Author Pov
2 Minggu telah berlalu
Fiki sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa oleh sang dokter karna kondisinya yang kian membaik.
Sedangkan Chika kondisinya masih belum ada perubahan sedikit pun. Bahkan dokter mengatakan jika sebaiknya semua alat medis yang digunakan oleh Chika lebih baik di lepas,karna hidup Chika saat ini hanya bergantung pada alat tersebut dan nantinya jika semua alat medis tersebut di lepas maka Chika akan pergi untuk selamanya." Saya nggak akan setuju kalo kalian melepas semua alat medis istri saya " Marah Ara dengan air mata yang terus mengalir.
" Tapi hidup saudari Chika saat ini hanya bergantung pada alat medis . Bahkan saat ini kondisi saudari Chika tidak ada perkembangan sama sekali Tuan" Jelas sang dokter.
"Saya yakin kalau istri saya pasti akan segera sadar . Dan jika ada yang berani melepas satu alat medis saja yang di gunakan istri saya , Maka saya tidak segan-segan membunuh orang tersebut " Ucap Ara penuh penekanan.
"Huft baiklah saya permisi " Ucap sang dokter yang akhirnya mengalah atas keputusan Ara.
" Kamu harus tetap kuat ne ? Karna kami juga yakin kalau Chika pasti bisa bertahan dan dapat berkumpul lagi bersama kita " Ucap Mamah Chika sambil mengelus kepala Ara.
" Iya mah makasih karna udah memberikan semangat dan mau maafin Ara" Ucap Ara sambil menggenggam tangan Mamah Chika.
" Seharusnya mamah yang minta maaf sama kamu . Karena mamah yang terbawa emosi dan langsung menyimpulkan bahwa semuanya karna kesalahan yang sebenarnya tidak kamu lakukan " Ucap Mamah Chika.
" Terimakasih Mah " Ucap Ara sambil memeluk Mamah Chika.
Author Pov End
Di kediaman Jenlim
Lim Pov
" Jika aku mengalami hal yang sama seperti Chika , apa kamu akan se terpuruk dan sehancur Ara ?" Tanya Jennie kepada ku.
"Lo kenapa nanya kayak gitu sih ?" Ucapku yang bingung dengan perkataannya.
" Aku hanya takut jika orang yang aku sayangi meninggalkanku saat aku mengalami kondisi seperti Chika saat ini" Lirihnya sambil memeluk lengan tanganku dan menyenderkan kepalanya di pundakku.
" Udahlah Jen stop berpikiran buruk kayak gitu . Karena semua itu malah bisa buat lo down ! Ingat kalo lo udah bisa percaya sama gua maka semuanya bakal baik-baik aja. Jadi stop mikirin hal yang nggak perlu dipikirkan seperti itu " Ucapku memberi nasihat kepada Jennie.
" Ne mianhe" Ucap Jennie sambil memeluk erat tubuhku.
"Lim kamu nggak punya perasaan lebih kan ke Chika ?" Tanyanya kembali.
Deg !
"G-gua mau pergi dulu" Gugupku yang kaget sekaligus bingung dengan apa yang harus aku jawab dari pertanyaan yang sebenarnya tidak aku harapkan keluar dari mulut Jennie.
Kembali ke rumah sakit
Di ruangan Chika
Terlihat Chika yang sudah tersadar dari kritisnya dan saat ini ia hanya menatap kosong ke arah depan tanpa menghiraukan orang-orang yang berada di sekitarnya saat ini
"Baby...." Panggil orangtua Chikara sambil menggenggam tangan Chika dan berusaha menahan tangisnya.
" Sayang..." Ucap Ara yang dengan suara yang bergetar
Sedangkan para sahabatnya hanya bisa menangis dalam diam
Karena melihat keadaan Chika yang terus menerus menatap kosong ke arah depan dengan air mata yang terus mengalir
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
Teen FictionBaca aja jangan riweh Black Velvet And JKT48 Jangan mempersulit saya