Bagian 28 : Aku Akan Mendengarkan

310 40 5
                                    

Jungkook menghentikan laju mobilnya di parkiran Pengadilan Tinggi. Walau dengan suasana hati yang buruk, ia tidak ingin membuat pekerjaannya terlantar untuk mengambil beberapa salinan kasus sengketa tanah dan narkoba yang sudah diputus beberapa saat yang lalu. Mereka memang memiliki pengacara lain, tetapi Jungkook ingin melakukannya sendiri—sembari mencari ketenangan dan kedamaian walau kepalanya serasa makin dibuat pening.

Langkah panjangnya terus menapai lantai marmer, membiarkan kartu identitas—penanda jika dirinya staf di Law Office Hakyung & Partners, yang tergantung di leher bergerak ke kanan-kiri. Beberapa orang yang ada di pengadilan serta pengacara sudah mengenal Pengacara Jungkook tanpa dirinya memperkenalkan diri. Hanya saja, ini seperti bentuk formalitas yang harus dipenuhi.

Dengan tenang, Jungkook mengarah ke bagian utama—tempat administrasi berlangsung. Di sana, terdapat beberapa staf yang mengurus banyak perkara—sisa pihak yang berkepentingan akan ke bagian perdata atau bahkan pidana. Karena sengketa tanah ada di bagian perdata, sehingga Jungkook melangkah dibagian elektronik antrian perdata—mengambil sesuai kebutuhan dan menantikan nomornya untuk dipanggil.

Nyatanya, Jungkook tidak membutuhkan waktu banyak untuk menunggu. Hanya beberapa menit, nomornya di panggil hingga Jungkook bergegas ke bagian perdata. "Selamat siang. Apa ada bisa saya bantu?" tanya staf tersebut.

Jungkook mengangguk. "Saya ingin mengambil salinan kasus ini," katanya seraya memperlihat beberapa hal yang diperlukan. Staf tersebut menyuruh Jungkook untuk duduk—menunggu beberapa saat salinan yang harus diproses dulu. Bahkan, staf juga memerlukan beberapa verifikasi karena pada dasarnya mereka tidak bisa sembarang mengeluarkan salinan atau dokumen begitu saja.

Sekitar lima belas menit setelah staf itu meninggalkan Jungkook entah ke mana dan Jungkook saat ini sedang melamun tak jelas—perpaduan antara pertemuan dengan wanita itu, perkataan istrinya dan terus terang Sohyun. Bahkan, Jungkook sebenarnya belum membuka surat tadi. Dengan malas, ia memasukkan begitu saja ke dalam tasnya. Benar-benar engan untuk membukanya. Jungkook berpendapat, setidaknya ia tidak membuang atau bahkan membakar surat itu.

"Baik Pengacara Jung. Silakan tanda tangan di sini," kata staf yang datang menyentakkan lamunan Jungkook. Tanpa berujar, Jungkook membaca terlebih dahulu sebelum membubuhi tanda tangan. Lantas, staf tersebut memberikan Jungkook map berwarna merah yang berisi salinan yang dimaksud. Alhasil, membuat Jungkook bangkit dari duduknya setelah membungkukkan badan—sebagai bentuk terima kasih dan salam perpisahan.

Ya, Jungkook harus kembali mengantri untuk mengambil salinan putusan perkara narkoba dibagian pidana. Akan tetapi, Jungkook tidak menyadari jika ada seseorang di belakangnya karena staf tadi langsung menekan bel nomor antrian selajutnya. Alhasil, Jungkook bertabrakan dengan seseorang—membuat mapnya terjatuh.

"Saya minta maaf karena terburu-buru, jadi anda tidak memiliki ruang untuk pergi," kata pria itu yang bahkan meraih map merah Jungkook dan langsung mengulurkannya pada Jungkook dengan senyum ramah. Sang empu yang hanya diam saja dengan fokus pada map di lantai perlahan mengangkat kepala—mengamati sosok pria di hadapannya yang membuat rahang Jungkook langsung mengeras.

"Saya minta maaf ...," katanya yang menjeda karena tengah membaca kartu identitas Jungkook. "Oh, saya minta maaf Pengacara Jungkook dari Law Office Hakyung & Partners. Dan jujur, nama kantor anda tidak asing terdengar."

Jungkook hanya mengangguk dengan datar—tidak bersahabat. Selain karena suasana hatinya yang buruk, ia sebenarnya tidak menyangka akan bertemu dengan pria itu begitu cepat. "Tidak masalah, Pengacara Goo, dan kantor yang anda katakan tidak asing karena kita akan bersinggungan di Pengadilan Tinggi masalah sengketa tanah. Kau pasti tidak lupa, anda berada di Pihak Pemerintah," kata Jungkook yang benar-benar memperlihat aura tidak bersahabat, membuat Goo Seojun tersenyum tipis.

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang