6. ULTAH IBUNDA

18 8 0
                                    

Selepas menerima tantangan Affan, kini Aris membawa meja kayu di ruang keluarga, kemudian Reyhan dan Affan duel adu panco. Aziz dan Askar ikut menonton pertarungan tersebut, sedangkan Filio dan Fiona ketakutan, misal Reyhan kalah yang ada ia bakalan babak belur oleh Affan dan Aris.

Melihat kehebohan di ruang keluarga, ayahanda yang baru saja selesai mandi dan mengenakan batik, datang menghampiri kehebohan tersebut.

"Ini, ada acara apa, Nak? Kan acara ulang tahun ibu belum mulai, ditambah Adhtia belum pulang," tanya ayahanda.

"Kak Affan nantangi pacarnya Fiona adu panco, Yah," balas Askar.

"Pacaran? Adu panco?" heran ayahanda.

"Baik, permainan sudah siap. Waktunya kita mulai. Satu, dua, tiga?!" Aris mendadak menjadi moderator.

Tandingan pertama, kini Reyhan berhasil mengalahkan Affan. Aris, Aziz dan Askar sedikit kecewa.

"Lah, kok bisa kalah sih, Kak?" heran Aris.

"Baru pemanasan, ya sudah, ayo kita lanjut," balas Affan.

Tandingan kedua, Affan berhasil mengalahkan Reyhan. Aris, Aziz dan Askar sangat senang. Namun Filio dan Fiona ketakutan, lalu berharap semoga permainan terakhir Reyhan bisa menang.

"Baiklah, ini adalah permainan terakhir. Waktunya kita mulai. Satu, dua, tiga?!" Aris memberi aba-aba terakhir.

Affan dan Reyhan memperkuat otot satu sama lain, lalu saling menahan agar tidak mengenai meja. Awalan pertama Reyhan hampir kalah, kemudian ia mendapat kesempatan untuk menjatuhkan lengan tangan kanan Affan -- akhirnya Reyhan berhasil mengalahkan Affan.

"Sialan?!" kesal Affan.

"Lah, kok bisa kalah sih, Kak. Ini nih kalau buat tantangan nggak ngotak, padahal dari awal sudah bagus buat ngusir nih anak," gerutu Aris.

Selama mereka berdua sibuk mengobrol, kini ayahanda menyimak sambil memperhatikan obrolan mereka, sebab ingin mengusir Reyhan.

"Yah, aku nggak tahu. Tapi, aku senang punya rival kuat seperti dia. Sepertinya pacarnya Fiona sangat menarik," balas Affan.

"U'hum ... jadi begitu ceritanya, kenapa kalian adu panco dengan pacarnya Fiona," tanggap ayahanda.

"Ayah. Ayah sejak kapan ada di sini?" tanya Affan.

"Ayah ada di sini, saat kalian melakukan pertandingan adu panco. Mulai sekarang kita tidak ada aturan untung mengusir tamu atau orang asing, pantas aja tetangga takut dengan keluarga kita," balas ayahanda.

Affan dan Aris pun diam saja, ketika mendengar balasan ayahanda, sedangkan Filio dan Fiona senang melihat Reyhan berhasil mengalahkan Affan.

"Apakah kalian mengerti?" tanya ayahanda pada Affan dan Aris.

"Iya, Ayah. Kami minta maaf," balas mereka berdua.

Ayahanda diam dengan menghela napas, lalu ia melihat jam sudah pukul tujuh.

"Ya sudah, ayo kita lakukan acara ulang tahunnya. Tunggu, Adhtia ada di mana?" tanya ayahanda.

"Kak Adit, belum pulang ayah. Tapi, kami sudah punya kesepakatan, siapa datang paling telat maka akan dihukum berat," balas Affan.

"Aturan, aturan. Kalian setiap hari bikin aturan tanpa pengetahuan ayah."

"Yah, tapi kami sudah sepakat. Kalau nggak ada aturan, nanti yang datang seenak jidat dan acara tidak akan mulai."

Dua puluh menit berlalu, tak lama Adhtia datang dengan mengenakan batik dan jas biru, sambil membawa nasi ayam dua boks.

"Assalamualaikum, sorry karena telat datangnya, tadi lagi macet di jalan," sapa Adhtia sambil tersenyum.

"Wa'alaikum salam, Kak Adit pada ke mana aja. Baiklah, sebab kita sudah buat aturan tadi siang maka yang terakhir harus dihukum," balas Affan.

"Heh. Kalian mau menghukum ku, yah. Tapi, sorry makanan nya nggak jadi ku kasih, gimana sepakat nggak?" Adhtia memberi ancaman.

"Dih, malah buat aturan sendiri. Padahal Kak Adit sendiri yang mengutuskan," tanggap Aris

"Nggak bisa gitu, Kak. Itu sudah melanggar, aturan kan belum sah untuk dibuat," balas Aziz.

"Betul tuh, Kak Adit mau di demo?" tanya Askar.

Selama mereka berempat berdebat, ayahanda, Fiona, Filio dan Reyhan diam saja sambil memperhatikan.

"Iya-yah, aku minta maaf. Ya sudah, ini acaranya kapan mau di mulai, soalnya sudah setengah delapan," ucap Adhtia, lalu mengalihkan dialog.

"Nah bagus, kalau begitu, ini baru adil," balas mereka serentak.

***
Selepas berdebat, tujuh saudara, ayahanda dan Reyhan duduk di kursi sofa sambil menonton rekaman almarhum ibu, saat merayakan ulang tahun.

Kini tujuh saudara dan ayahanda menangis melihat ibunda yang meniup lilin kue ulang tahun, Reyhan tak menyangka keluarga Fiona yang sangat extrovert, mendadak berubah ketika menonton rekaman video.

Setelah merayakan ulang tahun, kini mereka berpesta hingga larut malam. Adhtia, Affan dan Aris berkaraoke, sedangkan Aziz, Askar, Filio sibuk menyantap cemilan. Kemudian Reyhan duduk bersebalahan dengan Fiona.

"Bi, dulu almarhum ibu mu sakit apa?" tanya Reyhan.

"Dulu ibu nggak mau makan, setelah di dekatkan sama orang asing. Ibu hanya merenung dan tertidur di ranjang sepanjang hari," balas Fiona.

Reyhan tak mengerti apa yang dikatakan oleh Fiona -- mereka seperti merahasiakan tentang orang asing dan kematian ibunda.

"Bi, kakak-kakak mu itu sudah kerja semua, 'kah?"

"Mereka sudah kerja semua, yang belum aku, Filio sama Kak Askar. Emang mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Tidak apa-apa, aku cuman ingin tahu aja. Oh iya, selama ini aku belum mengenal nama mereka. Apakah kamu mau mengenalku, kalau aku mendekat takutnya malah menganggu."

"Hum ... kupikir kau sudah kenal sama mereka, jadi percuma saja aku mengundang mu. Baiklah, karena kau adalah pacar ku, maka kuberi tahu. Kakak yang memakai batik dan jas biru itu adalah Kak Adhtia Woyoningrat, dia kakak pertama yang bekerja menjadi manager. Kakak yang mengenakan batik emas itu adalah Kak Affan Woyoningrat, dia kakak kedua yang bekerja menjadi pengacara. Kakak yang mengenakan batik merah itu adalah Kak Aris Woyoningrat, dia kakak ketiga yang bekerja menjadi masinis. Kakak yang mengenakan batik kuning itu adalah Kak Aziz Woyoningrat, dia kakak keempat yang bekerja menjadi Guru SMA. Kakak yang mengenakan batik cokelat bintik-bintik kuning itu adalah Kak Askar Woyoningrat, dia kakak kelima dengan menjadi Ketua BEM di universitas yang kita masuk. Gimana kamu sudah mengerti, 'kan?"

"Iya, Bi. Terima kasih banyak, ngomong-ngomong Woyoningrat nama marga, yah?"

"Iya, nama marga. Nanti kalau kamu menikah dengan ku, banyak syarat yang harus diikuti, agar kamu dapat marga juga."

Reyhan pun mengangguk, "Terima kasih banyak, Bi. Mudahan hubungan kita sampai pernikahan, yah."

"Iya, tapi kamu nggak semudah itu. Kakak-kakakku ini, orangnya agak licik dan bisa merusak mental seseorang, maka kamu harus berbaur terus sama mereka, agar mau menerima mu."

"Iya, aku akan berusaha semaksimal mungkin. Aku tahu soal adu panco itu hanya sekedar candaan."

Fiona diam saja, lalu sambung menyantap roti dan minuman. Setelah mengetahui enam kakak Fiona, Reyhan membuat note dengan menyimpan nama kakak Fiona untuk mudah dihafal.

To be continued.

Enam Pangeran, Satu Putri [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang