Kenapa sih kalau cowok lebih mudah move on dari pada cewek? Itu yang selalu aku ingat di dalam pikiranku. Bagaimana bisa dua orang yang berada dalam sebuah hubungan dan jangka waktu yang sama tapi memiliki ending berbeda ketika berpisah?
Dan jawaban dari hal itu tidak aku temui sampai hari ini. Tidak sampai hari dimana Reza datang ke kantor EO ketika aku bersama Sidney sedang membicarakan rencana pembuatan film. Sidney punya kenalan Production House yang sudah cukup solid di kota ini yang mengajak kolaborasi. Kesempatan emas ini tentu saja tidak akan aku lewatkan apalagi sudah ditantang langsung oleh Mas Bupati.
Cuma masalahnya sekarang, tantanganku bukan hanya menjadikan cerita yang kutulis menjadi film saja tapi juga bertemu dengan Reza adalah perkara berbeda. Coba saja Sidney memberitahuku sebelumnya. Aku tentu tidak akan datang dengan menggunakan baju monyetan seperti ini.
Tapi aku tetap pede dengan yang kugunakan, meski aku baru ingat kalau ternyata aku belum sempat cukur bulu ketek. Demi menjaga stabilitas negara tercinta aku harus mengunci lipatan ketiakku rapat-rapat. Apa kata dunia kalau melihat rimba raya di baliknya.
"Kita bertemu lagi..." ujar Reza mengangkat tangannya memberikan salam. Aku sudah dengan pedenya tersenyum tapi ternyata Reza ngeloyor melaluiku. Dia bersalaman dengan Sidney yang ternyata tepat berada di belakangku. Aku buru-buru menurunkan tanganku.
Reza menyadari ketengsinanku lalu tersenyum kepadaku juga, seraya berkata dengan jahil. "Tangannya udah sembuh, Mbak? Sudah bisa garuk pantat sendiri kan."
Aku mendengus, tapi Reza justru tersenyum kecil. Sejenis senyum nakal yang minta digigit. Eh, apaan nih main gigit-gigit aja.
"Kenapa tuh tangan si Gwen? Kalian habis bertengkar?" Sidney ikt memperhatikan perban di tanganku dengan seksama. Reza mengangkat bahunya dan nyengir kecil.
"Biasa permasalahan rumah tangga..."
Dan aku dengan sengaja meninju lengan Reza. Dasar! Rumah tangga mbahmu!
"Kalian sudah balikan.. Baguslah, dari pada Reza juga kelamaan menduda..hmmp..." Sidney menutup mulutnya dengan segera ketika Reza memandangannya dengan tajam.
"Reza duda?" Aku mengulang dengan lirih, memandang Reza dan Sidney bergantian.
"Jadi sampai mana kita tadi?" Sidney pura-pura sibuk dengan laptop di depannya. Reza juga ikut-ikutan memandangi laptop yang Sidney buka.
Hanya akukah yang sadar di ruangan ini bahwa Laptop Sidney sedang membuka aplikasi Games Candy Crush PC dan bukan membuka kerjaan!
"Ya udah kalian selesaikan dulu aja Candy crush kalian!" Aku menyela dengan ketus mengambil ancang-ancang hendak keluar dari ruangan tersebut.
"Eh eh mau kemana.." Sidney menarik tangan kananku.
"Iya, Gwen.. disini aja. Aku baru saja datang atas undangan Sidney. Kami akan membantumu menyelesaikan tugas yang diberikan Mas Bupati. Anggaran sudah disiapkan, tinggal kalian mengeksekusi," ujar Reza menenangkanku. Tapi aku tetap memberinya side eye bombastic seolah gara-gara dia lah kehidupanku kacau. Meski benar memang gara-gara dia.
"Jangan kuatir, aku bisa membedakan antara profesional dan pribadi. Jadi jangan baper." Reza tersenyum sekilas padaku.
Gileee! Siapa yang baper nih! Ni mantan satu mentang-mentang udah nambah pangkat, pake seragam, makin keren, makin berisi dan sixpack, makin mentereng jadi ajudan bupati, makin ... duh, ternyata dia memang punya seribu alasan untuk tampil percaya diri di depanku.
"Oh baiklah.. tenang saja.. aku juga tidak akan terpengaruh. Kan yang sekarang aku sukai si Mas Radit," ujarku, sedikit membusungkan dada. Reza Cuma nyengir menatapku.
"Kau tidak sedang mempercayai kalau dia beneran single kan?"
Aku menatap Reza lekat-lekat, "kau tahu kan kalau ajudan itu tidak boleh sembarangan berkata-kata. Apalagi tentang hal pribadi!"
"Siap.. terimakasih sudah mengingatkan." Senyumnya merekah kembali. Duh dasar mantan satu ini bikin hati kebat-kebit. Mau kembali pun tidak mungkin. Aku paling males dengan benda second.
Ah apa-apaan ini. Kenapa pikiranku melantur kemana-mana. Aku mencoba kembali ke tempat duduk dan fokus dengan apa yang sedang kami bicarakan. Sidney setuju untuk membuat rencana anggaran sementara cerita yang kutulis akan dituangkan kembali ke dalam naskah film. Bukan perkara yang mudah karena naskah film sangat detail. Kalaupun bisa akan memakan banyak waktu. Lalu kami memulai untuk mencari pemeran yang sebisa mungkin adalah putra putri daerah. Ada beberapa orang yang menjadi calonnya tapi selebihnya tentu membutuhkan casting.
"Za, berarti kamu masih bisa membantu di EO kita donk?" tanya Sidney pada Reza yang keduanya kini saling mengepulkan asap rokok di sekelilng mereka.
Reza mengangguk. Dan aku bertaruh demi apapun aku melihat Reza menelengkan kepalanya dan menunjuk aku dengan janggutnya.
"Gara-gara dia..."
Sidney tersenyum kecil. "Kenapa kalian tidak balik saja?"
Reza terdiam, begitu pula aku.
"Masalahnya menikah itu bukan tentang semalam dua malam, tapi bagaimana kita berkomitmen selamanya," jawab Reza kembali menyesap rokoknya perlahan.
"Jika ada kesempatan untuk kembali padanya, maka kau akan..." Sidney berseloroh. Reza tidak menjawab, dia justru berdiri dan menghampiriku.
"Kita perlu bicara..." ujarnya dengan suara teduh dan dalam yang kusuka.
Aduh!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwen-chana [Season 1 Completed]
RomanceGwen-chana Namanya Gwen dan dia cewek terdrama yang pernah hidup di dunia. Kata orang Jawa tipikal "ora nduwe udel" alias tidak pernah punya rasa malu dan rasa capek. Gwen disukai teman-temannya karena sifatnya yang tidak mudah marah ketika diajak...