakapan, sehingga ia mencoba untuk tetap tenang. "Apa yang sebenarnya yang anda inginkan? Apa anda ingin kembali menghancurkan kebahagiaan seorang pria yang merasa sudah bisa tenang dari bayang-bayang masa lalu yang kelam?" tanya Jihyo yang masih dengan senyum merekahnya.
Wanita yang memiliki potongan rambut pendek, warna kulit seputih susu dan dasarnya memang mirip dengan Jungkook mengangkat kepala dengan senyum pilu, tatkala sebelumnya hanya mengamati piring berisi tiramisu. Ia lantas menggeleng. "Aku tidak bermaksud untuk merusak hidupnya, tetapi dia menderita dan mengalami banyak masalah karenaku. Dokumen-dokumen meyakinkan jika aku adalah ibunya, aku memang mengandung dan melahirkannya, tetapi entah kenapa, aku merasa aku bukanlah ibunya. Hanya saja, aku ingin berbicara dengan Jungkook sebelum aku bisa pergi dengan tenang, Jihyo. Sungguh, aku tidak ingin kembali menghancurkan hidupnya dan aku paham kenapa kau berpikiran seperti itu," katanya dengan senyum pilu.
Jihyo memilih diam. Ia membiarkan wanita di depannya ini mengatakan tujuan dari kedatangannya sebelum ia bisa memberikan keputusan, tetapi bohong jika Jihyo tidak terkejut dengan kalimat pergi dengan tenang. Memangnya, ke mana ia ingin pergi?
"Kanker serviks stadium akhir. Itulah yang diagnosis dokter tiga tahun yang lalu. Penyakit yang baru kelihatan saat aku benar-benar tidak bisa menahan rasa sakit. Awalnya, aku hanya mengira mengalami sakit yang biasa, tetapi nyatanya, Tuhan memberikan rasa sakit atas perbuatanku sendiri. Aku bisa mengerti, tetapi selama ini, aku berusaha untuk tetap hidup saat dokter hanya mengatakan 10-11% kemungkinan bisa bertahan. Aku belum memperoleh maaf dan ampunan dari putraku. Tidak salah'kan menyebutnya sebagai putraku? Dia memang anakku," jelas Hanni dengan kedua mata yang berkaca. Perlahan, Hanni memegangi kepalanya dan tampaklah sesuatu yang ia tutupi.
"Aku menggunakan wig setelah rambutku harus dibabat habis. Aku menggunakan riasan tebal agar semua orang tidak ada yang curiga aku sakit. Akan tetapi, orang sakit tetaplah orang sakit dan ketika penyakit itu semakin ganas, aku akhirnya keluar dari persembunyian. Aku memindahkan perawatan yang biasanya kujalani di Beijing ke Seoul beberapa minggu yang lalu," ucap Hanni lagi dan kembali menggunakan wig tersebut. Hanya saja, saat ini tidak serapi beberapa saat yang lalu.
Hanni pun kembali mengamati Jihyo yang terkejut. Ia sudah bisa menduga, walau ia tidak ingin terlihat menyedihkan di hadapan banyak orang sampai saat ini, tetap saja sulit untuk dilakukan. Namun, Hanni terus berusaha terlihat baik-baik saja saat keluar dari rumah kesehatan jiwa setelah nyaris membunuh anaknya sendiri. Bahkan, ketika Hanni ingin menemui anaknya yang sudah berusia lima belas tahun, ia nyatanya harus menerima penolakan secara berulang, hingga berakhir Hanni menitipkan putranya pada sang kakak dan ia berkelana ke Negeri Bambu—Beijing.
Hanni menjalani hidup yang begitu kelam. Tak memiliki keluarga, pendidikan yang berakhir tragis, mentalnya yang baru sembuh dan uang yang tak seberapa, membuatnya berakhir menjadi melarat. Ia tidak memiliki pilihan selain menjadi wanita penghibur di sebuah kelab malam untuk menghidupi dirinya dan tetap mengirimkan uang pada sang kakak untuk biaya kehidupan putranya. Ia jadi mengingat perkataan orang yang pernah ia cintai—seorang Pelacur sialan! Dan nyatanya, ia menjadi seorang pelacur untuk semua orang selama empat tahun lamanya hingga seorang pria datang menarik Hanni untuk menjalani hidup yang lebih baik lagi. Pria itu menjadikan Hanni sebagai sekretaris dan puncaknya, mereka saling jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Life
FanfictionHubungan yang tercipta karena kesalahan, membuat Han Jihyo tidak peduli pada anak dan suaminya--Choi Jungkook. Ia merasa terjebak akan hubungan ilusi dan hanya ingin menciptakan kesengsaraan bagi mereka. Akan tetapi, ketika suami dan anaknya meningg...