21. Sudah Jatuh, VIRAL pula!!

21 1 0
                                    

Kadang apa yang paling tidak kita inginkan adalah yang mendatangi kita. Kadang semesta bekerja dengan cara yang berlainan dengan apa yang kita mau. Oleh karena itu, bukan cuma Kiky Saputri yang suka ngeroasting, kadang hidup juga suka ngeroasting kita.

Contohnya hari ini. Semua sudah aman tenang terkendali dengan run down yang sudah sesuai. Bahkan sampai akhir pun aku bisa menikmati senyum manis Mas Bupati tepat di depan mukaku. Maunya aku potret dan aku laminating, tapi susah juga kalau banyak orang yang melihat seperti ini. Terlebih lagi, kanan kiriku camat dan kepala dinas yang ikut serta dalam satu City Trans yang baru dilaunching.

Saking penuhnya bus tersebut sampai beberapa terpaksa berdiri. Padahal di satu bus VIP yang diperuntukkan untuk pejabat dan kepala dinas tersebut, sudah diwanti-wanti agar tidak memuat lebih banyak lagi pelajar. Tapi karena Mas Raditya sungguh amat penyayang dan rendah hati, makanya dia lebih suka memberi banyak tumpangan kepada para penggemar ciliknya.

"Mas.. Mau satu bus donk dengan Mas Radit..." sekelompok pelajar abu-abu putih terus merangsek maju demi mendapat tempat di bus tersebut.

Reza sebagai ajudan yang bertugas mengawal Mas Raditya tentu tidak mengizinkan. Tapi Mas Radit malah mempersilahkan mereka semua masuk. Aku sendiri harus rela berbagi satu tempat duduk dengan beberapa orang siswi. Sementara lainnya berdiri berpegangan ke tempat pegangan bis tersebut.

"Eh sebentar Pak Sekda tolong diberi tempat duduk, kasihan beliau berdiri." Salah seorang protokol yang membagi tempat duduk jelas kerepotan karena kedatangan siswa-siswa tersebut.

Setelah melihat kanan kiri tidak ada yang berinisiatif berdiri maka akulah yang berdiri. Aku mempersilakan Pak Sekda untuk duduk di tempatku. Tempat yang cukup strategis. Maka ketika aku berdiri, siswa-siswi yang mencoba duduk di sebelahku pun ikut berdiri. Percuma kan kalau duduk di sana pun tempatnya sempit sekali.

"Baik, kita akan segera memulai perjalanan City Tour kita." Salah satu pemandu acara dari Protokoler mengambil alih. Dan kami pun memulai perjalanan itu.

Sepanjang perjalanan, Mas Bupati nampak sangat menikmati bercanda dengan para siswa di depan beliau. Mereka bahkan bernyanyi secara spontan mengikuti suara musik dari bus tersebut. Untung lagu yang dipilih adalah pop modern dan bukan lagu India. Bayangkan kalau lagu India. Bisa-bisa menari meliuk-liuk ala pole dance di tiang pegangan bus.

Kami sempat berhenti di persimpangan jalan protokol di dalam kota. Disana kami sudah disambut dengan siswa siswi yang berdiri di sepanjang jalan sambil mengibarkan bendera merah putih menyambut peluncuran bus baru kami. Bahkan Mas Raditya membuka jendela untuk melambai ke arah orang-orang yang menunggunya di pinggir jalan.

Kami masuk ke jalan antar kecamatan yang lebih sempit. Tapi semakin masuk ke daerah pedesaan, semakin banyak siswa yang berjejer di pinggir jalan. Bahkan bukan hanya siswa tapi juga ibu-ibu tani dan warga yang ingin menyaksikan secara langsung bus terbaru milik pemerintah ini.

Saat itulah hal naas itu terjadi. Aku yang berusaha sekuat tenaga menahan badan agar tidak ikut berayun ketika melewati jalan yang cukup bergelombang karena naik dan berbukit, sempat lepas kendali.

Pasalnya tepat di depan sana sebuah gerobak dengan dua sapi yang tambun tanpa dosa siap dikurbankan untuk hari raya, tiba-tiba melintas. Inilah yang membuat Pak Sopir yang sekalipun sangat siaga, harus tetap menginjak rem keras-keras.

"BRUAKKK!!!"

"Pelan-pelan pak supir!!"

Terlambat. Bus kami berhenti total untungnya tidak sampai membuat sapi-sapi itu berubah menjadi sapi geprek.

Masalahnya, justru aku yang tertimpa siswa-siswi ini. Sudah jatuh ketimpa manusia lagi!

"Auccchhh..." Aku mengerang kesakitan ketika badanku tertindih sempurna dibawah adik-adik SMA ini.

"Ah, maaf ya kak.." sahut mereka sambil berdiri masing-masing.

Aku meringis. Jatuh dalam posisi telungkup sudah cukup memalukan, apalagi ini di depan Mas Bupati dan orang-orang petinggi lainnya. Aduh, mau ditaruh mana mukaku ini! Sambil memegangi kepalaku yang terasa pening itu, aku merasakan sesuatu yang hangat menetes di sana.

Samar-samar aku mendengar suara Mas Raditya bertanya padaku. "Gwen.. Kamu tidak apa-apa?"

Lalu semuanya terasa ringan.

***

Aku terbangun tepat ketika Celpi berteriak di telingaku. Aku kira aku sedang bermimpi adegan 18 + dengan Lee Min Hoo ternyata malah terbangun di ruangan serba putih dengan suara cempreng Celpi yang mengesalkan.

"Hah? Ngapain aku disini? Kok ada Celpi? Pasti aku sudah di surga.." ujarku sambil memegangi kepalaku yang terasa ngilu.

"Hoi... nih anak kayaknya beneran gegar otak deh. Inget nggak, tadi pagi kamu mengalami kecelakaan. Kepala lu bocor karena beradu keras sama besi persneling. Keren banget dah bisa sampai dijahit lima gitu. Oh satu lagi... Lo viral nek!!!" Celpi terlalu bersemangat menjelaskan. Sedangkan aku mendengarnya saja, aku pusing.

"Hah? Nenek gue viral?" tanyaku sambil memegangi kepalaku yang kini sudah diperban.

"Bukan! Lo yang viral gara-gara digendong keluar dari bus sama ajudan kerennya Mas Bupati. Ah, nggak keren-keren banget sih Reza itu. Tapi banyak yang ngesyut dan bikin viral video lo! Sekarang jadi trending dan fyp. Gara-gara kepala berdarah, seorang wanita harus digendong keluar dari City Trans yang baru dilaunching untuk dilarikan ke rumah sakit!" Celpi membacakan tajuk video viral tersebut.

Aku bengong.

"Nih lihat sendiri..." Celppi menyerahkan ponselnya kepadaku.

Disana diputar sebuah video tentang bagaimana Reza membawaku turun dari bus.

Aku hanya bisa melongo.

Gwen-chana [Season 1 Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang