Jungkook dan Jihyo meninggalkan rumah sakit. Mereka sepakat untuk kembali besok—saat operasi hendak berlangsung nanti. Mengingat, Jihyo sedang hamil—tidak bisa untuk terlalu lama di rumah sakit dan Jungkook harus bertemu dengan Hyunki besok. Katanya, ada hal yang ingin dibahas. Waktu itupun, bertepatan dengan Bibi Song yang datang untuk menginap di rumah sakit—menjaga adiknya, sehingga Jungkook maupun Jihyyo sedikit tenang, untuk sementara waktu.
Saat ini, Jungkook hanya mengenakan kaos putih yang dibalut jas berwarna biru tua serta celanan jeans berwarna hitam. Pakaiannya cukup santai karena Jungkook dasarnya hanya akan membahas beberapa hal dengan Hyunki sebelum ia kembali menjemput istrinya di apartemen untuk menuju rumah sakit yang jadwal operasi tersebut siang nanti, setelah makan siang.
Jihyo mengamati amat lekat wajah suaminya yang menggambarkan kelelahan. Ia bisa memahami hal itu bisa terjadi. Dengan pelan, Jihyo pun meraih kedua jemari Jungkook. Digenggamnya amat erat seraya dirinya tersenyum hangat. "Aku tahu, kau sekarang merasa kacau, tetapi kau harus tenangkan dirimu, Senior. Semuanya akan baik-baik saja, oke?"
Jungkook membeku. Semuanya akan baik-baik saja. Ia pun berharap seperti itu walau sulit, tetapi ia harus menyakininya. Lagipula, wanita itu selama ini kuat. Jelas, ia tidak akan mati semudah itu, bukan?
"Iya, aku pergi dulu kalau begitu. Tunggu aku, jangan kemana-mana, oke?" ujar Jungkook yang diangguki oleh Jihyo. Bertepatan dengan Jihyo merasakan kecupan hangat di keningnya—sedikit lebih lama dari biasanya. "Sampai jumpa nanti, Sayang."
Kalimat itupun menjadi awal perpisahan mereka sebelum nantinya akan bertemu saat jam makan masing, bahkan sepertinya sebelum makan siang. Hanya saja, Jihyo merasakan jantungnya sejak tadi berdetak tidak karuan, pun bohong sebenarnya jika ia bisa tenang. Sampai saat ini, pikirannya juga berkelana ke mana-mana dan kali ini, merasakan sesuatu akan terjadi.
Sebesar apapun Jihyo mencoba untuk menampik, ia malahan merasakan tekanan yang berat pada dirinya. Perlahan, ia melirik ke arah perutnya. Diusapnya dengan pelan seraya berkata. "mari berdoa yang terbaik, ya, Sayang."
Sementara Jungkook, ia saat ini mulai melajukan mobil menuju kantor seperti biasanya. Mencoba untuk tetap tenang di tengah kekalutan yang ia rasakan. Tidak lucu jika ia tiba-tiba menabrak sesuatu saat kondisi yang tengah menyedihkan seperti ini. Akan tetapi, Jungkook hanyalah manusia biasa yang tidak bisa menahan kepingan-kepingan masa lalu yang tiba-tiba datang menghampiri.
"Kenapa aku tidak bisa memanggilmu Ibu? Kau'kan ibuku. Tidak masalah tidak ada Ayah, karena aku hanya butuh Ibu."
"Sudah kubilang! Jangan bertanya soal itu dan jangan sampai melakukannya! Aku memang melahirkanmu, tetapi aku tidak ingin mendengarmu memanggilku ibu! Aku benci dengan kondisi ini. Aku benci kau dan juga benci dengan bajingan itu!"
Kalimat itu entah kenapa masih tersimpan begitu rapi. Lalu ditambah dengan isi surat yang membuat Jungkook saat ini meremas kemudi mobil.
Dan lagi, ketika kau bertanya: apakah aku bisa memanggilmu ibu? Saya pasti akan selalu menolak, tetapi apa kau bisa memanggil wanita yang sudah berada diujung tanduk ini dengan panggilan ibu?
Jungkook benar-benar frustrasi. Kepalanya serasa ingin pecah. Jika istrinya melihat semalam ia memejamkan mata, pada dasarnya ia tidak bisa terpejam. Perasaan-perasaan itu, berkecamuk dalam dirinya. Namun, Jungkook tidak bisa menampik. Ia ingin bertanya pada wanita itu—bertanya pada ibunya mengenai kenapa dirinya dilahirkan jika memangnya ia hanyalah sebuah aib? Bukankah lucu ketika sang ibu tidak membunuhnya sejak ia masih dalam kandungan? Saat ayah kandungnya sendiri pun tidak ingin menganggap mereka ada? Jungkook tidak memahami pikiran ibunya sampai sekarang.
Terlebih ketika pria itu, entah kenapa sampai saat ini, ia begitu bahagia dan tenang setelah melakukan hal-hal buruk di masa lalu. Jungkook tidak bisa menerimanya. Jelas, untuk ini, ia akan melakukan suatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Life
FanfictionHubungan yang tercipta karena kesalahan, membuat Han Jihyo tidak peduli pada anak dan suaminya--Choi Jungkook. Ia merasa terjebak akan hubungan ilusi dan hanya ingin menciptakan kesengsaraan bagi mereka. Akan tetapi, ketika suami dan anaknya meningg...