19. MENAHAN LAPAR

7 7 0
                                    

Rasanya kepala mau pecah ketika menghadapi dosen yang super tolol, meskipun mata kuliah terlihat berat malah dihadapi dosen seperti bintang laut dalam kartun Spongebob.

Kini Citra yang selalu mau belajar, begitu kesal ketika menghadapi dosen terlalu bodoh, ditambah suara nyanyian yang tak pas untuk didengar malah membuat sakit kepala.

Setengah jam berlalu, sepuluh mahasiswa telah menghabiskan 10 lagu. Kemudian Arif nampak lelah, lalu kembali duduk di kursi.

"Lah, kenapa kalian berhenti bernyanyi. Ayo nyanyi lah. Waktu kita tinggal setengah jam lagi, mau selesai," suruh Arif.

"Baiklah, Pak."

Fiona merasa kesal dan membatin, "Kirain bapak mau duduk disuruh belajar, ini malah disuruh nyanyi. Sebenarnya Pak Arif mau niat bekerja atau bermain-main, kalau gini mending aku bolos aja."

***
Setengah jam kemudian, mata kuliah Akuntansi 1 telah berakhir, Fiona cukup lega sebab tak mendengar suara nyanyian kumbang.

Selepas keberangkatan Arif, Citra bergegas keluar sambil menggenggam tangan, jam kedua dia malah dibuat lelucon

Usai keberangkatan Citra, Reyhan datang menghampiri Fiona untuk mengajak pergi.

"Yang, gimana nyanyian ku tadi, bagus nggak?" tanya Reyhan.

"Kagak, malah bikin sakit kepala!" kesal Fiona.

"Heh. Ngomong-ngomong, Pak Arif seru juga yah kalau cara mengajar nya," ucap Reyhan.

"Kepala bapak kau, seru! Aku malah benci dengan dosen yang tak berintegritas, dari sekian banyak dosen, cuman Pak Arif yang paling goblok. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh ibu penjual itu, dibanding Pak Arif aku malah lebih suka Pak Zhaim."

"Hum ... dari sebanyak dosen, kita nggak boleh berbicara seperti itu, meskipun tingkah Pak Arif agak berbeda, kita mesti menghargai nya. Lagipun kan kita masih pertemuan pertama, jadi gak pa-pa kalau di buat hiburan."

Fiona diam saja, melihat Reyhan yang membela Arif. Namun kata-kata Reyhan sejak awal, sudah berhasil mengubah pikiran Fiona yang terlalu kritis menjadi baik.

Setelah mendengar ocehan Reyhan, kini Fiona mengeluarkan bekal makanan dan sebotol air minum dalam tas ransel.

"Bi, kamu masih betah makan pakai bekal," ucap Reyhan.

"Iya, Yang. Ini sudah kewajiban ku, ditambah Filio sudah menyiapkan makanan setiap hari demi mengirit uang," balas Fiona.

Reyhan diam saja. Usai mengobrol dengan Reyhan, Fiona bergegas menyantap makanan sampai habis, sedangkan Reyhan duduk di samping Fiona sambil memainkan gawai.

Seper empat jam berlalu, kini Fiona sudah selesai menyantap makan siang, lalu ia menoleh ke samping sambil memperhatikan Reyhan yang sedang menahan perut kosong.

"Yang, kamu kelaparan yah? Ya sudah, ayo kita pergi ke kantin, maaf yah sebab terlalu lama menunggu ku," ucap Fiona.

"Em ... nggak bi, aku nggak lapar kok. Iya tidak apa-apa, lagi pun hal itu sudah kewajiban ku untuk menunggu," balas Reyhan.

"Kamu nggak usah bohong, soalnya wajah mu sedikit pucat. Aww ... tapi gak usah tolol juga sambil menahan perut kosong, ayo kita pergi ke kantin."

Selepas mengobrol, mereka berdua bergegas pergi ke kantin. Saat tiba di kantin, kini Reyhan bertanya pada Fiona.

"Bi, kamu mau makan apa?" tanya Reyhan.

"Nggak yang, aku sudah kenyang. Aku mau nemenin kamu makan aja," balas Fiona dengan menolak.

"Aww, sosweet maacih, yah."

"Nggak usah sok imut, anj*ng."

"Heh."

Setelah mengobrol dengan Fiona. Reyhan bergegas pergi menuju penjual untuk memesan makanan.

"Bu, aku mau pesan mie ayam sama es teh satu," pinta Reyhan.

"Baiklah, Nak. Harap tunggu sebentar," balas penjual.

Reyhan mengangguk. Usai memesan makanan, kini ia kembali duduk bersebelahan dengan Fiona, yang sedang memainkan gawai.

"Bi, makalah yang disuruh sama Kak Askar, punyaku sudah selesai lho. Kayaknya bentar lagi, aku bakalan jadi anggota di organisasi BEM," ucap Reyhan.

"Hum ... selamat yah, Yang. Semoga kamu bisa berbaur dengan kakak ku," balas Fiona.

"Bi, kok kamu makin beda aja. Kamu punya selingkuh baru, yah?" tanya Reyhan.

"Hah. Berhenti suuzon padaku, buat apa aku untuk berselingkuh padamu. Nanti ku tonjok baru tahu rasa."

"Nah, kalau begini kelihatan sifatnya. Hehe ... aku cuman bercanda, Bi. Lagi pun calon istriku cuman kamu satu-satunya."

"Nggak usah caper, dah. Aku lagi sibuk, ganggu aja deh."

"Emang kamu lagi sibuk apa, sih?'

"Sibuk main game sejuta Loly, ini tinggal sedikit lagi question nya selesai."

"Game sejuta Loly, maksudnya game yang banyak makan ram 'kah?"

"Iya."

"Buset, game segitu aja, hp ku langsung memory internal sudah hampir penuh."

Fiona menyeringai, "Hehe ... namanya game sultan, Yang. Tapi cintaku padamu lebih berharga dari game ini, kok."

"Alhamdulillah, kalau begitu. Habis ini kita langsung ke oyo."

"Boleh, kok. Kebetulan aku bawa pisau buat sunati kamu lagi, biar habis.

"Ih, serem. Kok, kamu berani sih bawa pisau segala. Kalau ketahuan sama dosen, nanti kamu malah dikeluarkan dari kampus."

"Gak pa-pa, buat jaga-jaga aja. Aku nggak mau keperawanan ku rusak di luar nikah. Nanti kalau sudah coba, kamu malah nggak bertanggung jawab. Aku nggak takut, semua dosen bakalan ku bantai."

"Heh. Jangan terlalu bar-bar, Bi. Aku nggak mau lihat kamu di dalam sel penjara. Buset, aku nggak sejahat itu sayang, aku siap bertanggung jawab."

"Aku tetap nggak percaya. Aku takut malah terulang seperti ibu. Sepertinya apa yang ibu rasakan tersebut sudah benar-benar sakit, hingga itu aku berusaha menjaga diri."

"Kalau kamu belum pernah merasakan hubungan sex, berarti punya mu masih merah dong."

"Apa itu sex? Terus apa itu merah? Jangan macam-macam lho, nanti ku buat kamu sunat dua kali!"

"Sex itu adalah hubungan dua insan dengan melakukan gairah demi mendapatkan anak. Merah itu artinya masih segar dan tersegel. Heh ... jangan gitu dong, nanti aku kesulitan dapat keturunan sama kamu."

"Taik, aku kagak mau hamil muda. Aku mau menghabiskan masa-masa mudaku dulu. Kamu kira ikan masih segar dan tersegel. Makanya jangan main-main dengan ku."

Selepas mengobrol kini pesanan Reyhan sudah datang, lalu Reyhan bergegas menyantap makan, sebab terlalu lapar.

"Makan nya pelan-pelan aja, Yang. Waktu kita masuk ke kelas setengah jam lagi," ucap Fiona.

"Iya, Bi. Terima kasih sudah perhatian pada ku," balas Reyhan.

Fiona mengangguk tersenyum. Sepuluh menit berlalu, kini Reyhan sudah selesai menyantap makanan dan minuman, kemudian waktu mereka berdua tinggal 20 menit lagi menuju kelas terakhir.

Selanjutnya Reyhan dan Fiona bergegas pergi ke kelas 1A ekonomi, selama mereka berdua berjalan menuju kampus, Filio sudah menunggu di semak-semak sambil memperhatikan adiknya, sedangkan Askar sudah memerhatikan Filio di lantai tiga.

"Em ... aku terus memantau Fiona dan Reyhan, aku takkan rela melihat adikku rusak dengan perbuatan diri nya," ucap Filio.

"Mengapa Filio bersembunyi di balik semak-semak itu? Bikin penasaran aja!" heran Askar.

To be continued.

Enam Pangeran, Satu Putri [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang