Jaemin meletakkan renjun diatas tempat tidur lalu diapun membuka sepatu dan kaus kaki yang digunakan oleh istrinya itu lalu menyelimutinya dan mengelus kepala renjun dengan penuh sayang, disaat bersamaan renjun membuka matanya seketika.
"Kau perlu sesuatu?" Ucap jaemin lembut.
"Jaemin eskrim~" rengek renjun. Jaemin benar-benar terkejut sekaligus gemas pada istrinya itu.
"No. Tidak ada eskrim, ini sudah malam injunie. Sekarang tidur." Ucap jaemin.
"Jaemin jahat." Ucap renjun ketus lalu diapun berbalik membelakangi jaemin membuat sang empu terkekeh geli karenanya. Lalu jaeminpun mengintip istrinya yang telah kembali tertidur dengan nyenyak lalu diapun segera bersih-bersih untuk menyusul renjun tidur. Beberapa menit kemudian, jaeminpun selesai bersih-bersih dan diapun langsung tidur di sebelah renjun sembari menghadap padanya dan menyusul sang istri yang telah berada dalam mimpi lebih dulu. Bahkan dia tak memperdulikan ponselnya yang berbunyi sama sekali. Renjun mendengar suara ponsel itu tapi dia semakin kesal dan mendekat pada jaemin bahkan sampai menaikkan kepalanya hingga berada di dada jaemin, jaemin membuka matanya sebentar lalu diapun tersenyum kecil ntah sadar atau tidak dan diapun mengelus kepala istrinya itu.
Di bawah.
Chanyeol, rose dan lia telah pulang meninggalkan jaeyong sedangkan siwon telah diantar kekamarnya oleh heejin.
"Kau memikirkan sesuatu sayang?"
"Hmm, aku merasa ada yang tak beres dengan anak bungsu Chanyeol Hyung."
"Itu hanya perasaanmu saja sayang."
"Jae, kau percaya padaku coba. Bahkan jaemin saja mengeluarkan aura dimana dia tak suka pada kedatangan ketiganya bukan hanya pada anak bungsu Chanyeol Hyung saja jae.*
"Kau seperti tak kenal jaemin saja, dia selalu melakukan itu tanpa sebab bukan?"
"Tapi, firasatku sebagai ibu mengatakan hal itu jae."
"Jangan pikirkan lagi sayang, kita percayakan saja semuanya pada jaemin dan renjun, oke?"
"Hmm." angguk taeyong dan tanpa disadari keduanya, heejin mendengar semuanya.
"Aku tak akan membiarkan dia menghancurkan pernikahan sepupuku." Batin heejin.
Kamar heejin.
Heejin lantas mengambil ponselnya untuk menghubungi Yangyang.
"Yangyang, ada wanita gila yang ingin menghancurkan pernikahan jaemin dan renjun."
"..."
"Dia adalah anak bungsu keluarga park. Adik dari renjun. Aku benar-benar tak menyukai wanita itu."
"...."
"Tentu saja aku tak akan membiarkannya, lagian aku juga tak ingin kehilangan ipar sepertinya."
"...."
"Kita memang harus bekerja sama."
"...."
"Oke, bye."
Setelah selesai menghubungi Yangyang, heejin lantas menidurkan tubuhnya dengan kaki yang menjuntai ke lantai sembari menatap langit-langit kamarnya.
"Aku akan membuat kau merasakan apa itu malu Park Lia." Monolog heejin.
At. Mansion utama lee.
Jeno menatap bingung orangtuanya tapi tatapan itu semakin bingung setelah melihat sang adik kembar datang dengan wajah menahan amarahnya.
"Kau bertengkar dengan heejin?" Ilyoung lantas menatap Yangyang juga.
"Tidak. Aku tak bertengkar sama sekali. Ayah, bunda, kenapa ingin kita berkumpul?" Ucap Yangyang menatap ayah dan ibunya.
"Ah iya, ayah sama bunda sepakat untuk menjodohkan salah satu diantara kalian."
"Ne?! Aku tak mau ayah, bunda." Ucap Yangyang menolak sesegera mungkin.
"Kau memang bagusnya segera menikah." Ucap jeno seketika sembari tertawa pelan.
"Diamlah." Ketus Yangyang.
"Sudahlah, lagian bunda kan tidak bilang kau yang akan di jodohkan." Ucap Doyoung.
"Iya Yangyang, yang akan kami jodohkan jeno. Kami ingin jeno segera menikah." Ucap taeil.
"Aku?" Kaget jeno sembari menunjuk dirinya sendiri dan Yangyang sembari tertawa seketika.
"Ya. Dan kau tak bisa menolak sama sekali." Ucap Doyoung.
"Memangnya siapa yang mau dijodohkan dengannya Bun?" Ucap Yangyang penasaran.
"Anak sahabat ayah dan bunda, dari keluarga seo." Ucap Doyoung dan Yangyang hanya menganggukkan kepalanya seketika.
"Kau harus bersikap baik dengannya." Ucap Yangyang sembari mengelus bahu kembarannya itu. Sedangkan jeno hanya diam saja karena tak bisa mengatakan apapun lagi.
£•Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
What If (jaemren)
Fanfiction"Kau harus ingat mulai sekarang kau adalah Park Renjun anak sulung kami. Jika kau mengatakan yang sebenarnya, maka kehidupanmu adalah taruhannya." ~ Park Chanyeol. "Siapa kau sebenarnya?" ~ Na Jaemin. "Aku akan pergi, kurasa itu yang terbaik." ~ Hua...