17. MENGIRIT UANG

8 7 0
                                    

Kriing! Suara alarm setengah lima berdering kencang, beriringan suara adzan subuh berkumandang. Kemudian Fiona bangkit dari tidurnya, lalu ia duduk sementara sambil mengumpul semua napas.

Selanjutnya Fiona berjalan menuju kamar mandi, dengan melakukan berwudhu. Selepas berwudhu, ia lanjut berjalan menuju kamar tidur -- mengarah kiblat, dengan melaksanakan solat subuh.

Setelah menunaikan ibadah solat subuh,  Fiona malah menerima pesan dari Reyhan.

[Assalamualaikum, selamat pagi, Bi. Jangan lupa menunaikan ibadah solat subuh, yah.] Pesan Reyhan.

[Wa'alaikum salam, selamat pagi juga, Yang. Iya sayang, ini baru saja selesai solat subuh,] balas Fiona.

[Alhamdulillah, kalau begitu. Nanti sekitar jam setengah tujuh seper empat, aku jemput yah, Bi.]

[Iya, Yang. Ya sudah, aku tutup chatan nya, mau sarapan pagi.]

[Siap, Bi.]

Usai chatan dengan Reyhan, Fiona langsung mematikan gawai dan mencharger nya, lalu ia berjalan menuju dapur. Saat tiba di dapur. Ayahanda yang mengenakan pakaian loreng, Adhtia mengenakan kemeja merah dan Aris mengenakan batik navi seragam KAI -- duduk bersama di atas meja. Sedangkan Aziz mengenakan kemeja cokelat dan Filio mengenakan kaos oblong hijau sibuk memasak di depan dapur, sambil memasak nasi goreng.

"Selamat pagi ayah yang gagah dan kakak-kakakku jelek, kecuali Kak Aziz nan baik hati," sapa Fiona.

"Selamat pagi juga, putri kecilku yang paling cantik," balas ayahanda.

"Selamat pagi juga, adikku yang paling jelek dan menyebalkan," tambah Adhtia.

Sedangkan Aris sibuk memainkan gawai. Aziz dan Filio kini juga baru selesai memasak, sembari menyajikan sarapan pagi di atas meja. Di lain sisi Fiona mengangguk tersenyum.

Selepas mengobrol. Keenam keluarga itu duduk di kursi meja makan bersama-sama, lalu sarapan pagi sampai selesai.

Beberapa menit kemudian, satu keluarga itu mendadak kekenyangan. Selanjutnya bersiap pergi untuk bekerja ke tempat masing-masing -- di dalam rumah tinggal tersisa ayahanda, Filio dan Fiona.

"Filio, gimana uang ayah kasih kemarin, tinggal berapa lagi?" tanya ayahanda.

"Empat puluh ribu, Yah. Kemarin ke pakai beli bensin," balas Filio.

"Terus, kamu Fiona. Tinggal berapa lagi?"

"Aku tinggal 35 ribu, Yah. Soalnya bekal nasi kemarin kurang, mana tergiur dengan jajan," balas Fiona.

"Alhamdulillah, kalau begitu kedua anak ayah sudah bisa mengatur uang, mulai hari ini kita belajar irit, nanti besok ayah tanya lagi."

Filio dan Fiona mengangguk, namun Fiona sedikit benci melihat ayah yang selalu belajar mengirit uang.

Setelah mengobrol, ayahanda pergi meninggalkan mereka berdua. "Nak, ayah mau pergi kerja dulu, yah. Kuliahnya belajar yang benar dan baguskan IPK-nya, terus sambil pantau Askar."

"Iyah ayah, hati-hati di jalan," balas Filio. Sedangkan Fiona diam saja sambil meminum segelas susu.

Usai keberangkatan ayahanda, kini Fiona sudah selesai minum susu. Kemudian ia bergegas pergi ke kamar tidur, tak lama Filio memanggil adik kembaran-nya.

"Fiona, kamu mau dibekali apa?" tanya Filio.

"Terserah, kalau bisa seperti kemarin," balas Fiona.

Filio mendadak kebingungan, lalu ia segera membuka lemari makan untuk membawakan bekal seperti hari kemarin.

***
Sesampai di dalam kamar, Fiona langsung menghempaskan tubuh di ranjang lalu ia mengambil gawai dengan memainkan game online.

Setengah jam berlalu, tepat pukul 06:40 ia mendapat pesan WhatsApp dari Reyhan.

[Bi, sudah selesai sarapan paginya?] tanya Reyhan.

[Iya sayang, aku sudah lama menghabiskan sarapan nya,] balas Fiona.

[Hum ... bagus kalau begitu, nanti jam tujuh seper empat, aku jemput kamu yah.]

[Baiklah, Yang. Habis ini aku langsung pergi ke kamar mandi.]

[Lah, kamu belum mandi, Bi. Ih -- pantas saja handphone ku mendadak bau.]

[Hah, maksudnya apa? Iya, aku lagi mager hari ini dan kesal dengan ayahku. Disuruh belajar irit, biar nggak boros sama uang.]

[Aku cuman bercanda, Bi. Em ... kayaknya apa yang diajarkan oleh ayah mu, ada benarnya. Mama ku aja sering mengajarku untuk mengirit uang, hingga apa yang kuinginkan bisa belajar mengatur uang. Kau tahu nggak, Bi. Uang semalam yang kuberikan makan malam sama roti bakar, itu adalah uang tabungan nan ku sisipkan.]

Fiona mendadak diam. Kemudian ia kepikiran dengan ucapan ayahanda. Sepertinya mengirit uang sangat berguna bagi semua orang, lalu Fiona mulai tersentuh untuk belajar mengirit.

[Yang, terima kasih, yah.]

[Iya, Bi, sama-sama. Kok kamu mendadak terima kasih pada ku? Emang aku pernah memberikan sesuatu pada mu?]

[Nggak, maksudku terima kasih sudah memberi saran tentang mengirit uang. Ya sudah, ngchat nya sampai sini aja, yah. Aku mau mandi dulu, soalnya bentar lagi jam tujuh.]

[Iya, Bi. Maafkan aku.]

Kemudian Fiona mengirim emote senyum. Setelah chatan dengan Reyhan, ia bergegas pergi ke kamar mandi sambil membawa handuk.

Beberapa menit berlalu, Fiona keluar sambil memakai handuk -- ia berhenti di depan lemari pakaian. Hari ini Fiona mengenakan kemeja putih garis-garis biru dan celana dasar wanita berwarna navi.

Saat Fiona hendak keluar sambil membawa tas ransel berukuran kecil, ia malah papasan dengan Filio.

"Astaga. Dik, mau pergi bareng ke kampus?" tanya Filio sambil membawa bekal milik Fiona.

Fiona pun langsung mengambil bekal dan membalas, "Maafkan aku, Kak. Hari ini aku sudah janjian sama pacarku. Ini bekalku yah, terima kasih banyak, Kak."

Filio mendadak diam, melihat Fiona merampas bekal makan milik adiknya.

"Oh begitu, ya sudah. Aku pergi duluan, yah. Nanti kalau kamu butuh bantuan, telepon atau chat aku aja, yah," ucap Filio.

"Iya, Kak, hati-hati di jalan. Siap, nanti kalau aku butuh, bakalan telepon kakak," balas Fiona.

Filio mengangguk tersenyum, kemudian ia bergegas pergi menaiki motor matic, lalu berangkat menuju kampus.

Setelah keberangkatan Filio, tak lama kemudian Fiona menerima telpon dari Reyhan, "Halo, Bi. Aku sudah nunggu di depan, nih."

"Halo juga, Yang. Sebentar lagi aku akan ke sana," balas Fiona.

Usai bertelponan, Fiona bergegas keluar sambil mengunci pintu. Kemudian ia datang menghampiri Edy untuk membuka gerbang.

"Pak Edy, tolong buka gerbangnya!" pinta Fiona.

"Iya, Non. Tumben nggak pergi sama Den Filio," balas Edy.

"Hari ini, aku mau pergi ke kampus bareng pacarku. Sudah berhentilah basa-basi, waktuku ke kampus nggak lama lagi."

"Heh. Iya Non, maafkan bapak."

Selepas terbukanya gerbang, Fiona melihat Reyhan berhenti di depan pagar sembari mengendarai sepeda motor besar. Selanjutnya Fiona bergegas menghampiri Reyhan, lalu duduk di belakang.

"Ayo, Yang. Kita pergi," ucap Fiona.

"Hum ... iya, Bi. Kamu nggak ada ketinggalan lagi, 'kah?" tanya Reyhan.

"Nggak ada, Yang. Semua perlengkapan ku sudah aman," balas Fiona.

"Beneran atau bohongan."

"Beneran lah, ayo buruan pergi. Jangan kebanyakan bercanda, aku nggak mau terulang lagi seperti kemarin!" kesal Fiona.

"Hehehe ... aku minta maaf, Bi. Ya sudah, kita lanjut pergi, yah."

Fiona mengangguk, lalu ia memeluk perut Reyhan dengan erat. Mereka berdua pun bergegas pergi ke kampus.

To be continued.

Enam Pangeran, Satu Putri [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang