Bagian 35 : Kunjungan Ke Andong

262 39 6
                                    

Hati-hati, hubungi aku jika Senior sudah sampai di Andong.

Sekiranya, itulah pesan yang Jihyo kirimkan pada suaminya, kembali mengingatkan saat sebelum Jungkook melenggang pergi beberapa menit yang lalu. Jungkook juga memberikan kabar kemungkinan akan menginap di vila yang sudah disiapkan oleh kelompok masyarat sana. Walau Jungkook memberikan kata-kata yang menenangkan, Jihyo tetap saja akan khawatir.

"Duduklah, Jihyo. Suamimu akan baik-baik saja," kata Bibi Song melihat Jihyo yang terus berdiri di sisi ranjang Hanni dengan ponsel yang selalu diliriknya. Sekalipun paham kekhawatiran seorang istri pada suaminya, Bibi Song berharap Jihyo tetap tenang sebab ia yang sedang mengandung.

Perkataan sang Bibi membuat Jihyo terkejut. Ia tersenyum malu. "Eh, iya, Bibi. Aku harap begitu." Dikarenakan rasa khawatir Jihyo yang begitu besar. Hei, suaminya itu baru saja mengalami kejadian tidak terduga, jelas saja ia tidak bisa tenang jika tidak mendengar kabar sang suami barang semenit saja.

Walau begitu, ia tidak ingin membuat yang lainnya ikut merasakan hal sama. Alhasil, Jihyo memilih duduk dikursi kosong yang dekat dengan sang ibu mertua. Ia tidak kembali ke apartemen karena beberapa jam nanti, ia harus melakukan konsultasi dengan dosen mengenai jurnal analisis laporan keuangan sebelum dipublikasikan secara umum. Lagipula, kampusnya juga tidak terlalu jauh dari sini. Jungkook sering melebih-lebihkan, padahal ia bisa saja berjalan kaki—sekalian melatih daya tahan tubuh karena ia yang lebih sering menepis soal olahraga.

Jihyo ingin Jeonshan nantinya tumbuh sehat sehingga ia sangat memerhatikan soal apa yang ia makan, lakukan hingga perkara vitamin. Tanpa diingatkan Jungkook, ia sudah terlebih dahulu melakukannya. Jihyo merasa, kehidupannya kali ini memang terasa cukup ringan. Apa ini karena ia melakukan dan menerima keadaan dengan sepenuh hati? Itu mungkin saja, tetapi di sisi lain, Jihyo memang baru melihat ketulusan yang Jungkook berikan.

Terkadang, Jihyo sendiri ingin mengumpati dirinya yang sangat bar-bar dan kejam di masa lalu. Beruntung juga, Tuhan begitu prihatin dengan dirinya, memberikan kesempatan untuk menikmati dan memperbaiki masa lalu agar lebih baik lagi. Ia memang merasakan begitu banyak perubahan—termasuk kala ia bertemu dengan ibu mertua.

"Apa kau sudah makan, Jihyo? Kau tidak boleh telat makan. Kau sedang mengandung." Suara itu lantas menyentakkan Jihyo yang tengah melamun menatap sisi jendela yang memperlihatkan area yang ada di bawah dan ternyata berpusat pada taman.

Jihyo masih merasa canggung, karena ia tidak sedekat yang dibayangkan dengan ibu mertua juga Bibi Song. Rasanya gugup sekali, takut salah bicara, tetapi ia langsung mengangguk sebagai respon yang seharusnya. "Aku sudah sarapan dengan Jungkook sebelum dia pergi," ucap Jihyo sederhana sebagai balasan.

Jihyo mengamati amat fokus pada ibu mertua yang sudah tidak mengenakan ventilator—alat bantu pernapasan dan tampak wajahnya yang begitu pucat, benar-benar sosok yang berbeda dari pertemuan pertama mereka. Hanya saja, kali ini, ia tampak bersahaja. Walau tengah dikelilingi penyakit yang tak bisa disembuhkan, ia serasa mengatakan dirinya baik-baik saja. Lihat saja, ia tersenyum sembari mengusap punggung tangan Jihyo.

"Syukurlah, tetapi tetaplah berpikiran positif, Jihyo. Kau tidak boleh terlalu stress. Ibu tahu, kau pasti sangat mengkhwatirkannya yang sudah mengalami kecelakaan kecil, bukan?" Pertanyaan itu sangat jelas memberikan efek kejutan pada Jihyo. Ia dan Jungkook sengaja diam untuk masalah kecelakaan itu, tetapi ia tidak tahu jika sang ibu mertua ternyata sudah tahu.

"Sudah, ibu yang memaksa Bibi Song mengatakannya. Lagipula, siapa yang tidak terkejut dengan beberapa perubahan yang ada di wajah suamimu? Walau sedikit, ibu bisa merasakannya," ucap Hanni seraya mengenggam tengan Jihyo dengan lembut.

Jihyo sangat paham dengan perkataan ibu mertuanya. Itu seperti ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak. terkadang, jika membahas soal ini, Jihyo begitu rindu dengan ibu dan juga ayahnya. Ia sangat penasaran, apa mereka benar-benar tidak mencari keberadaannya atau memang sudah lupa? Walau Jihyo sudah berjanji pada dirinya untuk tidak peduli lagi, ia merasa tidak bisa membohongi diri.

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang