Selepas memenangkan permainan game balap mobil, kini Fiona meminta kesepakatan pada Askar.
"Kak, karena aku sudah menang dan kakak telah memberi kesepakatan melayani ku 24 jam. Aku mau kakak, masakan mie goreng untukku, terus buatkan jus buah," pinta Fiona.
"Cih! Kau pikir aku pembantu. Masak sendiri lah, 'kan tubuhmu masih lengkap," balas Askar dengan menolak.
"Heh. Kakak nggak usah melanggar janji pada ku, aturan tetap lah aturan, atau mau aku adui sama ayah sebab tak menempati janji. Oh iya, tukang gelud di rumah ada juga, yah. Aku mau ajak kerja sama dengan Kak Aris, biar Kak Askar dipukul 24 jam."
"Baj*ngan! Iya, bentar lagi aku masakan mie goreng sama jus buah. Dasar tukang ngadu!" Askar yang kesal dengan tingkah Fiona, tambah ia takut dengan ayahanda dan pukulan Aris.
"Nah gitu, dong. Kemarin kan, kakak selalu memanfaatkan ku, maka hari ini kakak harus bertanggung jawab juga."
Setelah meminta sesuatu pada Askar, kini Fiona keluar dari kamar Askar, lalu duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.
Tak lama kemudian, ia melihat Filio dan Aziz yang sedang memainkan gawai. Mereka berdua lagi bermain game online.
"Kak Aziz sama Filio, lagi main apa?" tanya Fiona.
"Main game moba, ini mau push rank. Dik, mau main bareng," balas Aziz, lalu mengajak.
"Oalah, game toxic, yah. Nggak kak, aku nggak ngerti main game begituan, mending aku main game sejuta loly," cibir Fiona.
"Dasar, loly con!" sindir Filio.
"Biarin, 'kan aku suka. Wleh!" Fiona memasang ejekan pada Filio.
"Cih!"
Usai menganggu Aziz dan Filio yang sedang bermain game, Fiona lanjut menghidupkan televisi dengan menonton film favoritnya.
Selama menonton televisi. Askar datang menghampiri Fiona dengan membawa mie goreng dan jus buah. Gara-gara bau mie goreng, Aziz dan Filio malah terpancing dengan memperhatikan Askar.
"Nih adikku menyebalkan, sekarang kau mau apa lagi?" tanya Askar, seraya menyodorkan sepiring mie goreng dan segelas jus buah.
"Aku mau kakak, catat tugasku. Ini foto tulisannya, aku kirim ke WhatsApp kakak," balas Fiona.
"Hah. Kau pikir, aku pembantu kamu, kerjain sendiri lah!" kesal Askar.
"Kak, ingat kesepakatan awal, kalau menolak bakalan aku adu."
"Sialan! Iya."
"Askar, tumben kamu lagi baik sama Fiona. Punya kami berdua mana?" tanya Aziz.
"Aku lagi sial, Kak. Hari ini kalah main game sama Fiona. Yah, masak sendiri lah," balas Askar.
"Kalah main game? Kok bisa, bukannya kamu selalu jago dan memanfaatkan Fiona mengurut mu selama seminggu. Ish, pelit sekali. Padahal kami berdua pengen merasakan masakan mu."
"Yah, itu lah makanya aku sial. Preet! Kau pikir aku pembantu, masak sana sendiri."
Aziz, Filio dan Fiona tertawa terbahak-bahak. Melihat Askar yang lagi bete atas perbuatannya sendiri.
"Ketawa aja terus, dah lah. Aku lanjut ngerjain tugas Fiona?!" kesal Askar.
Selepas keberangkatan Askar, Fiona lanjut menyantap mie goreng sambil menonton televisi. Kemudian, Aziz mengajak obrolan dengan Fiona.
"Dik, kamu tadi main apa sama Askar. Kok dia bisa kalah?" tanya Aziz.
"Tadi, aku main balap mobil, Kak. Kak Askar, nggak tahu kalau aku punya dua gas nitrogen, jadi langsung menang pas sedikit lagi menuju finish," balas Fiona.
"Oh, jadi begitu ceritanya. Btw, kakak sangat senang kalau kamu menang begini, soalnya kakak kasihan lihat kamu diatur seminggu sama Askar."
"Hahaha ... iya kak, mungkin aja Tuhan memberikan keberuntungan pada ku. Ya sudah, ngobrolnya tunda lagi yah, Kak. Aku mau lanjut makan."
"Siap, Dik."
***
Dua jam setelah menonton televisi, kini Askar keluar dari kamar Fiona, lalu ia datang sambil membawa Bender Fiona."Nih, Dik. Aku sudah selesai mencatat nya, sekarang kamu mau apalagi?" tanya Askar sembari menyodorkan Bender.
Fiona pun mengambil Bender nya, lalu ia mengecek satu per satu. "Ok, terima kasih banyak, Kak. Hum ... tugas selanjutnya apa, yah?"
"Urut kamu saja, Dik," saran Aziz.
"Kak Aziz, nggak usah ikut campur, yah. Nanti lama-lama ku pukul," ucap Askar.
"Em, boleh juga. Kak Askar urut tangan dan kaki ku, dong. Kebetulan aku lagi lelah juga," suruh Fiona.
"Sialan, iya."
Aziz dan Filio tertawa melihat tingkah Askar. Sembari Askar mengurut Fiona. Kini Aris pulang kerja dengan mengenakan seragam KAI.
"Weh, enak kali kamu Fiona, diurut sama Askar. Askar aku mau juga, dong. Kebetulan aku lagi capek, setelah berkelahi dengan preman di jalan," sapa Aris, lalu meminta Askar untuk mengurut nya.
"Heh, Kak Aris baru pulang, yah. Iya kak, tadi aku sama Kak Askar taruhan main game, lalu aku menang main nya, jadi Kak Askar melayaniku selama 24 jam," balas Fiona.
Aziz dan Filio yang sibuk bermain game, juga memperhatikan Aris nan baru pulang ke rumah.
"Oalah, jadi begitu ceritanya. Hum ... gak jadi deh. Btw, Affan belum pulang, yah?" tanya Aris.
"Belum, Kak. Kayaknya, Kak Affan bakalan nginap ke apartemen, sebab tugas dia sangat banyak hari ini," balas Aziz.
"Oh begitu, jadi sepi deh kalau nggak ada Affan. Ya sudah, aku izin tinggal yah. Mau mandi sama ganti pakaian."
"Iya, Kak."
Setengah jam berlalu, kini Fiona melihat jam pukul setengah enam sore. Kemudian, ia meminta Askar untuk berhenti mengurut.
"Sudah kak urutnya, terima kasih sudah melayani ku," ucap Fiona.
"Lho, kok cepat banget sih, Dik?" heran Aziz.
"Aku ada kegiatan penting malam ini, Kak. Terus aku kasihan lihat Kak Askar, banyak membantu ku," balas Fiona.
"Alhamdulillah, ini beneran sudah selesai, 'kan?" tanya Askar.
"Iya kakakku yang bawel."
"Oh begitu, emang kamu mau ke mana, malam ini?" tanya Aziz.
"Biasa mau kencan sama pacarku," balas Fiona."
"Kencan nya jangan aneh-aneh, yah. Kamu itu perempuan satu-satunya di keluarga ini dan bungsu lagi."
"Iya, Kak Aziz. Aku bisa jaga diri, nanti kalau Reyhan macam-macam ku tusuk sama pisau kecil ini."
"Mantap kalau begitu. Heh, jangan sampai ada luka berceceran."
"Iya, Kak."
***
Selepas mengobrol dengan Aziz, kini Fiona pergi menuju kamar nya sambil membawa gawai dan Bender.Saat sampai di kamar, ia bergegas pergi ke kamar mandi sambil membawa handuk. Usai mandi, Fiona berjalan menuju lemari pakaian.
Malam ini, ia mengenakan hoodie hitam dan celana jeans serta sepatu kets berwarna putih, tak lupa ia mengantongi pisau kecil buat berjaga-jaga.
Setelah mengenakan pakaian, Fiona duduk di ranjang sembari memainkan gawai. Tak lama kemudian, ia menerima pesan dari Reyhan.
[Bi, aku baru sampai di rumah, nanti sekitar jam tujuh kurang aku bakalan menunggu di depan gerbang,] Pesan Reyhan.
[Iya, Yang. Ini aku sudah mengenakan pakaian bagus,] balas Fiona.
[Kasih pap, dong.]
[Iya, tunggu.]
Fiona memotret dengan kamera belakang, sambil berhadapan cermin lemari pakaian. Kemudian ia mengirim ke WhatsApp Reyhan.
[Aww, cantik sekali. Ya sudah, aku mau otw mandi, Bi.]
[Siap, Yang.]
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enam Pangeran, Satu Putri [TAMAT]
Teen FictionSeorang wanita yang baru masuk dunia kuliah dengan mengambil jurusan ekonomi bersama kembarannya, lalu ia tidak sengaja bertemu dengan pria yang sama masuk dunia kuliah -- akhirnya mereka pacaran. Mampukah hubungan wanita itu bersatu dengan pria yan...