4. BERTENGKAR LAGI

18 8 0
                                    

Sesampai di depan rumah, kini Fiona membuka pintu dengan menggunakan kunci cadangan, setiap orang mempunyai kunci cadangan masing-masing.

Ceklek!

Selepas itu, ia masuk ke dalam, lalu pergi ke kamar tidur untuk meletakkan tas. Selanjutnya Fiona mengambil vakum cleaner untuk membersihkan karpet kotor yang terdapat renyahan makanan.

Setengah jam berlalu, Fiona sudah selesai membersihkan karpet yang kotor, kemudian mengambil lap untuk membersihkan kaca, meja kaca dan barang berhubungan dengan kaca.

Seper empat jam, kini ia sudah selesai dan kelelahan. Selepas itu, Fiona duduk di sofa sembari memainkan gawai, tak lama Filio dan Askar baru saja sampai di rumah dengan menekan bel.

Tingtong!
Tingtong!

Fiona menghela napas, lalu ia berteriak. "Buka aja, pintunya nggak dikunci!"

Ceklek!

Saat masuk ke dalam rumah, Filio dan Askar memperhatikan karpet dan kaca yang sudah bersih berkilau. Kemudian mereka berdua masuk bersamaan, lalu Askar langsung bertanya pada Fiona.

"Fiona, kamu tadi pulang sama siapa? Masa kembaran mu ditinggal sendiri," tanya Askar.

Fiona mendadak kaget, "Yah, aku pulang sama teman ku, lagi pun aku sudah janjian."

"Teman mu, cowok atau cewek? Sekarang teman mu ada di mana?"

"Hum ... teman ku cewek lah, yah kali temenan sama cowok. Sudah pulang, tadi aku ajak masuk tapi dia nggak mau."

"Serius teman mu cewek? Jangan bohong, lho. Kakak tau sebenarnya dengan gerak-gerik kamu, kalau kamu itu sedang pacaran sama cowok."

Fiona pun diam, lalu ia mengalih pandangan ke arah Filio. Kini Filio mengangkat tangan dan menggeleng kepala.

"Kakak tahu dari mana, kalau aku sedang pacaran? Jangan asal tuduh kak, nanti menimbulkan fitnah, ingat fitnah lebih kejam dari setan."

"Hahaha ... mau sampai kapan kau ingin ngeles. Kamu nggak tahu kalau nama kakak sudah terkenal di kampus itu, bahkan dosen, mahasiswa dan staff lain tahu tentang kakak."

"Iya, aku pacaran sama cowok sekelas, namanya Reyhan. Tapi, kakak jangan macam-macam sama dia, nanti aku tampar berkali-kali."

"Oh, Reyhan, yah. Santai, kau tidak usah takut, paling lecet sedikit pacar mu itu."

Fiona merasa kesal, ia bangkit dari duduk, lalu menggenggam tangan dengan kuat sembari memukul Askar, kemudian Askar menangkis genggaman tangan Fiona.

"Kamu tak usah untuk membela dia, apakah kau lupa soal ibu?"

Fiona kini diam saja dengan raut wajah memerah, sedangkan Filio ketakutan melihat Fiona menghadapi Askar. Setelah menghentikan Fiona, kini Askar pergi menuju kamar nya untuk mengganti pakaian dan meletakkan tas.

"Dik, aku minta maaf, yah. Sebenarnya aku nggak sengaja memberi tahu tentang mu bersama Reyhan, tapi aku nggak tahu kalau Kak Askar sudah lebih tahu tentang kalian berdua," ucap Filio.

"Sudah, kamu pergi sana sapu lantai sama ngepel, aku nggak mau melampiaskan amarahku ke padamu," suruh Fiona.

Filio mengangguk, lalu ia pergi mengambil sapu dan membersihkan semua ruangan beserta teras, kemudian ia sambung menyepel. Sedangkan, tugas Askar mencuci piring, membersihkan kamar mandi dan dapur.

Satu jam berlalu, kini Aziz baru pulang mengajar sembari membawa kue ulang tahun yang terbungkus rapi, lalu ia meletakkan kue ulang tahun ke dalam lemari pendingin.

Selepas meletakkan kue, Aziz melihat Askar yang sedang duduk di meja makan sambil bermain gawai.

"Askar, kamu ngapain ada di sini?" tanya Aziz.

"Biasa kak, lagi berantem sama Fiona. Dia malah berani bawa pacar nya, dia sudah benar-benar lupa soal ibu," balas Askar.

"Oalah, kalian berdua kapan akur nya, kalau berantem terus. Pacar? Kamu nggak bercanda kan, mana mungkin Fiona bawa pacar, sedangkan saja dia benci sama cowok."

"Gimana mau akur, kalau dia keras kepala, beda sama Filio yang penurut. Aku nggak bercanda loh, Kak. Kalau aku bohong tanya aja sama Filio, dia lebih tahu tentang Fiona."

"Kamu harus sabar, adik mu itu perempuan satu-satunya, menjadi kakak yang baik harus sayang padanya. Apa kamu nggak ingat dengan kata ibu? Iya, aku percaya sama kamu, karena kita semua adalah kakak nya."

Askar pun diam saja, lalu ia sambung bermain gawai nya. Setelah mengobrol dengan Askar, kini Aziz berjalan ke depan datang menghampiri Fiona untuk meredakan pertengkaran dengan Askar.

"Cantik, kamu kenapa sih cemberut mulu? Nanti cantiknya malah hilang, lho, terus pacar mu makin ifeel kalau begini," sapa Aziz sambil merayu Fiona.

"Aku lagi kesal sama Kak Askar, Kak. Ia mau menghajar pacar ku, padahal aku baru pacaran dengan nya," balas Fiona.

"Hum ... kamu nggak boleh gitu, cantik. Kak Askar kan adalah kakak mu, ia melakukan hal itu sebab ingin menjaga mu dari orang yang baru kenal, emang kamu tahu sifat asli pacar mu?" tanya Aziz.

Fiona mendadak diam dan menghentikan amarahnya. "Aku nggak tahu, Kak. Soalnya dia sendiri yang datang padaku sambil memberikan cokelat, lalu dia mengajak pacaran, sebenarnya aku nggak mau, namun setelah melihat dirinya dari atas sampai ke bawah, aku mulai tertarik."

Aziz pun diam sambil mendengar balasan Fiona, "Oh begitu, jadi kamu tertarik pada pacar mu, karena fisiknya. Sebenarnya itu adalah nilai baik, tapi kamu harus analisis dulu sifatnya, kalau ada hal yang mengganjal kamu harus memutuskan nya."

Fiona mengangguk tersenyum, Aziz mulai senang melihat adik bungsunya yang tersenyum.

"Nah kan, kalau begini kelihatan cantik nya. Ya sudah, buruan hampiri Kak Askar terus bilang minta maaf," suruh Aziz.

"Baiklah, Kak," balas Fiona.

Selama Aziz dan Fiona mengobrol, kini Filio tersenyum melihat Fiona yang selalu tersenyum, lalu mau memaafkan Askar.

'Kak Aziz, orang yang sangat pengertian terhadap adiknya, jangankan adik sendiri bahkan  anak-anak yang ia ngajar juga banyak tertarik,' batin Filio.

Selepas mengobrol dengan Aziz, Fiona datang menghampiri Askar di dapur, ia melihat Askar yang sedang memainkan gawai.

"Kak Askar, aku minta maaf, yah," ucap Fiona sambil menyodorkan tangan.

"Hah, iya Fiona, aku juga minta maaf, sebab terlalu benci pada pacar mu," balas Askar.

"Iya, Kak. Aku mengerti."

Setelah saling bermaafan, kini mereka menyiapkan meja di depan televisi, kemudian dibuat senyaman mungkin. Selanjutnya mereka berempat mandi secara bergantian dan mengenakan batik.

Usai memakai pakaian rapi dan menunggu di ruang tamu, tak lama kini Aris sudah pulang bekerja dengan masih menggunakan kemeja KAI dan celana dasar berwarna navi, sembari membawa minuman.

"Oh iya, Affan sudah pulang belum?" tanya Aris.

"Belum, Kak. Ini kami lagi nungguin yang lain," balas Askar.

"Oalah, kayaknya Affan sengaja pulang telat, sebab ia takut padaku. Aku nggak sabar untuk memukul nya."

Usai mengobrol, Aris berjalan menuju kamar tidur, lalu segera mandi dan mengenakan batik. Saat Aris masuk ke dalam kamar, Aziz yang mengenakan batik adat Melayu datang keluar, dengan menghampiri Askar dan Filio.

To be continued.

Enam Pangeran, Satu Putri [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang