20. PILIH KASIH

8 7 0
                                    

Sesampai di kelas 1A ekonomi, Reyhan dan Fiona duduk di kursi masing-masing, tak lama Citra teman baru Fiona, masuk kembali ke dalam kelas.

"Cit, kamu masih marah, 'kah? Dengan Pak Arif?" sapa Fiona.

"Iya, aku makin benci sama Pak Arif. Dia itu dosen nggak becus!" kesal Citra.

"Huhu ... nggak boleh gitu, Cit. Apa pun dosennya, kita tetap menghargai nya. Dia adalah orang tua kedua kita, meski sikapnya agak menyebalkan."

"Betul tuh, aku salut dengan mu, Bi," ucap Reyhan memuji Fiona.

Citra mendadak diam, ia sadar bahwa dirinya sedang menjadi racun nyamuk. Kemudian Fiona mengangguk tersenyum.

"Terima kasih, Yang. Sebab kamu yang telah mengajariku," balas Fiona.

Saking asiknya sibuk mengobrol, tak lama seorang dosen perempuan dengan mengenakan kacamata, kemeja cokelat dan rok khaki sambil mengenakan tas ransel, serta membawa laptop, masuk ke dalam kelas -- berjalan menuju meja dosen.

Selepas meletakkan tas di kursi dan laptop di atas meja, kini dosen perempuan itu mengambil kabel untuk mencolokkan ke laptop.

Kemudian ia berdiri dan berjalan ke depan sambil menyapa, lalu memperkenalkan diri.

"Assalamualaikum, selamat siang anak-anak. Perkenalkan nama ibu Dewi Warmutri atau bisa dipanggil Bu Dewi. Hari ini ibu diberi amanah dari pembimbing kalian, dengan mengajar filsafat ekonomi."

"Wa'alaikum salam, selamat siang juga, Bu!" balas serentak.

Dewi mengangguk tersenyum. Kemudian Dewi berjalan sambil menghidupkan laptop, lalu menampilkan power point dengan kata Filsafat.

"Baiklah, menurut pandangan kalian, Filsafat itu apa?" tanya Dewi.

"Saya Bu, filsafat itu adalah pengetahuan atau penyelidikan akal budi mengenai hakikat yang ada," balas Fiona.

"Sangat bagus, tapi ada yang kurang. Kira-kira siapa mau nambahin?"

Fiona mendadak diam, melihat Dewi yang tidak bertanya tentang namanya, namun Dewi malah tak acuh dan mengalihkan dialog pada mahasiswa nan lain.

"Selain hakikat yang ada, maka ada sebab, asal dan hukumnya," ucap Citra.

"Sangat tepat, siapa nama mu, Nak?" tanya Dewi.

"Namaku Citra, Bu," balas nya.

Dewi mengangguk tersenyum, sedangkan Fiona kebingungan melihat Dewi yang mau bertanya pada Citra, dibandingkan ia sebelum nya.

Melihat Dewi tak acuh pada Fiona, kini Reyhan merasa kasihan melihat Fiona yang tidak dipedulikan. Kemudian Reyhan mengchat Fiona.

[Yang, kamu harus sabar, yah. Mungkin saja Bu Dewi lupa dengan mu,] pesan Reyhan.

[Iya, Bi. Aku mengerti, terima kasih sudah support system padaku,] balas Fiona.

Selepas chatan dengan Reyhan, Fiona langsung menoleh ke arah belakang sambil tersenyum. Lalu Reyhan membalas senyum kembali pada Fiona.

Selama satu jam belajar, kini Dewi masih tak memperhatikan Fiona, dan lebih memperhatikan ke arah Citra. Mungkin ini terlihat kesal, namun Reyhan tetap mendukung Fiona menjadi kuat.

Usai keberangkatan Dewi, Reyhan pun datang menghampiri Fiona sembari mengajak pulang.

"Bi, kita pulang yuk," ajak Reyhan.

"Hum ... iya, Yang. Ayo, kita pulang," balas Fiona.

Reyhan mengangguk tersenyum, kemudian mereka berdua bergegas keluar dari kelas 1A ekonomi -- berjalan menuju parkiran.

"Bi, kamu masih kesal yah, sama Bu Dewi?" tanya Reyhan.

"Nggak, Yang. Mungkin Bu Dewi lebih suka aja sama Chitra, aku sebagai mahasiswa juga nggak akan caper pada semua dosen," balas Fiona.

"Bi, sebenarnya aku bangga dengan mu. Semoga kamu tetap kuat, yah, menahan masalah yang sedang terjadi."

"Iya, Yang. Terima kasih sudah pengertian pada ku."

Setelah mengobrol, mereka berdua kini sudah sampai di depan parkiran, kemudian Filio datang menghampiri adiknya dengan membawa cokelat.

***
Satu jam sebelum kejadian terjadi, usai melihat Reyhan dan Fiona berjalan menuju kelas. Kini Filio, masuk ke dalam kelas dan berjalan menuju kursi nya.

Saat sampai di depan kursi, ia melihat sebungkus cokelat bar di atas meja. Filio kebingungan, kini ia menoleh ke kanan dan ke kiri, ternyata ada lima mahasiswi yang sedang duduk, namun ada satu mahasiswi nan tergila-gila dengan Filio, ia adalah Ayu.

Sejak awal Filio masuk ke dalam kelas, Ayu sudah berpapasan dengan Filio, sambil menjatuhkan buku yang di bawa Ayu. Kemudian Filio dengan sigap membantu Ayu, seraya tersenyum dan meminta maaf.

"Duh, buat yang sudah ngasih, terima kasih banyak, yah," ucap Filio seraya berdoa ke langit-langit.

Selesai satu jam belajar, Filio bergegas keluar dengan rencana memberikan cokelat bar kepada Fiona, kini Fiona kebetulan mau pergi ke parkiran bersama Reyhan.

Sedangkan Ayu mengintip dari belakang, sambil memperhatikan Filio dengan membawa bar cokelat. Ayu pikir, Filio menyantap cokelat, namun hal itu di luar dugaan.

"Dik, ini ada cokelat, tadi kakak melihat cokelat di atas mejaku," ucap Filio dengan memberi cokelat pada Fiona.

"Heh. Terima kasih banyak, Kak," balas Fiona.

Reyhan kebingungan melihat Filio yang tiba-tiba memberikan cokelat pada adiknya, namun ia sudah menyangkal bahwa Fiona adalah kakaknya Filio.

Di lain sisi, Ayu sedikit kesal dengan tingkah Filio yang memberikan cokelat pada Fiona. Ayu sangat kecewa, melihat tingkah Filio nan tidak menghargai pemberian nya.

"Dik, hari ini kamu pulang sama siapa?" tanya Filio.

"Hari ini, aku mau pulang bersama pacarku, Kak," balas Fiona.

"Hum ... begitu yah, ya sudah kamu perginya hati-hati di jalan. Reyhan, tolong jagain Fiona, yah," ucap Filio lalu mengalihkan dialog pada Reyhan.

Reyhan mengangguk, "Santai bro, adikmu bakalan baik-baik saja dengan ku, kau tak usah khawatir."

"Bagus, kalau begitu."

***
Selepas mengobrol dengan Filio, Reyhan dan Fiona bergegas menaiki motor, lalu pergi menuju rumah.

Sepanjang perjalanan, kini Fiona sibuk menghabiskan cokelat. Sedangkan Reyhan sibuk menyetir motor, kemudian membuka obrolan pada Fiona.

"Ngomong-ngomong tumben kakakmu memberikan cokelat pada mu, yah? Apa dia sedang jatuh suka pada mu, Bi?" heran Reyhan.

"Aku nggak tau, Yang. Aku malah kebingungan dengan Filio, yang tiba-tiba memberikan cokelat padaku. Astaghfirullah, mana mungkin Filio siscon ke padaku!"

"Hum ... begitu yah. Hah, siscon apa bi?" tanya Reyhan.

"Siscon artinya suka pada adik perempuan nya. Kalau kakak mu cewek suka sama diri mu, itu namanya brocon," balas Fiona.

"Owh begitu. Bi, entah kenapa aku pacaran dengan mu, membuatku makin pintar. Aku nggak nyangka kalau pacarku punya pengetahuan yang cukup tinggi."

Fiona menyeringai, "Ah, masa sih. Coba aku kasih soal satu kali nol tambah satu berapa?"

"Em, nol. Sebab dikali nol, maka hasilnya tetap nol."

"Salah lah, Yang. Jawaban yang benar itu adalah satu."

"Lah, kok bisa satu?"

"Yah, pertama kali itu harus dikalikan terlebih dahulu, baru ditambah atau dikurang selanjutnya, hingga hasilnya satu."

"Wow, siapa sangka. Sudah kubilang kalau pacaran dengan mu, ilmu ku makin berkembang."

Fiona tertawa terbahak-bahak, dengan bibir yang bercemongan oleh cokelat. Usai mengobrol, kini Reyhan dengan segera mengantar Fiona pulang ke rumah.

To be continued.

Enam Pangeran, Satu Putri [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang