12. Bestieku Semangatku

17 1 0
                                    

Ibarat batubara dalam api, bestie-bestie adalah bahan bakar yang tepat untuk membuatmu semangat membuktikan diri!

Apalagi kalau bukan curhat dengan Tiara dan Celpi. Dan seperti biasa, mereka lah yang paling gemes dan emosi ketika aku jadi 'korban lelaki'. Salah satu mantanku pernah mendapatkan perawatan karena hidungnya bengkok gara-gara Celpi dengan sengaja menabrakkan trolinya di supermarket waktu tuh cowok sama selingkuhannya. Extreme? Tiara lebih sadis dengan cara yang halus. Dia menyebarkan gosip tentang selingkuhan mantanku ke kalangan pegawai bank swasta kala itu. Alamat sudah, jangan main-main dengan dua bestieku.

Masalahnya kali ini mereka menyarankan banyak hal di luar nalar, sesuai dengan penalaran mereka yang sangat bar-bar. Dari menawarkan dukun pelet hingga menyuruhku ikut badminton demi bertemu dengan beliau.

Ngomong-ngomong tentu kedua sahabat menyarankan aku fokus pada mendekati Mas Bupati. Hmm, hal yang sangat sulit. Tapi keduanya bak timses yang siap menjadikanku calon berikutnya, calon tumbal!

Mereka tidak tahu bagaimana fansnya Mas Raditya sangat ketat menyortir siapa bakal calon yang layak untuk Mas Raditya. Dari salah satu artis yang pernah menjadi bintang tamu bersama beliau sampai seorang penyanyi tenar.

"Jadi gini, kamu ikut aja ke tim badmintonnya Ibu-ibu pejabat aja. Mereka biasanya akan mengikuti Mas Radit main badminton." Tiara mengusulkan hal yang cukup menarik tapi aku cukup malas mengikutinya.

"Tujuannya untuk mendekati Mas Bupati gitu?" Aku menggaruk hidungku yang tidak gatal, keraguanku tentu meningkat ketika mendengar Tiara memberikan sarannya.

Tiara mengangguk dengan penuh semangat. "Bilang saja mau belajar badminton. Uhm, ntar bareng aku deh, biar Oscar ngasi ijin aku main badminton kalau ada kamu. Good idea!"

Aku menggeleng pelan, Tiara emang selalu punya agenda pribadi di setiap ide yang diberikannya. Tapi boleh juga sih untuk di eksekusi.

"Pokoknya aku mau agar seolah-olah tidak sengaja bertemu," ujarku, meyakinkan bahwa ide Tiara tidak menyesatkan.

"Tenang saja.. Aku jamin tidak akan membuat orang lain curiga kalau kau sengaja kesana." Tiara menggoyangkan tangannya di depan wajahku.

Celpi menyeruput Coffee latte nya dann menggeleng kecil. "Kalau kata gue mending lu deketin Ernie aja deh. Gue lebih setuju lo sama bule deh. Itung-itung memperbaiki keturunan."

Aku menoleh ke arah Celpi. "Lalu aku dilabrak pacarnya orang Thailand itu?"

"Ahhh, tenang... dukun santet gue bisa nyampe tuh ke Thiland, gimana?"

Benar kan kedua sahabatku ini memang keturunan Dajjal tahap pemula. Bisa-bisanya memberi saran dunia magis Indo yang eksotis. Ya kali, ngirim poci atau sundi ke Thailand. Yang ada mbak Sundi ikutan operasi plastik!

"Ernie oke lho, tinggi besar kekar.. Udahlah di gym aja. Fokus sama Ernie!" Celpi menepuk pundakku. "Bisa lah ditikung. Doi jauh disana. Lu disini."

"Mending sama yang lokal aja. Susah ntar culture shocknya." Tiara mengebaskan rambutnya dengan sok elegant.

Aku menggelengkan kepalaku dengan mantap. "Ini kalian berdua emang segitu niatnya ya jodohin aku?"

"YES!"

"YA!"

Keduanya kompak sekali menjawab pertanyaanku. Aku terharu sekaligus terkejut. Sebegitu mereka mencintaiku kah? Atau ada udang di balik rempeyek?

"Kalau lu jadi sama Ernie, gue bisa ada temen yang circlenya bule-bule.. Jelas gue lebih mudah dapat akses jodoh bule juga!"

Benar kan! Meskipun mereka baik, tapi tetap ada lah yang mereka inginkan dari keputusanku.

"Nggak bisa! Pokoknya Gwen kudu ikut Badminton biar bisa deket sama Mas Bup. Pakai baju seksi ala Tanya Geraldine lah, biar makin terpikat!"

"Kan ngawur kalian! Mas Radit itu alim gitu!" Aku mengelak.

"Ah se-alim apapun juga namanya cowok pasti tetap lah masih ada suka-suka lihat yang bening." Celpi melambaikan tangannya.

"Gue buthek!" Aku meringis. "Kecuali mau pakai bedak dingin dulu."

"Udah deh, gym dan badminton bareng aja. Antara Ernie dan Raditya. Salah satu nyantol minimal lo gak jadi dilangkahi kan ya!" Tiara menengahi. Cukup bijak untuk mencoba keduanya.

Aku menghela nafas. Keduanya membuatku semakin pusing. Bukan cuma pusing mencari gebetan tapi juga mencari cara untuk dekat kepada salah satunya. Mas Radit jelas bukan pilihan pertama karena beliau orang terpandang. Tidak mungkin menyukaiku yang orang biasa-biasa. Jelas Mas Radit akan menikah dengan anak seorang konglomerat atau minimal yang sama kedudukannya dengan keluarganya. Baiklah, option Mas Raditya akan menjadi bonus saja.

Arnold? Hm, dia orang yang manis dan sangat humble dibalik perawakannya yang tinggi besar dan menyeramkan. Tapi dia yang paling welcome. Tapi tentu saja culture shock dan dia memiliki kekasih itu membuatku maju-mundur.

Coba bayangkan jika aku di posisi ceweknya dan cowokku di negara lain tiba-tiba ditikung cewek lain, bukankah itu membuatku sedih? Sejujurnya aku orang yang sangat takut pada hukum tabur tuai. Jalan satu-satunya cuma berdoa Ernie putus dengan pacarnya, dengan sendirinya!

Boleh nggak sih berdoa begitu?

***

Gwen-chana [Season 1 Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang