11. AJAK KENCAN

10 8 0
                                    

Saat keluar dari kelas, Fiona melihat Filio yang baru saja keluar dari kelas 1C ekonomi, lalu ada beberapa mahasiswi nan datang untuk berfoto bersama bahkan meminta tanda tangan.

Fiona tersenyum, melihat Filio kembali populer di kampus itu, namun sedihnya ia malah tidak tertarik dengan wanita satu pun.

Cekrek!
Cekrek!

Selepas berfoto bersama dengan beberapa mahasiswi, Fiona datang menghampiri Filio.

"Kak, aku boleh ikut nebeng pulang ke rumah?" panggil Fiona.

Filio pun kaget. "Iya, boleh kok. Emang hari ini kamu nggak pulang bareng Reyhan?"

"Pacarku nggak bisa pulang hari ini, sebab dia mau berkumpul di aula, katanya sih mau wawancara, sebab masuk organisasi BEM."

"Oh begitu, jadi Reyhan mau bergabung BEM. Ya sudah deh, ayo kita pulang, aku sudah capek banget nih," ajak Filio.

Fiona mengangguk tersenyum. Usai mengobrol, kini mereka berdua pergi menuju parkiran mahasiswa, lalu pulang menuju rumah sambil menaiki motor.

"Kak, makin hari kakak selalu dikerumuni semua cewek. Btw, kakak nggak ada tertarik sama salah satu cewek. Aku kasihan lho, lihat kakak sendirian aja," ucap Fiona.

"Yah, gimana lagi kan kakak sudah ganteng dan populer sejak SD. Aku tahu kalau semua cewek itu cantik-cantik, tapi aku mau mencari seperti kamu dan ibu yang cantiknya tiada tara," balas Filio.

"Cuih ... ganteng dari mana, masih ganteng Kak Aziz daripada kamu. Mustahil kak, kalau mau cari cewek seperti ku dan ibu, mending kakak buka mata pelan-pelan untuk mencari sifat cewek yang baik hati seperti ibu."

Filio tertawa, "Aku cuman bercanda, Dik. Iya ku akui kalau Kak Aziz memang ganteng sebab sama brewoknya. Hum ... aku males dik, cari cewek. Mending aku fokus belajar sembari menata masa depan."

"Yah, aku sudah tahu. Tentu lah, cuman pacar Kak Aziz yang masih terlihat misterius. Belajar tanpa support system, sama aja bohong, Kak. Kayak aku, disemangati sama pacarku."

Filio diam saja, lagi pun membantah Fiona sama aja bohong. Sepanjang perjalanan, mereka berdua tak sadar kalau sudah sampai di depan gerbang rumah, lalu Filio menghidupkan klakson.

Tin!
Tin!

Suara klakson motor menarik perhatian, Edi yang sedang membaca koran. Kemudian Edi, bergegas membuka gerbang dengan luas.

"Terima kasih, Pak Edi. Maaf menganggu aktivitas nya," ucap Filio.

"Iya, Den, sama-sama. Tidak apa-apa, lagi pun bapak lagi gak ada kerjaan juga," balas Edi.

Filio mengangguk tersenyum. Setelah mengobrol, Filio mengendarai motor matic masuk ke dalam lingkungan rumah, lalu memarkirkan di depan garasi.

Selanjutnya Filio dan Fiona turun dari motor bersamaan, kemudian berjalan ke depan pintu sambil mengambil kunci di saku celana, lalu membuka pintu.

Ceklek!

"Assalamualaikum," ucap Filio.

"Wa'alaikum salam. Nggak usah tol*l lagi pun di rumah kagak ada orang," balas Fiona.

"Yah, mana aku tahu. Mungkin aja Kak Aziz atau Kak Askar sudah sampai di rumah."

"Ck! Iya."

Selepas mengobrol, kini mereka berdua kembali ke kamar masing-masing. Saat sampai di dalam kamar, Fiona meletakkan tas di atas meja. Selanjutnya ia melepaskan pakaian dan mengganti pakaian sehari-hari, dengan mengenakan baju kaos dan rok panjang.

Kemudian, Fiona menghempaskan tubuh ke ranjang, sambil memainkan game online. Satu jam berlalu, kini ia menerima pesan dari Reyhan.

[Bi, sudah sampai di rumah?] tanya Reyhan.

[Sudah, Yang. Satu jam yang lalu, aku sampai di rumah. Gimana wawancara nya?] balas Fiona, lalu bertanya.

[Oh, syukurlah kalau begitu. Hum ... nanti malam, kamu sibuk nggak? Belum mulai Bi, 'kan jam empat mulai nya. Coba kamu keluar, ada nggak Kak Askar nya?]

[Iya. Em, kebetulan aku nggak ada kesibukan, emang kamu mau apa? Oalah, belum mulai yah. Semangat yah, Yang. Semoga keterima jadi anggota BEM.]

[Nanti malam, kita makan di luar yuk sekalian kencan lagi, seperti di kantin belakang kampus. Duh, makasih baby darling. Aamiin, semoga aku bisa dekat dengan Kak Askar.]

[Hum ... aku mau sih, tapi kamu yang bayar, yah. Aamiin, semoga tercapai sayang.]

[Santai, nanti masalah uang, aku yang bayar. Ya sudah, aku izin off, yah. Nanti malam sekitar jam tujuh, aku jemput di depan gerbang rumah.]

[Iya, Yang.]

Usai chatan dengan Reyhan, tak lama suara bel dari depan rumah terdengar nyaring. Kemudian, Fiona bergegas pergi ke luar, saat hendak keluar dari pintu, Filio sudah duluan untuk membuka pintu.

Ceklek!

"Assalamualaikum," sapa Aziz.

"Wa'alaikum salam, Kak Aziz baru pulang, yah," balas Filio.

"Iya, Dik. Ini sekalian kakak belanja ke pasar lokal, beli ayam sama sayur bayam buat nanti malam. Ngomong-ngomong kamu sama Fiona sudah makan?" tanya Aziz.

"Oh, ya sudah, ayo kita masak bareng, Kak. Hum ... aku sama Fiona tadi bawa bekal, jadi sudah selesai makan siang."

"Lah, kamu sudah masak, yah?"

"Nggak, kak. Aku cuman masak telur sama sambel mie doang, tadi ayah nyuruh bawa bekal sekalian menghemat uang."

"Oh begitu, ya sudah. Ini, belanjaan nya bawa ke dapur, kakak mau ganti pakaian dulu," suruh Aziz.

"Baiklah, Kak."

Saat Aziz masuk ke dalam rumah, kini Fiona berpapasan dengan Aziz, kemudian ia memelas sambil tersenyum.

"Kak Aziz, kebaya ku, sudah di beli belum?" tanya Fiona.

"Belum, Dik. Kakak, belum gajian. Nanti tanggal satu gajian, kakak janji beliin kebaya baru," balas Aziz.

"Yah, tapi beneran kan, bakalan beliin. Awas kalau bohong."

"Iyah, ya sudah kakak mau ganti baju dulu, terus lanjut masak sama Filio. Kamu mau ikut Fiona?"

"Kagak mau, aku nggak bisa masak."

Selepas mengobrol dengan Aziz, Fiona pergi menuju kamar tidur, lalu lanjut bermain video game. Setengah jam bermain game, tak lama perut Fiona malah mules kembali.

Kemudian ia bergegas pergi ke kamar mandi, dengan membuat pup. Fiona sudah sekuat tenaga demi mengeluarkan pup yang sangat keras, tak lama ia melihat ceceran darah lewat anus nya.

"Astaga, ini kenapa toilet nya berwarna merah?" heran Fiona. Setelah itu, ia menyiram pup dan darah langsung dengan menggunakan air.

Selanjutnya Fiona kembali duduk di ranjang, lalu ia kepikiran soal cairan merah yang berasal dari anusnya.

"Hari ini, kenapa aku kesulitan berak, yah? Apa jangan-jangan aku kebanyakan jajan, 'kah?"

Saking khawatir dengan anusnya, ia membuka gawai lalu searching, alasan pup bisa keras.

"Oalah, pantes pup ku keras ternyata kebanyakan minum teh dan kekurangan minum air mineral. Tunggu, makan pisang dan pepaya dapat menurunkan pup dengan lancar, aku harus pergi ke dapur dan mencari buah pisang," ucap Fiona.

Setelah itu, ia pergi meninggalkan gawai, lalu berjalan ke dapur untuk mencari buah pisang atau pepaya.

To be continued.

Enam Pangeran, Satu Putri [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang