7. MEMBAWA BEKAL

21 8 0
                                    

Sudah pukul sembilan malam, kini pesta masih berlanjut. Adhtia, Affan, Aris dan ayahanda sibuk karaoke -- menghabiskan dua album, sedangkan Aziz, Askar, Filio dan Fiona sibuk bermain kartu. Melihat keluarga Woyoningrat yang terlihat ekstrovet, membuat Reyhan banyak pikiran, lalu ia pergi ke teras dengan menghidupkan sebatang rokok, sebab mulutnya sedikit masam.

Selepas mengisap satu rokok, Reyhan pun menggerutu, "Huh ... sepertinya aku salah memacari cewek Ekstrovet, ditambah keluarganya yang heboh hingga banyak menguras energi."

Tak lama, Reyhan menerima pesan dari mama nya.

[Nak, kamu kapan mau pulang?] tanya Noura.

[Sebentar lagi, mau pulang, Ma. Mama, kenapa mengchat ku?] balas Reyhan.

[Mama khawatir sama kamu, Nak. Mama, nggak mau kehilangan lagi seperti almarhum kakak mu.]

[Hum ... iya ma, bentar lagi acaranya mau selesai. Aku izin tinggal, yah.]

[Iya, Nak. Kamu hati-hati di jalan, yah.]

Setelah chatan dengan Noura, Reyhan pun masuk ke dalam rumah, lalu meminta izin pamit dengan Fiona dan keluarganya.

"Bi, aku izin pamit, yah. Soalnya mama  menyuruhku pulang," ucap Reyhan.

"Lah ... kok cepat banget sih, 'kan acaranya belum selesai. Oh begitu, ya sudah deh, hati-hati di jalan yah anak mama," balas Fiona.

"Heh, aku bukan anak mama, tapi aku nggak mau lihat mama khawatir."

"Iyah-yah, besok pagi jangan lupa jemput aku, yah."

"Iya, Bi. Besok aku jemput kamu jam delapan."

Fiona mengangguk tersenyum, usai berpamitan dengan Fiona. Reyhan datang menghampiri ayahanda langsung, sedangkan keenam kakak ipar ia lewatkan, sebab tak mau menganggu kesibukan mereka.

"Om, aku izin pamit. Soalnya mama sudah menunggu di rumah?" panggil Reyhan.

"Oh, iya nak. Hati-hati di jalan, yah. Titip salam untuk mama mu," balas ayahanda.

Reyhan mengangguk tersenyum, lalu ia menyalami tangan ayahanda. Kemudian ia bergegas pergi ke parkiran dan pulang menuju rumah. Melihat gerak-gerik Reyhan, membuat Adhtia tak asing melihat wajah tersebut, kemudian Adhtia bertanya pada ayahanda.

"Ayah, itu anak siapa?" tanya Adhtia.

"Oh, itu tadi pacarnya Fiona," balas ayahanda.

"Pacar Fiona? Aku kira teman nya Filio."

"Iya, dari awal ayah mikirnya begitu, lalu kedua adikmu Affan dan Aris berbicara kalau Reyhan adalah pacarnya Fiona."

"Reyhan?" heran Adhtia.

"Iya, itu namanya."

Selepas mengobrol dengan Adhtia, ayahanda mendadak minta izin untuk pergi ke toilet, "Nak, ayah izin ke toilet yah, soalnya dah mules nih perut."

"Iya, Ayah."

Setelah keberangkatan ayahanda, Adhtia memikirkan kembali dengan mantan pacarnya saat memanggil nama Reyhan lewat telepon, namun ia tak mungkin bahwa mantan pacarnya memacari anak yang masih muda seperti itu.

"Kak Adit, ayo nyanyi ini sudah giliran kakak?" panggil Affan.

"Iya, Fan."

***
Satu jam berlalu, kini acara telah selesai. Kemudian Fiona segera pergi menuju kamar nya, lalu ia melepaskan kebaya dan mengenakan kaos serta celana pendek berwarna hitam. Kemudian ia mematikan lampu -- tidur menanti besok pagi.

Kring! Suara alarm pukul setengah lima pagi berdering kencang, beriringan adzan subuh berkumandang. Selepas itu, ia bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi dengan membuang air kecil, lalu ia sambung berwudhu dan pergi ke kamar kembali dengan mengenakan mukena untuk menunaikan ibadah solat subuh.

Beberapa menit berlalu, kini ia sudah selesai melaksanakan solat subuh, tak lama Fiona menerima pesan dari Reyhan.

[Selamat pagi, Bi. Jangan lupa solat subuh dan sarapan nya, yah,] Pesan Reyhan.

[Apaan sih, kayak orang alay aja. Iya, aku sudah selesai solat subuh nya, tinggal sarapan pagi lagi,] balas Fiona.

[Heh. Alhamdulillah kalau begitu, calon makmum ku. Makan nya banyak-banyak, yah, biar tambah sehat.]

[Kamu mau lihat aku gendut.]

[Lah, bukan gitu maksudku, Bi.]

[Halah ... sudah jangan ganggu, aku.]

[Heh.]

Selepas chatan dengan Reyhan, kini Fiona makin kesal. Tak lama perutnya malah keroncongan -- Fiona bergegas pergi ke dapur, kini ia melihat Aziz  mengenakan kemeja biru dan Filio yang menyajikan nasi goreng serta kopi dan teh di atas meja makan.

"Selamat pagi, Fiona," sapa Filio. Kini Fiona diam saja sambil memasang wajah masam.

Usai menyajikan nasi goreng, kopi dan teh di atas meja. Filio dan Aziz duduk di meja makan. Kemudian Adhtia yang mengenakan kemeja putih, Affan mengenakan kemeja meja maron dan Aris mengenakan seragam putih KAI serta ayah mengenakan seragam abdi negara duduk bersama di meja makan. Sedangkan Askar masih tertidur nyenyak di kamar, sebab terlalu lama bergadang.

Setelah berkumpul, kini mereka bertujuh menyantap sarapan pagi bersama -- habis. Selepas sarapan. Adhtia, Affan, Aris dan Aziz bergegas pergi duluan dengan pamitan pada ayahanda.

Selepas keberangkatan mereka berempat, ayahanda memberikan uang 50 ribu masing-masing pada Filio dan Fiona, sedangkan uang Askar di titip pada Filio.

"Nak, ini uangnya jangan dihabiskan, kalau bisa diatur selama beberapa hari," ucap ayahanda.

"Iya, ayah. Aku akan mengatur uang ini sebaik mungkin," tanggap Filio.

"Uang segini, mana cukup ayah untuk beberapa hari," balas Fiona.

Ayahanda mengangguk tersenyum, "Ayah bangga dengan mu, Nak Filio. Putriku, kamu harus belajar irit yah, biar kelak nanti kamu bisa menggunakan uang suami dengan baik, kamu jangan boros."

Filio mengangguk tersenyum, sedangkan Fiona malah kesal. "Yah, uang segini masih kurang untuk sehari apalagi disuruh beberapa hari, apa ayah mau lihat aku kelaparan demi menghemat uang."

Ayahanda menggeleng kepala. "Ya sudah, Nak Filio nanti bawakan bekal untuk Fiona, biar dia bisa menghemat uang lima puluh ribu selama beberapa hari."

"Ck! Apa pun yang ku katakan, selalu ada balasan nya. Sudah ah, aku mau lanjut tidur aja, jadi kesal?!" gerutu Fiona.

Ayahanda tertawa terbahak-bahak, sedangkan Filio menahan tawa dengan melihat Fiona menggerutu.

Saat Fiona masuk ke dalam kamar, kini ia memainkan gawai kembali, dengan memainkan game online. Selama ia sibuk bermain game, kini Reyhan mengchat nya.

[Bi, sudah sarapan belum?] tanya Reyhan.

"Ih, apaan sih, ganggu aja nih anak," ucap Fiona, kini ia tak membalas pesan Reyhan, lalu lanjut memainkan gawai.

[Ih, kok centang dua doang sih. Bi, kamu ada di mana? Balas atuh, nanti jam delapan kurang aku jemput, yah,] pesan Reyhan.

[Aku lagi sibuk. Iya aku sudah sarapan, sekarang jangan ganggu aku, nanti aku blok baru tahu rasa,] balas Fiona.

[Oalah, maafkan aku, Bi. Ih, jangan dong.]

[Iya, makanya diam!]

Satu jam berlalu, kini Filio mengetuk pintu sembari memanggil Fiona yang sedang bermain game.

Tok!
Tok!

"Fiona, kamu sudah siap belum pergi ke kampus?" panggil Filio.

"Belum, kamu  duluan aja, aku pergi bareng pacar ku," balas Fiona.

"Oh, ya sudah kalau gitu. Itu bekalnya sudah aku siapkan dia atas meja makan."

"Iya, terima kasih. Kamu hati-hati di jalan."

"Baiklah."

Selepas mengobrol dengan Fiona, Filio bergegas pergi menuju kampus dengan menaiki motor matic.

To be continued.

Enam Pangeran, Satu Putri [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang