27

1.1K 114 10
                                    

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama itu, akhirnya jaemren dan nohyuck sampai di hotel yang kebetulan sama hanya saja Haechan dan jeno berada di kamar berbeda yang kebetulan satu lantai dengan kamar jaemren.

Saat ini renjun tengah meletakkan pakaiannya dan jaemin kedalam lemari yang ada di hotel itu, sedangkan jaemin sedang bersih-bersih. Karena mereka memang akan bersih-bersih secara bergantian.

Setelah selesai dengan menyusun pakaian dan menyiapkan pakaian baru untuk jaemin, renjunpun mengambil ponselnya yang berada diatas tempat tidur lalu menghubungi taeyong.

"Hallo mom?"

"...."

"Hmm aku dan nana sudah sampai di hotel."

"...."

"Nana sedang bersih-bersih mom."

"...."

"Ne mommy, bye bye "

Lalu panggilannya berakhir disaat bersamaan pintu toilet terbuka dan menampilkan jaemin yang hanya menutupi bagian privasinya dengan handuk, membuat renjun merona karena belum terbiasa dengan jaemin yang seperti itu. Jaemin tersenyum kecil melihat renjun yang sangat menggemaskan sekali.

"I—itu pakaianmu Nana." Ucapnya menunduk.

"Baiklah, aku akan memakai pakaian dulu." Ucap jaemin lalu diapun mengambil pakaian yang telah disiapkan oleh renjun diatas tempat tidur dan masuk kembali kedalam toilet. Sedangkan renjun hanya bernafas lega karena jaemin telah kembali masuk ke dalam toilet karena dia belum bisa terbiasa dengan semua itu.

Di kamar hotel Haechan.

Haechan masuk dengan keadaan riang bahkan dia sampai melompat-lompat saking senangnya. Dia tak menyangkah kalau nasibnya sangat bagus sekali padahal dia sudah memaki pesawat yang delay, ternyata ada baiknya pesawatnya delay, dia jadi bertemu dengan jeno dan satu pesawat dengan orang yang di jodohkan dengannya itu.

"Aaarrghgg!!! Aku pasti sudah menyelamatkan dunia sebelumnya. Aku benar-benar sangat beruntung! Arrggggg!!! Aku senang sekali." Ucap Haechan berteriak bahagia untungnya kamar hotel itu kedap suara kalau tidak dia pasti akan langsung mendapatkan keluhan dari orang yang berada di sebelah kamarnya.

Drrtt....Drrtt....drtt...

Haechan menghentikan acara melompatnya dan diapun melihat ponselnya yang berbunyi dan tertera nama mommynya.

"Mommy! Aku senang sekali!" Ucapnya saat panggilan telah diangkat.

*Bagaimana mungkin kau senang? Bukannya kau marah-marah karena pesawatnya delay? Sekarang kau dimana?"

"Aku sudah sampai di namhee mom. Bahkan aku sudah ada di hotel."

"Bagaimana mungkin sayang?" Ucap sang ayah, Johnny.

"Tadi aku bertemu jeno, ternyata jeno juga akan menghadiri acara pengusaha itu, dan dia menyarankan aku ikut dengannya dan sepupunya karena sepupunya menggunakan pesawat pribadi."

"Pantas kau sangat senang sekali, ternyata dia bertemu calon suaminya." Ledek ten.

"Setidaknya aku bisa berduaan dengan jeno setelahnya mom."

"Berduaan boleh saja Haechan, tapi Daddy tak mau kau kembali dan mengatakan sudah hamil anak jeno sebelum menikah. Apa kau mengerti?" Ucap Johnny.

"Aku mengerti Daddy, lagian aku tak akan sejauh itu dengan jeno, aku tahu kalau jeno adalah orang yang sangat menjaga dia tak akan merusak ku sebelum kami menikah."

"Dasar bucin." Ucap ten.

"Mommy juga bucin pada Dady bukan? Berarti ini bukan hal yang aneh." Ketus Haechan.

"Terserah kau saja. Lalu? Bagaimana dengan sepupu jeno? Dia datang sendirian?"

"Anio mom, diakan sudah menikah. Dia datang bersama istrinya. Masa mommy lupa, kan sepupunya Na Jaemin yang menikah beberapa Minggu lalu."

"Aaa maklumi saja namanya mommy sudah tua jadi lupa."

"Dasar pikun." Ledek haecgan.

"Ya! Seo Haechan!" Kesal ten.

"Sudahlah, mom, dad, aku akan istirahat dulu. Bye bye." Ucap Haechan lalu mematikan telponnya begitu saja. Dan setelahnya diapun langsung menjatuhkan dirinya keatas tempat tidur sembari memandang langit-langit kamarnya dengan senyum yang terus merekah pada wajahnya itu.

Di kamar hotel jeno.

Jeno masuk dan diapun duduk di sofa kamar hotel itu, sembari melihat email dari asistennya. Saat sedang asyik melihat email diapun dikagetkan dengan panggil video dari kembarannya itu. Walaupun dia malas, dia tetap harus menjawabnya dan diapun menerima dengan ogah-ogahan.

"Kenapa?"

"Kau sudah sampai?"

"Menurutmu saja." Ketus jeno.

"Sepertinya kau memang sudah sampai. Baguslah."

"Sebenarnya kau kenapa menghubungiku?" Datarnya.

"Aku hanya memastikan kau tidak membawa wanita ataupun uke lain kedalam kamarmu. Ingat kau sudah punya calon istri."

"Aku tak sebrengsek itu." Datar jeno.

"Aku kan hanya berhati-hati. Sekarang perlihatkan setiap sudut kamar hotel mu itu." Ucap Yangyang ketus.

"Aku malas, lagian aku juga sangat lelah." Ucap jeno.

"Lakukan atau aku akan mengatakan pada bunda dan ayah, kalau kau membawa seseorang bersama denganmu." Ucap Yangyang. Jeno yang mendengarnya menghela nafas berat, sungguh dia benar-benar sangat kesal pada kembarannya itu, jeno lantas mengubah kamera ponselnya jadi kamera belakang lalu menunjukkan setiap sudut kamar hotel itu bahkan sampai ke toilet, setelahnya dia kembali ke tempat dia duduk tadi dan mengembalikan kamera menjadi kamera depan.

"Sudah puas?"

"Sudah, baguslah kalau kau tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Bye bye." Lalu panggilan berakhir begitu saja. Membuat jeno melemparkan ponselnya ke sofa dan mentandarkan tubuhnya sembari menutup matanya karena kembarannya benar-benar sangat ajaib sekali. Dia berharap kembarannya segera menikah agar tak merecoki hidupnya lagi. Sungguh dia sangat muak sekali.




















£•Tbc

What If (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang