5

45K 763 2
                                    

Awass typo!!!

Dirga terdiam merenung di kamar tersebut. Pikirannya ntah sedang menerawang kemana.

Berjam-jam ia termenung di sofa single kamar tersebut sambil menatap gedung-gedung tinggi dari balik dinding kaca kamar tersebut.

Lamunannya terusik kala bunyi dering handphone nya berbunyi

Drttt drttt

"Ada apa?" Tanyanya kepada si penelpon

"Sayang, bukankah kau berjanji akan mengajaku makan malam mewah malam ini? Tapi kenapa kau tidak ada mengabariku sedari tadi??" Ucap sang penelepon

"Maafkan aku Laudia. Aku tak bisa memenuhi janjiku" ucapnya tenang sambil menatap lampu-lampu gedung pencakar langit di luar

"Bagaimana bisa kau mengingkari janjimu? Sayang kau tau bukan aku ingin sekali makan malam di Hotel luxury!!" Ucapnya marah ketika mendengar penuturan Dirga

"Aku sedang tidak enak badan" lirihnya

"Begitu? Baiklah. Kapan-kapan kau harus menepati janjimu sayang. Aku masih menunggu makan malam mewah yang kau janjikan" ucapnya yang mulai tenang

Tanpa membalas Dirga memutuskan panggilan itu.

Menatap miris dirinya sendri. Bukankah ia mengatakan dirinya tidak enak badan? Namun, terlihat sekali lawan bicaranya tak ada rasa khawatir sama sekli. Ia hanya menginginkan janji yang jelas ia sendri yang memaksa bukan Dirga yang membuat janji.

Dirga menatap ranjang yang menjadi saksi bisu percintaan menggairahkan mereka semalam dan pagi ini.

Dapat ia lihat spray putih yang memiliki noda merah dan selimut yang acak-acakan.

Tanpa merapikan kamar tersebut, Dirga segera keluar dari sana dan meninggalkan perusahaannya.

Ia ingin segera pulang ke penthouse nya untuk segera tidur dan menata pikirannya.

••••••••••

Aletta meringkuk di atas tempat tidurnya.

Kamar yang terlihat sangat gelap tanpa sedikitpun penerangan.

Matanya tak henti-hentinya mengeluarkan air mata dan isakan kecil dari mulutnya.

Hatinya teramat sakit memikirkan cara menjalani hidup kedepannya.

Disatu sisi ia bahagia bisa merasakan seintim itu dengan sosok yang ia cintai selama ini. Meskipun ini salah namun ia tak mengelak perasaannya begitu membuncah.

Cinta pertama, ciuman pertama bahkan semua hal pertama dalam hidupnya hanya tertuju kepada Dirga.

Hatinya berdebar kencang namun juga terasa sangat menyakitkan. Dirinya merasa bersalah akan hal yang terjadi.

Meskipun ia tau itu semua adalah kesalahan, namun rasa bersalah ini tetap Hadir dalam hatinya. Ia merasa sangat bersalah kepada tunangan Dirga.

Seumur hidupnya ia tak pernah membayangkan akan melakukan hal seperti itu dengan dirga.

Aletta tak pernah sekalipun bermimpi untuk bersama Dirga.

Cinta baginya hanya cukup melihat Dirga bahagia dan menjalani hidup yang baik.

Bahkan Aletta sudh memikirkan bahwa dirinya tak akan pernah menikah. Banyak trauma sebuah hubungan yang tak berjalan baik untuknya.

Mereka semua hanya ingin dirinya menjadi sempurna dan tidak mempermalukan ketika di bawa ke depan umum.

Mereka semua selalu memandang rendah dirinya yang hanya lulusan SMA.

Mereka selalu mengatakan, gadis sepertinya seharusnya bersyukur mendapatkan pria berpendidikan seperti mereka.

Dirga & Aletta (21++)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang