16. ROTI BAKAR

8 7 0
                                    

Setelah bersalaman dengan Kirana, Fiona pun duduk kembali bersampingan dengan Reyhan, lalu mengobrol dengan Noura.

"Nak Fiona, tolong maafkan sikap Kirana, yah. Beberapa hari ini, Kirana kebanyakan diam. Tante, nggak tau harus bagaimana mengatasi nya," ucap Noura.

"Iya, Tan. Tidak apa-apa, mungkin Kak Kirana baru pertama bertemu padaku. Tante harus sabar, mungkin ada saatnya Kak Kirana butuh bantuan dengan tante," balas Fiona.

Selama mereka berdua sibuk mengobrol, kini Reyhan diam saja sambil menyantap gorengan dan meminum secangkir air putih.

Setengah jam berlalu, Fiona malah menguap sebab hari sudah sangat malam. Kemudian, Fiona meminta Reyhan untuk mengantar pulang.

"Yang, aku ngantuk. Tolong antari aku pulang, yah," ucap Fiona.

"Wah, Nak Fiona sudah mengantuk, yah. Maafkan tante, sebab meminta Reyhan membawa mu ke sini. Nak Reyhan, tolong antari Fiona pulang, takut keluarganya malah nyariin Fiona, terus kamu jangan pulang malam-malam," balas Noura, lalu meminta Reyhan untuk membawa Fiona pulang ke rumah.

"Iya, Tan. Iya, Ma." Fiona dan Reyhan menjawab bersamaan.

Selepas berpamitan dengan Noura. Reyhan pun menghidupkan motor, lalu Fiona duduk di belakang dengan merangkul perut Reyhan dengan erat.

"Ma, aku antari Fiona pulang, yah," ucap Reyhan.

"Iya, Nak. Hati-hati di jalan," balas Noura.

Usai berpamitan dengan Noura, mereka berdua melanjutkan perjalanan. Seper empat jam, kini Fiona meminta Reyhan untuk membeli makanan buat di rumah.

"Bi, beliin roti bakar, yah," pinta Fiona.

"Iya, Yang," balas Reyhan.

Kemudian mereka berdua singgah ke warung kaki lima, lalu Reyhan bertanya pada Fiona.

"Yang, kamu mau roti bakar rasa apa?" tanya Reyhan.

"Aku mau roti bakar rasa stroberi dan blueberry," balas Fiona.

Reyhan mengangguk, lalu ia meminta pada penjual. "Pak, aku mau pesan roti bakar dua, rasa stroberi dan blueberry."

"Baiklah, Nak. Harap tunggu sebentar," balas penjual.

Selama menunggu, kini Reyhan menatap Fiona yang sedang bermain gawai. Kemudian Reyhan berusaha melakukan hubungan romantis dengan Fiona.

Setelah itu, Reyhan menatap tangan Fiona dengan halus, sembari mengajak ngobrol.

"Yang, mumpung kita berada di luar dan tidak ada Intel sama orang lain. Bolehkah aku, untuk mencium mu sekali aja," pinta Reyhan, sambil menatap dagu Fiona.

"Boleh, boleh," balas Fiona dengan memasukkan gawai ke dalam saku celana, lalu mengambil pisau dalam saku hoodie.

"Sebelum melakukan sesuatu kepada ku, alangkah baiknya kamu melihat perut mu," ucap Fiona.

Reyhan pun mendadak berhenti, kemudian ia menoleh ke arah perutnya, melihat Fiona yang sudah menggenggam pisau kecil.

"Heh. Sejak kapan kamu membawa pisau kecil?" tanya Reyhan.

"Sejak awal, kita mau pergi. Aku membawa ini, buat berjaga-jaga. Jadi gimana, masih mau lanjut mencium ku," balas Fiona.

Reyhan berhenti dengan menelan air liur. Ia sudah salah jatuh cinta pada wanita lain, ia pikir wanita yang nggak pernah pacaran itu terlalu polos, melainkan lebih pro.

"Hum ... maafkan aku, Bi. Aku janji tidak akan melakukan hal seperti ini lagi," ucap Reyhan.

Fiona tersenyum jahat, "Lah, kenapa? Katanya kamu mau mencium ku."

"Aku nggak mau mati sekarang."

"Haha ... makanya jangan bawa aku, dengan melakukan hal aneh. Kalau mau pacaran yang sewajarnya aja."

"Iya, Bi."

Selama sibuk mengobrol, tak lama kemudian pesanan roti bakar milik Fiona sudah jadi.

"Nih, Kak. Rotinya, maaf karena terlalu lama menunggu," ucap penjual, sambil menyodorkan roti.

"Oh iya, terima kasih banyak, Pak," balas Reyhan, dengan mengambil roti lalu membayar uang.

Usai membayar, kini Reyhan memberikan roti bakar pada Fiona.

"Nih, Bi. Roti bakarnya," ucap Reyhan.

"Wah, terima kasih, Yank," balas Fiona dengan bersemangat.

Selepas membeli roti bakar, mereka berdua bergegas pulang ke rumah. Satu jam berlalu, kini Reyhan dan Fiona sudah sampai di depan pagar rumah.

"Bi, maaf aku cuman bisa mengantarmu di sini," ucap Reyhan.

"Iya gak pa-pa, terima kasih, Yang. Sudah mengajakku makan malam dan membelikan roti bakar untukku. Oh iya, perginya hati-hati dan jangan ngebut," balas Fiona.

"Iya, Bi. Selamat menikmati roti bakarnya, aku titip salam buat ayah dan keenam kakak mu."

Fiona mengangguk tersenyum, setelah keberangkatan Reyhan. Fiona pun berteriak pada Edy, untuk membukakan gerbang.

"Pak Edy, tolong buka gerbangnya!"

Edy yang menikmati tidur nyenyak, malah kebangun sebab mendengarkan teriakan Fiona. Edy pun bergegas bangun, lalu mendorong pagar untuk menyambut kehadiran Fiona.

"Terima kasih, Pak Edy. Maaf menganggu waktunya tidurnya," ucap Fiona.

"Iya, Non. Sama-sama," balas Edy.

Fiona tersenyum. Setelah mengobrol dengan Edy, Fiona bergegas menuju rumah sambil mengandeng tas dan membawa kantong kresek berisi roti bakar.

***
Sesampai di depan rumah, kini Fiona mengambil kunci cadangan di tas gandeng nya, lalu ia membuka pintu.

Saat hendak masuk, kini rumah mendadak sepi. Kemudian Fiona berjalan menuju ruang keluarga, ayahanda dan Adhtia sedang menonton televisi.

"Assalamualaikum," sapa Fiona.

"Wa'alaikum salam, eh kamu sudah pulang, yah. Gimana kencan nya sama Reyhan?" balas Adhtia.

"Hum ... lumayan sih, nih kak, ayah. Aku bawakan roti bakar, ini yang beli sama pacarku." Fiona menyodorkan kantong kresek berisi roti bakar.

"Wah, terima kasih, Dik." Selama Fiona dan Adhtia mengobrol, ayahanda malah sibuk menonton televisi tanpa memperhatikan Fiona.

"Ayah. Ayah, kenapa diam saja?" heran Fiona.

"Gak pa-pa, ayah cuman senang aja kalau kamu sudah makin dewasa," balas ayahanda.

"Hah. Maksud ayah apa? Aku kan baru pertama kali keluar rumah. Ditambah Reyhan nggak bawa aku ke tempat macam-macam, habis makan malam, dia bawa aku ke rumah nya untuk bertemu Mama Reyhan dan kakaknya. Ayah nggak usah takut, kalau Reyhan melakukan sesuatu, aku sudah membawa pisau kecil."

Ayahanda tertawa menyeringai, melihat putri nya sudah berpikir jauh. "Hahaha ... kau pada kenapa, Nak? Ayah, nggak marah lho. Justru ayah senang, apalagi Nak Reyhan itu orangnya baik."

"Lah, kupikir ayah marah, sebab tak izin."

"Ayah juga baru pulang, terus lihat kamu sudah pergi aja sama Reyhan. Buat apa ayah mau marah, sudah kamu buruan tidur sana, terus besok lanjut kuliah," suruh ayahanda.

"Baiklah, Ayah. Aku tidur duluan, itu roti bakarnya jangan di habiskan, yah."

"Iya. Lho, katanya mau beliin untuk ayah dan Adhtia."

"Inti nya jangan dihabisi, aku sudah capek memelas pada pacar ku."

"Iya-iya, sudah ambil saja satu, terus lanjut tidur."

Fiona mengangguk, lalu mengambil dua roti bakar. Kemudian ia bergegas masuk ke dalam kamar. Saat sampai di kamar, Fiona duduk di kursi sambil menyantap dua roti bakar, selanjutnya ia sambung meminum air putih nan telah disediakan.

Usai meminum air putih, Fiona bergegas tidur di ranjang -- menanti besok pagi, tanpa mengganti pakaian.

To be continued.

Enam Pangeran, Satu Putri [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang