Double up, mumpung kuota malamnya masih aktif, votenya jangan lupa ya di chapter sebelumnya smaa yang ini, hehehe
"kakak, bangun. Ini waktunya ke kantor. Hari ini ada meeting penting kan?" Ucap Aletta membangunkan sang pujaan hati.
Aletta telah rapi dengan dress rumahannya. Setelah membuatkan sarapan, ia segera membangunkan Dirga yang masih terlelap dalam tidurnya.
"Nghhh, sebentar lagi sayang" gumamnya mengantuk
"Tidak bisa, ini sudah jam setengah tujuh, jika menunda lagi kamu akan terlambat. Bukankah meeting akan berlangsung jam 8 nanti?"
Mendengar ucapan Aletta, Dirga segera bangun dan memeluk Aletta yang berdiri di sisi ranjangnya. Kepalanya bersandar pada perut wanita itu.
"Eumm. Baiklah, perutmu terasa lebih berisi sayang. Hm bahkan terasa suara detak jantung, bagaiman bisa detak jantungmu berada di perut? Hahaha" kekehnya yang masih terpejam
Aletta hanya mengelus rambut Dirga sambil tersenyum "cepat mandi, pakaian sudah aku siapkan" ucapnya kemudian berlalu meninggalkan kamar tersebut
Dirga juga segera memasuki kamar mandi dan bersiap-siap.
Sampai diruang makan, mereka sarapan seperti biasanya di selingi obrolan-obrolan ringan. Hingga akhirnya tiba waktunya untuk dirga berangkat ke kantor.
"Daddy berangkat dulu. Sayang jangan lupa persiapkan apa saja yanga kan kita bawa nanti. Dua hari lagi kita berangkat" ucap Dirga sambil memeluk Aletta
"Eum. Hati-hati di jalan dan semoga pekerjaannya lancar" jawabnya
Dirga mencium Aletta lembut sebelum meninggalkan Aletta sendirian.
****
Waktu menunjukkan pukul 11 siang, tiba waktunya untuk makan siang, meeting baru saja selesai setelah melewati keadaan yang cukup alot.
Dirga bersama sekertarisnya adam, memasuki ruang kerja dirga dan melihat seseorang yang duduk tenang di dalam sana.
"Ayah?"
Lasma , ayah kandung dirga kini duduk tenang di sofa ruangan tersebut dengan iPad di tangannya. Melihat tuan besarnya, Adam menunduk sopan dan meninggalkan ruangan tersebut.
Dirga berjalan menuju ayahnya dan duduk di kursi seberang ayahnya. Keduanya memiliki watak yang Sama, hingga ruangan tersebut mengeluarkan aura yang mencekam.
"Ada apa ayah kemari?" Tanyanya dingin
Lasma tak mengalihkan tatapannya dari iPad miliknya, dan tetap meneliti pekerjaannya.
Melihat ayahnya yang masih mengabaikannya, dirga berjalan menuju kursi kerjanya.
"Sampai kapan kau akan memelihara mainanmu itu?!" Ucapnya dingin
Langkah Dirga terhenti, namun kembali melangkah ke kursinya.
"Itu urusanku. Tak ada hubungannya denganmu!" Balasnya tajam
Lasma mematikan iPadnya Dan menyandarkan punggungnya pada sofa dengan tangan terkepal di atas kaki yang bersilang.
"Tentu itu urusanku. Pernikahanmu dan Laudia sudah kami tentukan. Bulan depan, kalian akan menikah. Tak ada gunanya mendengar pendapatmu, karna kau hanya akan terus menunda-nunda. Terutama sekarang kau memiliki mainan yang sangat kau gemari" ucapnya sinis
"Jaga ucapanmu. Ia bukanlah mainan ataupun wanita rendahan seperti pilihanmu itu" ucapnya dingin.
Keduanya saling memancarkan aura permusuhan meskipun tak berhadapan langsung. Namun siapa saja yang memasuki ruangan itu akan mengetahui jika tak seharusnya mereka ada di tengah-tengah kedua dominan tersebut.
"Tentu berbeda. Pilihan kami, adalah wanita terhormat kelas atas, tidak seperti pilihanmu. Aku hanya ingin mengatakan, cepat singkirkan pengganggu itu sebelum aku yang menyingkirkannya. Dan juga jangan mencoba lari dari pernikahan ini jika tak ingin ibumu terluka" ucapnya kemudian bangkit meninggalkan ruangan sang putra.
Dirga membanting vas porselen di atas mejanya dengan tangan terkepal.
Inilah yang membuatnya tak bisa memutuskan pertunangan tersebut. Ibunya tak segan-segan mengancam bunuh diri jika ia tak menikah dengan laudia. Di matanya, laudia adalah menantu idaman yang di minati semua ibu mertua. Tanpa mengetahui betapa busuknya wanita itu.
Bagi Dirga, ibunya adalah segalanya. di saat ia memiliki ayah yang sangat keras, ada ibunya yang penyayang di sisinya.
"Akhirnya kau mengetahuinya" lirihnya dingin dengan mata penuh amarah.
Dirga harus segera mengumpulkan semua bukti untuk menyadarkan ibu dan ayahnya. Ia tak bisa kehilangan Aletta. Jika ingin egois dirinya bisa pergi menghilang bersama Aletta dan memulai hidup baru hanya berdua saja. Namun, ia tak bisa membiarkan ibunya menanggung malu, atau bahkan menjadi terpuruk nantinya.
Jika ingin memutuskan pertunangan ini. Ia harus membuat semua orang mengetahui betapa busuknya sang tunangan. Jika tidak, orang-orang hanya akan menganggap dirinya lah yang bersalah disini dan meninggalkan wanita baik hati seperti laudia.
Mereka yang tidak tau akan berpikiran semua salah dirinya.
Dirga tak sebaik itu hingga harus membuat keluarganya yang menanggung semua akibat dari putusnya pertunangan ini.
Laudialah yang sedari awal mempermainkan dirinya dan keluarganya. Jadi jangan salahkan ia jika nantinya, mereka semua yang akan hancur.
Drttt drttt
"Halo"
"Sayang, kamu hari ini bisa kan jalan-jalan sama aku??? Ada barang baru yang lagi launching, temenin aku ya?"
"Aku sibuk"
"Kamu sibuk terus. Aku bilangin mamah loh biar kamu di marahin. Udah berbulan-bulan ini kamu jarang luangin waktu buat aku. Kalo bukan mama yang nyuruh kamu pasti sibuk terus"
"Sudah ku katakan jika aku sibuk. Jika kau ingin memiliki kekasih yang memiliki banyak waktu luang, maka carilah seorang pengangguran" ucapnya dingin
"Ck, kamu berubah! Kamu nggak kaya dulu lagi!! Jangan-jangan kamu punya selingkuhan di luar sana? Iyakan? Aku aduin ke mamah pokoknya!!" Ucapnya marah
"I don't care"
Dirga segera memutus sambungan telepon tersebut dan menghela nafas lelah.
Kehidupannya benar-benar berbalik 180 derajat dari masa SMA nya. Dirga Sudah seperti tak mengenal dirinya lagi.
Namun bersama Aletta, ia bisa menjadi dirinya sendiri. Melimpahkan kasih sayang yang benar-benar ia miliki kepada seseorang yang ia cintai. Perasaan ini begitu membuncah hingga membuatnya mabuk kepayang.
"Aku tak bisa membayangkan hidup tanpamu Aletta" lirihnya dengan kepala tertumpu di kepalan tangannya.
Samar-samar, ia dapat mengingat seorang gadis cantik yang pendiam dan penyendiri di masa SMA nya. Gadis yang memiliki perasaan familiar dengan Aletta saat ini.
Namun seberapa keras ia mencoba mengingat, wajah tersebut selalu kabur, hanya bayang-bayang tak jelas yang dapat ia rasakan.
Tak jarang mimpi-mimpi semasa SMA nya juga muncul, dan setiap kali ia bermimpi, selalu terlihat wanita penyendiri tersebut, paling banyak ia hanya melihat punggung ramping dengan rambut tergerai indah.
Jika bukan karna perasaan familiar yang ia miliki semasa masih sekolah, Dirga akan salah mengira jika ia sedang memimpikan makhluk tak kasat mata. Namun sayangnya, ia memang samar-samar mengingat sosok wanita yang pernah ia sukai diam-diam walaupun pada akhirnya tak ia perdulikan lagi.
Karna dirinya yang telah lulus sekolah dan melanjutkan jenjang perkuliahan. Dan lambat laut ia pun melupakan wanita tersebut.
Lagipula itu hanyalah rasa ketertarikan yang lebih menjurus penasaran, yang pada akhirnya harus ia lupakan karna tak memiliki waktu hanya untuk sekedar mencari tau.
TBC~
👇Jangan lupa vote dan komennya yaaa!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga & Aletta (21++)
Romance⚠️Kawasan 21++ di bawah umur di larang Baca!!! Mohon bijak dalam memilah bacaan!!⚠️ Jangan lupa vote, dan komennya ya!! Follow juga!! ••••••••••••• Kesalahan satu malam yang menjadi awal mula hubungan ini. "T-tuan nghhhh h-hentikan! Ahhh" ucap Ale...