26. MASA LALU

8 7 0
                                    

Sesampai di dapur. Fiona melihat ayahanda mengenakan pakaian loreng, Adhtia mengenakan kemeja biru dan Aris mengenakan kemeja putih KAI, yang sedang duduk di meja makan.

Sedangkan, Aziz mengenakan kemeja maroon dan Filio mengenakan kaos oblong berwarna putih, yang sedang memasak nasi goreng di dapur.

"Selamat pagi ayah yang gagah. Kak Adit yang jelek dan Kak Aris yang makin ganteng," sapa Fiona.

"Selamat pagi juga putri bungsuku," balas ayahanda.

"Selamat pagi, adikku yang menyebalkan," balas Adhtia.

"Selamat pagi, Fiona," balas Aris.

Saat Fiona hendak duduk di meja makan. Aziz yang memasakkan nasi goreng, menyajikan di atas meja makan beserta telur goreng. Sedangkan Filio menyiapkan empat gelas kopi dan dua gelas susu.

Kemudian mereka berenam menciduk nasi satu per satu, lalu melahap nasi goreng sampai habis.

Seperempat jam. Adhtia, Aris dan Aziz makan lebih cepat. Selepas itu mereka bertiga bergegas pergi untuk melanjutkan kerja.

Kini di dapur hanya ada Fiona, Filio dan ayahanda. Selepas itu ayahanda mengambil dompet di saku celananya, lalu mengeluarkan tiga lembar uang 100 ribu dihadapan Filio dan Fiona.

"Nak, ini ayah kasih uang lagi buat kalian. Sebab kalian sudah berhasil menghemat uang 50 ribu dalam tiga hari. Kini ayah kasih tantangan, uang 100 ribu kalian harus menghemat selama satu Minggu. Bila tantangan tersebut berhasil kalian lewati, maka jumlah uang dan tugasnya dua kali lipat bertambah!" jelas ayahanda.

"Yah, bukannya ini terlalu kelewatan. Aku rela nggak makan demi mengirit uang sebesar 50 ribu selama tiga hari. Sekarang ayah malah menyiksaku lagi selama seminggu dengan uang 100 ribu." Fiona menggerutu.

"Heh. Tapi kan, kamu sering dibawakan bekal sama Filio setiap hari, ya kali segampang itu mudah lapar. Intinya ayah nggak peduli, kamu kalau mau uang silakan ambil, kalau nggak mau ya sudah. Nanti Minggu depan ayah tagih lagi!" kekeh ayahanda.

Fiona merasa kesal sambil memasang wajah yang masam, lalu ia pergi meninggalkan ayahanda dan Filio tanpa berpamitan.

Di lain sisi, saat Filio melihat perdebatan Fiona dan ayahanda. Membuatnya sedikit ambigu, tapi Filio nggak bisa untuk memihak Fiona, sebab orang yang ia hadapi adalah ayahnya sendiri.

"Yah, nanti soal Fiona nggak usah khawatir. Biar aku saja yang mengatasinya. Ayah fokus saja dengan pekerjaan dan tantangan ayah berikan, akan aku laksanakan dengan baik bersama Fiona," ucap Filio.

Ayahanda mengangguk, lalu membalas, "Baiklah, Nak. Ayah sangat percaya dengan mu, mungkin Fiona bisa terbujuk. Ya sudah, ayah pergi dulu yah, ini sekalian titip uang buat Askar."

Filio mengangguk tersenyum. Selepas mengobrol dengan ayahanda, Filio berjalan menuju kamar Fiona.

***
Selepas mengobrol dengan ayahanda yang selalu menyiksa dirinya, membuat Fiona sedikit kesal untuk belajar irit.

"Kenapa makin dewasa, aku harus disuruh mengirit uang. Sedangkan saat sekolah ayah tak pernah menyuruhku mengirit uang!" kesal Fiona.

Beberapa menit kemudian, Filio datang mengetuk pintu sambil memanggil Fiona.

"Dik, kakak boleh masuk?" panggil Filio.

"Iya masuk aja, pintu nya nggak dikunci," balas Fiona.

Filio mengangguk, lalu membuka pintu. Selanjutnya ia berjalan datang menghampiri Fiona yang terbaring di atas ranjang.

"Dik, ini ayah bawakan uang buat kamu. Kalau kamu merasa kurang, kamu boleh minjam uang pada kakak," ucap Filio sambil menyodorkan uang pada Fiona.

"Terima kasih, Kak. Tapi, aku nggak mau merepotkan kakak. Soal tadi aku hanya gimmik doang pada ayah. Sebenarnya aku nggak niat untuk memaki ayah," balas Fiona.

Filio menggeleng kepala. "Dik, mau gimmik atau bukan. Kau tidak boleh memaki ayah seperti itu, karena ayah adalah orang tua kita satu-satunya. Apakah kamu tidak ingat dengan pesan ibu sebelum meninggalkan kita semua."

***
Lima tahun sebelumnya, ibunda tidur terbaring di ranjang dengan berjuang untuk mempertahankan hidup dan mati.

Sedangkan ayahanda masih sibuk dinas di luar kota. Adhtia, Affan, Aris, Aziz, Askar beserta Filio dan Fiona menangis memperhatikan ibunda yang sudah keadaan lemah.

"Anak-anakku, ibu mau berterima kasih sudah menjadi orang-orang yang hebat buat ayah. Nak, bila ayah menyuruh kalian untuk disiplin, maka dengarkan lah dengan baik dan ikut apa yang diperintahkan oleh-nya. Ibu tau kalau kalian adalah orang yang penurut dan memahami semua aturan."

Mereka bertujuh diam saja, dengan mendengarkan ucapan ibu sambil membasahi oleh air mata.

***
Fiona melamun ketika mendengar ucapan Filio, sembari mengingatkan ibu yang sebelum menghembuskan nafas terakhir.

Fiona meneteskan air mata, lalu merangkul Filio dengan erat.

"Maafkan aku kak, terima kasih sudah menyadari ku dari atas kesalahan, yang telah kulakukan pada ayah," ucap Fiona sambil meneteskan air mata.

Filio kaget melihat Fiona yang tiba-tiba merangkul tubuhnya, ditambah Fiona meminta maaf sambil meneteskan air mata.

Sebenarnya Filio tidak mengerti apa yang Fiona katakan, namun saat mendengarkan kata ayah, membuat nya ikut mengalurkan perkataan Fiona.

"Iya Dik, sudah berhentilah menangis. Air matamu sangat berharga," ucap Filio berusaha menenangkan Fiona.

Fiona berhenti menangis, lalu menghapuskan air mata. Kemudian Fiona bertanya, "Kak, ayah sudah pergi belum?"

"Ayah sudah lama pergi, kamu bisa bertemu ayah nanti sore," balas Filio.

Fiona diam saja. Selepas mengobrol dengan Filio dan menerima uang seratus ribu. Kini Fiona bergegas pergi ke kamar mandi sambil membawa handuk, sedangkan Filio keluar dari kamar Fiona, lalu kembali masuk ke dalam kamarnya.

Setelah mandi, Fiona berjalan menuju kamarnya dan berhenti di depan lemari pakaian. Hari ini ia mengenakan kaos berkerah, memakai hoodie dan celana jeans.

Selepas mengenakan pakaian, Fiona menghempaskan tubuh di ranjang sambil memainkan gawai.

Tak lama ia menerima pesan dari Reyhan.

[Selamat pagi, Bi. Kamu sudah selesai solat subuh nya? Terus kamu sudah sarapan belum?] tanya Reyhan.

[Selamat pagi juga, Yang. Sudah dong, aku kan rajin bangun pagi jadi rajin juga solat subuh. Sudah sayang, kalau aku nggak sarapan nanti sakit perut,] balas Fiona.

[Aww ... Bi, nanti kita pergi ke kampus pukul berapa?]

[Hum, kayaknya sekitar jam tujuh aja, Yang. Kan jam pertama dan kedua kan deketan, kecuali jam terakhir.]

[Ya sudah, nanti jam tujuh kurang, aku bakalan jemput kamu.]

[Iya sayang.]

Usai chatan dengan Reyhan, Fiona lanjut memainkan game sejuta loly. Di lain sisi, saat berada di dalam kamar Filio.

Kini Filio mengenakan kemeja biru, ditambah ia sudah janjian dengan Ayu untuk dijemput.

[Assalamualaikum, Yang. Nanti jam tujuh kurang, aku jemput kamu yah,] pesan Filio.

[Wa'alaikum salam, iya sayang. Entar kalau sudah sampai, hubungi aku kembali yah,] balas Ayu.

[Baik sayang, ya sudah aku otw jalan, yah.]

[Siap sayang, hati-hati di jalan.]

Selesai chatan sama Ayu, Filio menyiapkan bekal untuknya dan Fiona, lalu ia bergegas pergi dengan mengendarai motor matic.

To be continued.

Enam Pangeran, Satu Putri [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang