19. Stalking Skill = PRO

8 1 0
                                    

Memiliki bestie dengan stalking skill Pro tingkat dewa bahkan bisa lulus passing grade seorang FBI itu sebuah kemujuran tersendiri. Pasalnya, dari pengalaman tanpa background check, sebuah hubungan sangat-sangat rentan dengan segala scam dari manusia bermodal omon-omon doank.

Begitu ada gelagat bakal jadi crush maka Celpi dan Tiara adalah duo FBI yang akan menyelidiki segala latar belakang suspect X.

"Hmmm... Instagram pribadinya terkunci. Tapi instagram kerjaannya public nih. Bentar, gue telusuri dulu." Celpi sibuk dengan Ipadnya mencoba mengulik mengenali kehidupan Hans.

Tiara dengan circlenya yang sangat luas tentu dengan gampang mencari semua tentang Hans melalui grup rumpinya.

"Eh jeng, waktu photoshoot anak pertama itu bener pakai Shining Shimmering Splendid Photography? Eh iya bener ya? Sama Hans bukan? Ah bukan ya? Oh sudah tidak kerja disana bulan lalu?" Tiara mengerling kepadaku. "Baik.. Eh, terima kasih lho. Eh pinjol? Bukan. Cuma mau tanya aja, temenku ehm, kayaknya mau pakai jasa fotonya hehe.. terima kasih ya buat nomer telepon bosnya. See you di arisan minggu depan!"

Tiara menutup teleponnya dengan anggun, lalu pasang tampang slengean seperti biasa. "Jadi menurut Istri Kasatlantas yang baru motretin anaknya new born bulan lalu, yang pegang di 3S photography bukan lagi si Hans. Kata bossnya sih udah keluar. Dan ini aku dikasih nomer telepon bosnya. Mau tanya-tanya nggak nih?"

Aku menggigit bibirku. Antara penasaran dan takut dengan hasil yang kudapatkan membuatku semakin bimbang.

"Gimana?" Tiara menyodorkan ponselnya padaku. "Kamu atau aku yang telepon?"

"Ti... apa kita tidak kejauhan ya?" tanyaku bimbang sampai ubun-ubun. Belum pernah aku berpikir sekeras itu selain dari soal Matematika yang bilang "Ibu Budi membeli duren 250 biji". Itu Ibu Budi tengkulak apa yah.

Tiara menggeleng. "Enggak. Kali ini bener-bener deh harus dilakukan background check sebelum menggebet seseorang. BI check juga. Siapa tahu dia ada pinjol yang belum lunas dan jadi nunggak. Mending selamet sekarang, Non, dari pada kamu kenapa-kenapa."

"Tapi kok aku jadi kesannya parno banget ya. Kok aku jadi trust issue ke banyak orang?"

"Bukan trust issue tapi kita perlu tahu siapa yang bakal kita deketin. Yah, anggap aja pemetaan daerah taklukan." Tiara menepuk pundakku, memberi semangat. "Dulu aku juga tanya kesana kemari tenatng Oscar sebelum iyain pacaran sama dia. Aku menghitung prospek ke depan. Waktu itu kami sama-sama baru lulus kuliah. Mulai dari nol banget tapi karena Oscar lulusan luar negeri, posisi di kerjaan dia lebih tinggi. Prospek ke depannya jalan. Dua tahun kemudian dia bisa beli rumah sendiri dan mobil sendiri. Makanya kami siap nikah. Lha kalau kamu dideketin cowok yang modal tampang doank, dompet kosong, modal ngutang. Ya gimana mau seriusin kamu, dia seriusin hidupnya sendiri aja nggak bisa!"

Aku manggut-manggut mengiyakan. Baru kali ini Tiara bisa memberi penjelasan panjang lebar seperti ini. Dia memang ahlinya ngomel tapi kali ini dia juga ahlinya memberi wejangan dengan logika. Mungkin benar kehidupan pernikahan membuatnya semakin bijaksana. Minimal dia bisa mengajarkanku bahwa cinta itu juga ada hitungannya. Secinta-cintanya kita kudu realistis dan punya visi misi ke depan.

Wuih, udah kaya calon legistlatif Partai Seblak Pedes aja nih gue!

"Eh lihat! Ignya baru aja nerima seken akun gue!" Celpi berteriak kegirangan. Nih orang satu emang seken akunnya bejibun kayak daster kodian. Biasanya dia pakai buat buzzerin diri sendiri agar postingannya naik. Dan kadang juga buat war komen tanpa harus melukai akun yang asli dalam track record.

Aku ingin mencoba meniru Celpi dengan seken akunnya, tapi malah aku diserbu penjual pembesar-pembesar anggota tubuh yang suka spam. Baiklah. Aku tidak cocok jadi buzzer ataupun stalker.

"Isinya apa nih Cel?" Tiara juga akhirnya ingin melihat isi dari Instagram Hans. Aku apalagi. Sudah ingin kurebut ponsel Celpi tapi aku harus tahan diri.

"Ini ada foto dia sama cewek." Celpi menunjukkan layar ponselnya padaku.

Deg!

Jangan-jangan...

"Eh itu Neneknya dink.. Wih neneknya masih muda banget gini. Gayanya hebring kayak nenek lincah alias neli!" Celpi terkikik sendiri mendengar jokenya.

Aku menghela nafas. Kudu bersabar berapa lama sih biar nih hape aku yang lihat sendiri.

"Eh, ini dia sama keluarga besarnya. Pake baju merah-merah. Apa habis Sincia ya?" Aku menengok ke ponsel yang di bawa Celpi.

"Bukan Sincia itu... Kok ada tanda Double Happiness?" aku menunjuk layar ponsel itu.

"Itu... Tunangan..." Tiara yang ikut melihat ke ponsel yang dibawa Celpi menunjuk pada foto mereka disana. Tampak Ko Hans dalam balutan jas berwarna merah diiringi dengan keluarganya. Dan di sebelahnya ada seorang wanita yang sangat cantik dan anggun.

"Jadi Hans juga sudah bertunangan!? Lalu ngapain dia sleep-call an sama gue!!!!"

Aku Cuma bisa meraung-raung menangis menghadap tembok. Gini amat yak!

***

Gwen-chana [Season 1 Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang