5. Ajudan Mas Bupati

32 3 0
                                    

Mereka yang ditakdirkan ada di hidupmu, sejauh apapun kalian pikir mereka telah pergi mereka akan kembali ke sisimu. Itu yang dikatakan banyak quote yang kubaca. Juga pesan terakhir Emak sebelum beliau menghembuskan nafas terakhir.

Kala itu aku hanya bisa menahan airmataku dan mengangguk. Aku tidak sanggup menolak pesan terakhir Emak yang selama ini begitu sayang pada mantanku. Yup, Reza Ardian Prabowo. Yang namanya ingin sekali aku hapus seumur hidupku.

Dia tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa kata-kata keluarganya waktu itu tidak bisa aku terima sama sekali. Bagaimanapun keadaan keluargaku, tidak ada satupun yang berhak meremehkannya, terutama ketika aku adalah anak pertama mereka. Justru waktu itu Reza lebih memilih untuk menuruti Mamanya untuk meninggalkanku setelah menuduhku berselingkuh dengan seorang partner di Event Organizer yang aku kelola.

Padahal kami sudah berpacaran lebih dari tiga tahun dan sudah merancangkan pernikahan kami. Pertunangan kami pun dibatalkan begitu saja. Kabarnya Reza melanjutkan sekolah kepolisian. Terbukti saat ini dia di hadapanku dengan seragam hitamnya bertuliskan POLRI. Aku dengar ADC dari Mas Bupati memang diambil dari Kepolisian setempat. Baiklah, aku tidak tahu kalau akan bertemu dengannya kembali di sini. Ayolah, ada ribuan kota di Indonesia, kenapa dia mesti kembali kemari?

Aku mencoba mengambil kembali ponselku tapi Reza mengangkatnya lebih tinggi dan menepis tanganku. Aku mendelik padanya sebal. Ini orang jelas-jelas tahu donk siapa aku. Apa dia pura-pura tidak melihatku.

"Orang asing kecuali lembaga dilarang mengambil video live," ujarnya sambil memencet tombol off, mematikan ponselku. Aku merengut. Bisa-bisanya dia seenaknya sendiri.

"Lho bukannya yang lain juga bukan dari lembaga? Kenapa mereka diizinkan sementara aku tidak diizinkan?" Aku berkacak pinggang, berharap aku yang cuma sebatas pundaknya itu cukup mengintimidasi meski hanya sok-sokan pamer otot dan lengan kecilku.

Pertama kalinya Reza tersenyum kecil, lalu mendekat padaku. Wajahnya hanya beberapa senti di depanku, aku otomatis mundur selangkah. Bahkan aku menahan nafasku tapi tidak bisa menahan degup jantungku.

"Aku tahu kamu adalah fangirl yang mencuri-curi video dari bos kami. Jadi begini caramu move on?" Reza menyeringai menyebalkan. Di balik kacamata hitam itu dua mata yang mungkin kini berkilat menyebalkan. Seandainya saja aku punya kekuatan untuk mengubah manusia menjadi pupuk kandang, maka Reza akan menjadi yg pertama.

Atau jadi sapi perah!
Apapun asal bukan manusia.
Meski aku akui bulu-bulu halus di dagunya membuatku menelan ludah.

Argh Gwen!! Apa-apaan sih kamu nih!!

Buru-buru aku membuang muka sebelum seluruh mukaku memerah seperti seragam kesebelasan Manchester United. Aku sebaiknya pergi dari hadapan Reza sebelum dia mulai memanggil teman-teman ajudannya yang lain. Tapi ponselku masih di tangannya dan aku belum bisa mengambilnya, terutama ketika tanganku yang sebelah dicekalnya.

"Let me go.." Aku mendesis, tapi Reza justru mempererat genggamannya.

"Ikut aku ke pos.." ujarnya tersenyum sinis. Aku melotot. Heh! Memangnya aku maling sandal atau tersangka korupsi bansos? Yah meskipun 11-12 dengan aku si Ansos.

"Apa salahku?" Aku menarik lenganku, tentu saja tidak mau mengikutinya.

Reza bersikukuh membawaku tapi aku pun bersikukuh tidak mau mengikutinya. Pria ini tidak pernah mau mengalah, seperti itulah dia dari dulu. Si keras kepala, selalu mau menjadi pemimpin tapi karena itulah aku si anak pertama yang sangat sulit tunduk pada siapapun, bisa jatuh cinta padanya. Reza adalah sosok ayah, kakak, mentor, sekaligus kekasih bagiku. Aku bisa sangat manja padanya dan dia pun sangat memanjakanku.

"Mas.. Mas Reza.."
Panggilan itu menyelamatkanku. Reza melepaskan tangannya dan bersikap siap. Aku menoleh dan mendapati wajah sumringah Mas Raditya. Dia tersenyum manis dan mengulurkan tangannya ke arahku.

"Mari maju kesini.. Mbak..."
"GWEN.. Panggil saja Gwen, Mas.. Tanpa mbak.." Aku tersenyum malu-malu. Dan Raditya benar-benar menyambut tanganku. Nyaris menarikku ke panggung. Di saat itulah sumpah demi dicium Song Joong Ki, Reza melepas kacamata hitamnya dan menatapku tajam. Setajam ketika dia melihatku bersama pria lain ketika itu.

Fokus Gwen!
Lebih baik fokus pada pria di depanku yang namanya sedang dielu-elukan ribuan ibu-ibu dan remaja putri di depanku. Aku mencoba tersenyum saat Mas Radit dengan tegas menyuruhku memperkenalkan diri.

"Halo, saya Gwen dan saya adalah seorang penulis novel," ujarku terbata karena Mas Radit mengarahkan mic itu kepadaku tapi masih memegangi ujungnya. Dan posisi kami begitu dekat.

"Oh jadi ini adalah penulis novel online yang wajahnya mirip saya itu ya? Jadi itu cerita saya atau bagaimana?" tanya Mas Radit dengan senyum mengembang sempurna.

Aku menggeleng cepat. "Itu hanya cerita fiksi. Tapi inspirasinya memang anda."

"Oo.. saya kira cerita saya beneran." Mas Radit terkekeh dengan suara yang merdu. Semua orang jelas meleleh karena suaranya.

Hanya saja, terlalu cepat berharap kalau Mas Radit akan mengatakan hal-hal yang manis. Selanjutnya, Mas Radit menyambung, "kok beda ya dengan fotonya di sosial media? Untung ga ada beleknya seperti waktu itu Hehehe.."

Aku menahan senyum. Ya kali, di sosial media kan aku memakai filter terbaik dengan angle terbaik. Dan pertemuan pertama kami ternyata berkesan bagi beliau. Yah mungkin beliau terkesan. Siapa nih cewek berani-beraninya masih bau jigong dan belekan sudah menampakkan diri di depan Bupati.

***

Gwen-chana [Season 1 Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang