Taeyong saat ini tengah menemani sang mertua untuk berjemur di taman belakang mansion keluarga Na itu. Sedangkan heejin telah mulai bekerja di rumah sakit milik keluarga Na itu.
"Daddy terlihat sangat senang beberapa hari ini?"
"Hmm, Daddy merasa sangat senang karena anakmu dan jaehyun telah menikah dan Daddy percaya kalau renjun adalah anak yang baik."
"Daddy benar, dia sangat baik dan lembut walaupun kita hanya melihatnya tanpa mengenalnya."
"Hmm, hanya satu keinginanku saat ini taeyong."
"Apa Daddy?"
"Aku ingin jaemin dan renjun segera memiliki anak. Aku ingin menggendong cicitku." Ucap Siwon dan taeyongpun mengelus bahu sang ayah mertua yang sudah seperti ayahnya itu,karena orangtuanya telah tiada.
"Itu semua pasti akan terjadi Daddy, aku juga berharap segera memiliki cucu, sudah cukup lama tak ada tangisan bayi di mansion ini, dan aku sudah sangat merindukan hal itu."
"Kau benar." Ucap Siwon.
At. Jcc corp.
Haechan sampai dan diapun langsung masuk kedalam perusahaan keluarganya itu, lalu diapun langsung masuk kedalam ruangannya pribadi bersama dengan asistennya.
"Kau sangat senang tuan seo." Ucap sang asisten yang bernama Shin Yuna.
"Hmm."
"Kenapa?"
"Ternyata ada bagusnya juga aku menggantikan sih menyebalkan Dery karena aku bisa bertemu dengan tuan Lee yang ternyata sangat tampan." Yuna yang mendengar perkataan atasannya itu hanya menggelengkan kepalanya itu.
"Yasudah saya keluar dulu tuan." Ucap Yuna lalu pergi menuju meja kerjanya yang berada di luar ruangan Haechan. Setelah keluarnya sang asisten, haechanpun menghubungi ayah dan ibunya yang saat ini tengah berada di Chicago karena memang ada acara keluarga ayahnya dan Haechan malas untuk ikut mendatangi acara itu, karena takut ditanya pertanyaan yang sama tentang kapan menikah. Dan jujur saja dia muak.
"Hallo daddy." Ucapnya manja.
"..."
"Daddy aku menemukan pria yang aku inginkan sebagai suamiku."
"...."
"Dia Lee jeno Daddy, aku sangat ingin bersama dengannya. Dia sangat tampan dan berkarisma, dan yang paling penting aku sangat mencintainya."
"..."
"Oke, Daddy janji ya, tapi jangan bilang aku yang menyarankan hal itu."
"...."
"Oke, aku akan tunggu Daddy dan mommy secepatnya."
At. Paris, menara Eiffel.
Jaemin benar-benar menepatinya janjinya, saat ini mereka tengah berada di kawasan menara Eiffel yang sangat indah dan romantis dan menikmati malam ini. Sedangkan jaemin hanya menatap renjun dan tersenyum kecil karena sadar kalau istrinya itu hanya menyukai hal-hal yang sederhana.
"Bukankah ini indah jaemin?" Ucap renjun menatap suaminya itu dan kaget karena suaminya sudah menatapnya sejak tadi.
"Hmm." Angguk jaemin dengan wajah datarnya dan saat akan melanjutkan acara jalan-jalannya, renjun berhenti karena Lia berada dihadapannya dengan senyuman yang sangat renjun tahu sekali. Itu bukan senyuman tulus sama sekali.
"Oppa."
"Lia, kau disini juga ternyata."
"Tentu saja. Karena aku mengikutimu, aku tak akan biarkan suamimu mencintaimu. Karena sebentar lagi kau harus pergi darinya." Lanjutnya dalam batinnya.
"Aaa, ingin jalan bersama?"
"Apa jaemin oppa tak akan keberatan?" Ucap Lia tersenyum manis pada jaemin, dan jaemin hanya berwajah datar dan muak melihat jalang itu.
"Jaemin?" Ucap renjun menatap jaemin dan memberi kode lewat matanya.
"Baiklah " datar jaemin lalu mereka bertiga berjalan bersama dengan Lia berada di sebelah kiri jaemin dan renjun disebelah kanannya.
"Disana ada hal yang menyenangkan. Ayo kesana jaemin oppa." Ucap Lia tersenyum dan menganggap tidak ada renjun disana sama sekali, jujur renjun merasa hatinya sangat sakit, apa ini namanya dia cemburu?
Jaemin hqnya menatap datar Lia dan melihat renjun yang langsung mengalihkan pandangannya darinya, dan jaemin sangat tau kalau renjun pasti tak suka dengan cara Lia. Lia menyadari kalau dia sedikit melakukan kesalahan saat ini.
"Bagaimana renjun oppa?"Ucap Lia menatap renjun. Renjun lantas melihat Lia kembali dan menganggukkan kepalanya karena dia tak sanggup jika harus berbicara lagi. Sedangkan jaemin langsung memeluk pinggan renjun, membulat sih mungil itu terkejut dan membuat Lia juga sangat kesal dengan kemesraan itu.
Setelah beberapa jam berjalan-jalan bersama Lia yang sangat mengganggu akhirnya mereka masuk kekamar masing-masing. Jujur lia tak suka hal itu, tapi dia harus membiarkan karena dia ingin terlihat baik dimata jaemin dan membuat renjun terlihat buruk di mata jaemin juga keluarga jaemin nantinya. Tapi dia tak tau kalau jaemin sudah tau semuanya.
Di kamar hotel jaemren.
Renjun langsung membaringkan tubuhnya di sofa setelah dia bersih-bersih, mengabaikan jaemin yang menatapnya dari tempat tidur. Lalu diapun menutup matanya. Namun belum sampai kelopak matanya saling bertemu, diapun langsung terkaget karena jaemin menggendongnya dan membawanya ke atas tempat tidur.
"Tempat tidur ini cukup luas. Jadi, jangan tidur di sofa lagian kemarin juga kau tidur disini." Datar jaemin lalu diapun mengitari tempat tidur dan tidur ditempatnya tanpa melewati batas sama sekali. Renjun hanya diam saja lalu diapun memunggungi jaemin seketika. Jaemin hanya menatap punggung sempit itu dan diapun sadar kalau punggung itu bergetar dan dia sangat tau kalau renjun tengah menangis. Diapun lantas menghapus jarak antara mereka dan diapun langsung memeluk renjun dari belakang, renjun sangat kaget tapi dia hanya diam saja karena tak mau suara tangisannya tiba-tiba keluar.
"Saya tau kamu menangis begitu karena tak suka dengan sikap Lia bukan? Saya juga tak suka dan saya yakin kau bukan hanya tak suka tapi apa mungkin kau cemburu?" Renjun langsung menangis dengan keras membuat jaemin membalik tubuh istrinya itu dan diapun langsung memeluknya sembari mengelus punggung sempit renjun.
"Maafkan saya karena tak bisa melakukan apapun tadi. Berhenti menangis." Ucap jaemin dan dia sekarang mulai tau satu hal baru lainnya, yaitu renjun gampang cemburu.
"Aku hikss... Aku hanya tak mau kalau kau meninggalkanku juga hiksss... Aku tak punya siapapun lagi di dunia ini hiksss..."
"Saya tak akan meninggalkanmu. Berhenti menangis " dan malam itu mereka tertidur dengan berpelukan satu sama lainnya.
£Tbc•
KAMU SEDANG MEMBACA
What If (jaemren)
Fanfiction"Kau harus ingat mulai sekarang kau adalah Park Renjun anak sulung kami. Jika kau mengatakan yang sebenarnya, maka kehidupanmu adalah taruhannya." ~ Park Chanyeol. "Siapa kau sebenarnya?" ~ Na Jaemin. "Aku akan pergi, kurasa itu yang terbaik." ~ Hua...