Hai, Aku Gwen Kennedy. Simple kan? Yes. Tapi kisah percintaanku nggak pernah simple. Hidupku normal-normal aja, tapi kisah percintaanku nggak ada yang normal. Terakhir aku menjalin hubungan tanpa status dengan seseorang yang aku kenal dari sosial media Facebook kala itu. Dan berakhir dengan dia jadi buronan polisi gara-gara membawa lari uang perusahaan.
Mana aku waktu itu pede banget bakal dinikahi dan hidup bahagia sama tuh orang. Dia supersweet, tinggi, maskulin, satu-satunya yang bisa membuat gue nurut tanpa membantah. Main pelet? Enggak sih kalau itu aku yakin. Karena dia sangat-sangat rohani. Tipikal yang berkata "Darah Yesus" ketika melewati polisi tidur dan berbahasa roh ketika di kegelapan. Long story short, sangat rohani which makes Malaikat Gabriel aja minder saking rohaninya.
Yah well, itu mengajarkanku untuk tidak hanya melihat bungkus luar maupun isi dalamnya. I mean, sama aja kan kata-katanya manis tapi karakternya nol. Mana kata bosnya waktu nyari ke tempat gue, dia main cewek lagi.
Selamat dari satu drama, tidak membuatku lepas dari drama lainnya. Name it, genrenya lebih ke romance comedy. Yap, hidupku udah kayak Korean Drama versi nyata.
Yah, untung-untungan tuh si Goblin cakep dan berubah jadi manusia, lah yang aku temui malah manusia jadi serupa Dajjal saking suka selingkuh tapi playing victim. Ada? Ada di mantanku yang entah ke berapa.
Masih banyak yang pengen ceritain dari drama masa laluku, tapi yang paling seru adalah drama yang terbaru. Kata Emak jangan suka nonton drama, ntar hidupnya penuh drama. Makanya nontonnya drama Comedy Romance. Jadi hidupku maybe penuh drama tapi endingnya bahagia.
Ya kan?!
Si cewek muka pas-pasan dibenci mati-matian sama Tuan Muda something tiba-tiba karena chemistry dan tabrak-tabrak cantik dengan slow-motion, akhirnya si Tuan Muda jatuh cinta.
Ya siapa tahu kejadian di aku, kan lumayan.
Oke sekian perkenalannya. Kalau ramai part 2.
***
Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku menulis novel. Rasanya sudah lebih dari belasan tahun yang lalu. Terakhir aku membuat kisah tentang diriku dan crush gara-gara cinlok padahal dia sudah punya pacar. I'd might said that he's all I adored that time. Aku bisa bikin dua novel dengan inspirasinya, seorang gitaris cowok keren yang super romantis. Well, setelah saat ini mengingat kembali novel itu aku jadi geli sendiri. Apalagi aku masih sering bertemu tuh cowok dengan ketiga anak dan istrinya. Hubungan kami baik-baik saja dan sampai saat buku ini ditulis aku sangsi istrinya mengetahui kalau kami pernah pergi makan mie ayam bersama (dan dia berbohong kalau sedang menemani ibunya yang sakit). Oh, dan aktifitas off-the-record lainnya.
Buatku menulis adalah tempat aku membuang perasaan yang sulit ku ungkapkan. Sulit dan tidak mungkin aku ungkapkan. Pertama karena budaya patriarki yang membuat wanita dinilai agresif jika menyatakan cinta terlebih dahulu. Kedua karena yah nggak mungkin aku bilang cinta sementara dia seperti apa perasaannya saja kepadaku saja aku tidak tahu.
Tapi menariknya setiap kali jatuh cinta aku akan menggambarkannya selugas mungkin dalam kisah yang aku tulis. Seperti novel ketika aku mengagumi kakak seniorku si pemain basket. Dan aku hanya bisa memandang dari kejauhan karena tidak pede dengan badannya yang lebih bulat dari pada bola basketnya. Jadi aku membutuhkan semacam muse untuk menuliskan novel bertema Romance.
Aku penulis novel online yang royaltinya dibayarkan dari seberapa viral dan banyaknya novelku dibaca. Well, di tengah gempuran novel 21+ masih bisa masuk 50 besar setiap minggu itu sudah tergolong pencapaian yang bagus. Meskipun kalau sudah tenggat waktu bonus bulanan datang, jari dan pikiran dipaksa bekerja keras. Di hari biasa aku bisa menyelesaikan lima bab sekaligus dalam satu malam. Di hari tenggat waktu, aku harus menyelesaikan 15 bab sekaligus.
Klak klik... klak klik.. suara Celpi menggulirkan layar ponsel di jarinya itu cukup menggangguku. Tidak seharusnya aku mengajak si turunan Pokemon sulur tumbuhan ini ngafe bersamaku ketika aku ada tenggat waktu.
"Eh.. eh.. Gwen lihat deh.. Ini kan pilot yang selingkuh sama pramugarinya itu ya." Baru juga aku menulis tanda petik dua, Celpi sudah bersuara. Aku menghela nafas. Celpi mengarahkan ponselnya ke depan mataku. Literally, hanya tiga centi di depan mataku.
Aku mendorong ponselnya menjauh dari wajahku dan memasang tampang tidak tertarik. Tapi si peranakan jaman dinosaurus ini tidak bisa membaca ekspresi wajah. Dia malah cengar-cengir tidak berdosa, "Hehe.. untung aku dulu nggak mau jadi pramugari. Aku cantiknya dapet sih, ala ala Kendall Jenner. Tapi kan resikonya besar. Kalau nggak pesawatnya nabrak gunung terus aku terdampar di pulau terpencil, bisa juga aku ditaksir pilot dan pramugara disana."
Oke ralat, temanku yang satu ini bukan hanya jenis persilangan Biawak dan Pokemon tapi juga memiliki percaya diri yang tidak setara dengan kualitas diri. Tanpa mengecilkan arti kecantikan pada umumnya dan semua wanita itu cantik, Celpi adalah cantik dengan gaya yang tidak bisa diterima peradaban. Rambutnya ikal dikuncir seadanya dan jarang keramas. Postur tubuhnya sih iya tinggi jenjang cocok jadi pramugari, tapi khusus pesawat pengantar jenazah. Bukan apa-apa, pasalnya orang hidup tidak akan tahan berlama-lama dengan Celpi yang fakir deodorant.
"Deodorant itu bikin kanker keleus," kilahnya setiap kali aku dan Tiara, sahabatku mencoba menasihati bahwa bagian lipatan bawah lengan manusianya itu beraroma seperti bunga bangkai!
Celpi masih ngoceh tentang si selebtik A dan selebtik B, sementara aku mencoba mengerahkan fokusku untuk melanjutkan tulisanku. Ini adalah hari promosi kedua dari lima hari promosi yang dijanjikan oleh Editor di platform menulis online-ku. Di hari promosi tersebut, judul novelku akan ditayangkan secara eksklusif di banner dan flyer aplikasi. Tentu saja itu akan menarik pembaca baru yang menambah pundi-pundi koin dari bukuku.
Sebenarnya aku hanya mengkambinghitamkan Celpi penyebab aku tidak bisa berkonsentrasi. Padahal sedari tadi aku terpusat pada muse-ku yang berada entah dimana saat ini. Aku menyeruput Hazelnut Coffee Latte-ku sebelum kembali mengetuk-ngetuk keyboard dengan gamang.
"Eh.. Gwen lihat nih.. Ini yang lho bicarakan kapan hari kan?" Celpi menggeser tempat duduknya untuk memperlihatkan ponselnya kepadaku. Kali ini aku tidak mendorongnya, malah justru aku merenggutnya secepat kilat sampai Celpi nyaris terjungkal karena kaget.
Deg!
Itu dia!
VT terbaru itu diunggah oleh seseorang dengan nama samaran alay "yoourbeybeh" apalah. VT itu tentang muse yang kumaksud. Aku melihatnya dengan seksama dan bisa-bisa jantungku berdebar sangat kencang dan kupu-kupu berterbangan di perutku. Dia sangat manis. Tipikal idaman semua wanita normal – baguslah karena aku takut kalau seleraku tidak normal setelah mantan-mantanku adalah anggota serikat Dajjal kala itu.
Seragam putih itu membuatnya nampak tegap dan mempesona – baru-baru ini untuk kebutuhan tulisanku, aku tahu seragam putih itu disebut PDU (Pakaian Dinas Upacara). Serba putih dengan lencana bulat di dadanya. Ah, apakah ini yang namanya malaikat dari surga?
Wait!
Ini adalah VT pelantikannya beberapa bulan yang lalu. Dan ini benar-benar viral di aplikasi buatan Koh Zhang Yiming itu. Aku memutarnya berulang-ulang hanya untuk menyaksikan bagaimana lembutnya dia membantu sang Ibunda mengangkat gaunnya untuk naik ke mobil. Lalu dia juga menggandeng sang Ibu ketika berjalan masuk ke ruang pelantikan. Ini pria terbuat dari apa sih? Kenapa bisa segagah tapi selembut ini?
Diam-diam aku meng-klik tautan dari video tersebut dan mengirimkannya ke ponselku sendiri. Celpi masih asyik meracau hal yang tidak terlalu jelas aku dengar. Aku hanya ingin menikmati waktuku menggali ide untuk meneruskan cerita novelku.
"Eh, pesen dulu sana.. laper lagi nih," ujarku, memotong keceriwisan Celpi. Celpi terdiam dan memandangku, mencerna ucapanku.
"Oh.. pesen makan... oke.." Tanpa ba-bi-bu Celpi langsung beranjak dari depanku. Aku hanya geleng-geleng kepala melihatnya sobatku sedari SMA itu. Coba Tiara ada disini, pasti dia yang bisa menjinakkan Celpi barang sejenak.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwen-chana [Season 1 Completed]
RomansaGwen-chana Namanya Gwen dan dia cewek terdrama yang pernah hidup di dunia. Kata orang Jawa tipikal "ora nduwe udel" alias tidak pernah punya rasa malu dan rasa capek. Gwen disukai teman-temannya karena sifatnya yang tidak mudah marah ketika diajak...