Dirga&aletta | | 15

31.9K 697 23
                                    

Pagi menjelang Aletta telah selesai membuatkan sarapan untuk dirinya dan Dirga.

Tak lama setelah selesai menyusun makanan di atas meja, Dirga turun dari kamarnya dengan pakaian kerja yang telah rapi.

Mereka sarapan dalam hening. Tak ada rayuan-rayuan vulgar yang biasa Dirga lontarkan padanya.

Keduanya benar-benar hanyut dalam keheningan.

Aletta mencuri-curi pandang kepada Dirga yang duduk di hadapannya. Hingga matanya menangkap bercak-bercak kemerahan di leher pria itu.

Matanya memanas melihat kissmark itu. Ya, Aletta tau jika itu tidak mungkin dirinya yang menciptakan.

Mengingat jika semalam mereka bertengkar, sangat tak mungkin jika mereka melakukan hubungan intim.

Setelah mengingat jika semalam pria itu pulang dalam keadaan berantakan yang pekat akan bau alkohol, menyadarkan Aletta jika pria itu pasti pergi kebar.

Dengan banyaknya wanita sexy di tempat itu, tanpa perlu bertanyapun Aletta tau apa yang mereka lakukan semalam. Atau justru, ia pergi bersama Laudia? Entahlah, ia pun tak tau.

Aletta bangkit dari duduknya dan membawa piring kotornya ke wastafel.

Ia menangis dalam diam merasakan sesak di dadanya. Memikirkan Dirga bercinta dengan orang lain mampu membuat hatinya sakit. Meskipun ia tau, statusnya disini pun tak lebih hanya seorang jalang pribadi Dirga, yang mungkin sedikit istimewa.

Mendengar langkah kaki Dirga yang berjalan meninggalkan penthouse membuat Aletta menumpahkan air matanya.

"Hiks kenapa sangat menyakitkan. Sadarlah Aletta, kau hanya salah satu jalang miliknya. Dirinya bebas meniduri wanita manapun selain dirimu" mirisnya sambil mendongakkan kepalanya menghalau air matanya agar berhenti mengalir.

"Ia bahkan tak menungguku. Kurasa dirinya sangat marah padaku" lirihnya saat melihat Dirga yang pergi terlebih dahulu.

Biasanya mereka akan berangkat bersama meskipun akan berpisah di basemen parkiran.

Namun kali ini pria itu sepertinya masih marah padanya.

"Mungkin tak lama lagi, pria itu juga akan membuang ku" gumamnya

Setelah membereskan semuanya Aletta segera berangkat menuju tempat kerjanya.

Menaiki taxi daripada angkutan umum. Karna di kawasan elit ini, angkutan umum sangatlah jauh. Sehingga hanya ada taxi yang melintas.

Sampai di kantor, Aletta segera melakukan pekerjaannya. Menyapu hingga mengepel lantai.

Hingga satu persatu para karyawan memenuhi ruangan tersebut.

Aletta Berlalu lalang kesana kemari untuk membawakan secangkir kopi ataupun teh, untuk para karyawan.

Kemudian membersihkan dapur dan juga toilet. Tak ada yang bisa ia ajak mengobrol, karna memang keberadaannya bagaikan eksistensi yang tidak penting.

Ketika berada di bilik terakhir toilet yang harus ia bersihkan, Aletta mengunci bilik tersebut dan mulai merenung.

Duduk di atas closet dengan tatapan tak menentu. Memejamkan matanya lelah menghadapi kehidupan yang ia jalani.

Dirinya tau, semua jalan kehidupannya adalah hasil pilihannya sendiri, namun terkadang ia benar-benar lelah di dunia ini.

Sebulir air mata mengalir dari matanya yang terpejam, hingga mengalir deras bagaikan sungai kecil. 

"Aku senang, setidaknya di kehidupanku ini, salah satu keinginanku terwujud" lirihnya pelan yang hanya mampu ia dengar sendiri

"Walaupun hanya sebagai orang ketiga, status yang menjijikan di mata orang-orang. Namun, aku senang bisa merasakan seolah-olah di cintai oleh orang yang ku cintai selama ini, berada di sisinya. Bahkan bertukar kalimat dengannya, sesuatu yang tak pernah aku impikan"

Dirga & Aletta (21++)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang