Bangka Belitung, pulau yang terkenal akan keindahan lautnya tersebut menjadi tempat Aletta mendaratkan kakinya.
Sebenernya ada ketakutan tersendiri untuk merantau ke tempat yang belum pernah ia datangi.
Namun, memikirkan hidupnya yang benar-benar harus menjauh dari ibu kota Jakarta, Aletta memilih memijakan kaki pada pulau ini.
Dengan tabungan yang ia miliki, Aletta membeli sebuah rumah minimalis di dekat salah satu pantai di sana.
Tak ada alasan khusus, ia hanya ingin selalu melihat pantai untuk mengingatkannya pada sosok Dirga, dan Bangka Belitung adalah tempat yang memiliki lautan indah dan menawan.
Setidaknya tempat ini akan selalu mengingatkannya pada kenangan manis mereka di pulau Bali.
Beruntungnya, ia mendapatkan sambutan baik dari warga setempat, warga yang sangat ramah dan tentu saja membuat dirinya merasa nyaman.
Bahkan ketika mengetahui jika dirinya sedang hamil, mereka tak banyak bertanya karna menyadari jika setiap orang memiliki masalahnya sendiri.
Sejak itu, Aletta menjalani hari-harinya di sana bersama para warga, melihat peluang bisnis yang ada di wilayah tersebut, Aletta membuka toko roti dan kue di pinggir pantai.
Banyak turis dan wisatawan yang berkunjung ke pantai tersebut hingga tidak sulit untuk memulai bisnis di sana.
Walaupun ia harus mengeluarkan hampir seluruh tabungannya untuk membangun sebuah toko kecil di sana, namun menurutnya itu sepadan.
Waktu terus berjalan dan hari-hari telah berlalu, tanpa terasa kini usia kandungan Aletta menginjak angka 6 bulan, dan bisnis roti miliknya berjalan dengan stabil.
Aletta mensyukuri ini semua, meskipun uang yang ia gunakan untuk memulai hidup baru disini adalah pemberian dari Dirga semua, namun bagaimanapun, ini ia gunakan untuk kebutuhan hidup anak mereka.
Aletta tak ingin munafik dengan tetap menyimpan uang tersebut karna alasan uang itu bukan miliknya.
Bagaimanapun hidup ini memerlukan uang setiap waktunya, dan sudah semestinya ia menggunakan uang tersebut untuk kehidupan anak mereka.
Aletta akan menganggap ini sebagai bentuk tanggung jawab Dirga dalam hidup anaknya.
Kling kling
"Nak Aletta ibu ingin menjemput Arya" seorang ibu paruh baya memasuki toko roti tersebut.
"Oh, Bu Ratih. Arya sedang tidur di sofa sana" tunjuknya pada sosok makhluk cilik yang terlihat menggemaskan.
"Hah~ ibu minta maaf karna selalu merepotkanmu untuk menjaga Arya. Padahal kamu juga sangat sibuk" sesalnya.
"Ibu jangan sungkan. Aku senang Arya berada di sini, setidaknya ia benar-benar menghiburku dengan sikap lucunya, aku juga jadi memiliki teman, dengan adanya Arya toko ini tak terlalu membosankan" ucapnya
Bu Ratih tersenyum senang mendengar jawaban Aletta. Memang, ia sering menitipkan anaknya yang berusia 5 tahun di toko roti Aletta.
Sebenarnya, Bu Ratih pun tak sampai hati menitipkan putranya, namun mau bagaimana lagi, sang suami kini jatuh sakit dan berada di rumah sakit. Dan ia pun harus berkerja di pabrik ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Hingga dengan terpaksa harus menitipkan putranya kepada toko roti Aletta.
Ia segera menggendong putranya yang masih tertidur lelap dan bersiap-siap membawanya pulang.
"Sekali lagi ibu berterima kasih pada nak Aletta. Jika suatu saat nak Aletta membutuhkan sesuatu jangan sungkan memberi tahu ibu, ibu pasti akan membantu sebisa ibu" ucapnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga & Aletta (21++)
Romance⚠️Kawasan 21++ di bawah umur di larang Baca!!! Mohon bijak dalam memilah bacaan!!⚠️ Jangan lupa vote, dan komennya ya!! Follow juga!! ••••••••••••• Kesalahan satu malam yang menjadi awal mula hubungan ini. "T-tuan nghhhh h-hentikan! Ahhh" ucap Ale...