Renjun membantu sang mertua di dapur dengan sangat gesitnya membuat taeyong tersenyum seketika karena merasa kedatangan renjun memang membuat warna tersendiri di mansion ini. Bahkan perubahan yang signifikan pada jaemin.
"Ren?"
"Iya mom?' Ucap renjun sembari menghentikan acara memotong daging ayam yang rencananya akan dia masak dengan campuran herbal.
"Nanti kau ke kantor jaemin saja, antarkan makan siang untuknya lalu makan siang bersama."
"Tapi nanti kalau aku mengganggu mom?"
"Tidak akan, mommy juga akan mengantarkan makan siang untuk Daddy, kita sekalian saja. Oke?"
"Hmm." Angguk renjun mengerti lalu kembali melanjutkan pekerjaannya begitu pula dengan Taeyong.
Drrtt....drrtt...Drrtt...
Renjun menghentikan acara memotong ayamnya kembali karena ponselnya berbunyi dan tertera nama dari Lia.
"Siapa renjun?"
"Adikku mom, aku angkat sebentar.'
"Hmm." Angguk taeyong tersenyum lalu renjunpun menjauh.
"Ntah untuk apa dia menghubungi menantuku. Aku benar-benar tak suka dengan wanita itu." Monolog taeyong.
Renjun yang telah sedikit jauh akhirnya mengangkat telpon itu.
"Hallo?"
"Kenapa kau lama mengangkat telpon ini? Kau sengaja kan? Ingat kau Huang Renjun, bukan Park Renjun! Dan aku ingatkan padamu untuk meninggalkan na jaemin segera. Tempat itu harusnya milikku." Kesalnya.
"Maaf Lia tempat ini milikku. Dan kau tak ada hak menyuruhku meninggalkan jaemin, dia suamiku. Tolong jangan berlebihan dan ingat batasanmu Lia. Ini semua bukan kesalahanku tapi orangtuamu. Kalau tak ada yang ingin kau katakan aku tutup." Ucap renjun lalu.menutup ponselnya seketika dan menghapus airmatanya yang jatuh begitu saja dan diapun berusaha menenangkan diri lalu kembali kedapur dengan keadaan baik-baik saja.
"Ada apa adikmu menghubungi sayang?"
"Tidak mom, dia hanya ingin jalan-jalan denganku, tapi aku tak bisa karena aku belum minta izin dengan jaemin."
"Bagus nak, setidaknya jaemin harus tau baru kau bisa pergi. Tapi, kau bisa menghubungi jaemin dulu tadi."
"Enggak apa mom, lagian aku tak mau menganggu jaemin dia lagi bekerja." Ucap renjun tersenyum dan taeyong menganggukkan kepalanya.
"Anak itu benar-benar harus segera diberi ultimatum untuk menjauh." Batin taeyong.
At. NJM corp.
Jaemin sedang melihat berkas-berkas yang beberapa hari ini tidak dia lihat karena acara pernikahan, honeymoon singkat dan banyak hal lainnya.
Tok...tok...tok...
"Masuk!"
Ceklek.
Jay yang merupakan asisten jaeminpun masuk seketika dan membungkuk.
"Maaf saya mengganggu Presdir."
"Ada apa?"
"Presdir Lee dari LM corp mengundang Presdir dan nyonya untuk makan malam sembari membahas sesuatu Presdir."
"Maksudmu Presdir Lee Mark? Bukankah dia di Canada?"
"Dia sudah menetap disini Presdir dan ingin bertemu Presdir."
"Baiklah, kau bisa beritahukan pada pihak mereka, saya bisa malam ini datang dengan istri saya. Tinggal tentukan tempatnya." Ucap jaemin datar.
"Baik Presdir." Ucqp Jay mengerti lalu diapun membungkuk dan keluar. Jaemin menerima tawaran itu, karena sang ayah telah lebih dulu bekerja sama dengan ayah dari Mark jadinya dia tak bisa menolak perusahaan itu sama sekali. Setelah Jay keluar, jaemin merenggangkan otot-otot nya yang kaku lalu diapun melihat cincin yang melingkar di jari manisnya dan tersenyum seketika karena wajah menggemaskan istrinya muncul dihadapannya.
"Sepertinya aku jatuh cinta padanya. Setidaknya aku tak salah, karena tau lebih awal. Dan aku akan pastikan membalaskan dendam ku pada Park Chanyeol dan Park Rose karena membuat penderitaan pada istriku. Juga pada sih jalang, Park Lia. Mereka bertiga harus hancur bersama." Monolog jaemin sembari mengepalkan tangannya.
Drrtt...Drrtt...Drrtt...
Jaemin melihat layar ponselnya yang tertulis nama sang sepupu.
"Kenapa Lee?"
"..."
"Ya temui saja dulu, siapa tau kalian cocok."
"..."
"Yasudah, terus dimana masalahnya?' datar jaemin.
"..."
"Kalau begitu aku tak bisa membantu. Aku banyak pekerjaan." Datarnya lalu mematikan ponselnya dan kembali bekerja.
At. Cafe xxx.
Jeno telah berada di tempat janjian yanh telah orangtuanya atur untuk bertemu dengan orang yang dijodohkan dengannya Seo Haechan. Mendengar nama itu, jujur jeno sangat senang tapi dia juga gugup dan takut kalau Haechan orang yang batu dia temui beberapa hari itu menolaknya. Bahkan dia sekarang memaki sepupu datarnya yang tak bisa di harapkan sama sekali. Hingga dka tak menyadari seseorang berdiri dihadapannya.
"Permisi, Lee jeno-ssi?" Jeno lantas sedikit kaget tapi dia bisa mengubah ekspresi nya lalu menatap orang yang dia tunggu.
"Seo haechan-ssi. Silahkan duduk." Ucap jeno.
"Makasih jeno." Ucap Haechan lalu diapun duduk.
"Ingin pesan apa?"
"Kau belum memesan?"
"Sengaja menunggumu."
"Baiklah. Waiters." Ucap Haechan melambai pada salah satu pelayan.
"Silahkan tuan."
"Saya pesan latte dan cheesecake. Jeno ingin pesan apa?"
"Americano saja." Ucap jeno menatap haechan lalu pelayan itupun pergi sedangkan Haechan benar-benar merona karena Jeno sejak tadi menatapnya tanpa henti.
"Apa ada sesuatu di wajah saya jeno?'
"Tidak, kau cantik." Ucap jeno begitu saja membuat Haechan kaget dan semakin merona.
"Maafkan saya."
"Tak masalah jeno-ssi." Ucap Haechan dan jeno hanya merutuki betapa bodohnya dirinya saat ini.
£•Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
What If (jaemren)
Fiksi Penggemar"Kau harus ingat mulai sekarang kau adalah Park Renjun anak sulung kami. Jika kau mengatakan yang sebenarnya, maka kehidupanmu adalah taruhannya." ~ Park Chanyeol. "Siapa kau sebenarnya?" ~ Na Jaemin. "Aku akan pergi, kurasa itu yang terbaik." ~ Hua...