Setelah keberangkatan Filio, Fiona memperhatikan gawai nya yang sudah pukul setengah delapan. Kemudian ia bangkit dari ranjang nya dengan mengcharger gawai, lalu ia berjalan menuju kamar mandi sambil membawa handuk.
Selesai mandi, Fiona berjalan menuju lemari pakaian sambil memakai handuk. Selepas itu, ia mengambil kemeja putih panjang garis biru, celana jeans dan sepatu kets berwarna biru -- mengenakan langsung.
Tak lama kemudian, Fiona mendapat panggilan dari Reyhan, lalu ia langsung mengangkat nya, "Hallo, ada apa kamu memanggil ku?"
"Bi, kamu sudah siap belum, ini aku sudah menunggu di depan rumah," ucap Reyhan.
"Iya, tunggu sebentar, aku lagi berdandan nih," balas Fiona.
"Ok, aku tunggu, yah."
***
Lima belas menit berlalu, kini Reyhan masih menunggu kedatangan Fiona, ia mengeluh dan mau menelpon Fiona. Tak lama, suara pintu terdengar dari dalam, kemudian Fiona keluar dengan menggenakan kemeja."MasyaAllah, cantik sekali pacar ku ini," sapa Reyhan.
"Berhenti memujiku, aku tahu kalau kamu sedang menghina," balas Fiona, yang datang menghampiri Reyhan.
"Heh ... aku nggak menghina baby, tapi aku sedang memuji pacar ku. Btw, kamu tinggal sendiri di dalam rumah?" tanya Reyhan.
"Halah, paling bohongan tuh. Iya, aku tinggal sendiri, tadi Filio sudah pergi duluan."
"Oh begitu, ya sudah kamu sudah siap dan nggak ada ketinggalan lagi, 'kan?"
Kemudian Fiona berhenti dan memikirkan hal yang kurang. "Astaghfirullah, aku lupa. Bekalku masih ada di dapur, aku mau ke dapur dulu, yah."
"Em, untung diingetin, kalau lupa yang ada tambah kesiangan."
"Hehehe ... maklum, aku kadang suka lupa."
"Iya deh, buruan."
Lima menit kemudian, Fiona datang kembali sambil membawa bekal dan sebotol air minum, yang telah diisi oleh Filio.
"Bi, sudah ketemu?" tanya Reyhan.
"Iya sudah ketemu, ayo kita pergi, bentar lagi matkulnya mau mulai," balas Fiona.
Reyhan mengangguk, lalu mereka berdua bergegas pergi menuju kampus. Sepuluh menit berlalu, tepat jam delapan, kini mereka sudah ada di lingkungan kampus. Reyhan dan Fiona bergegas menuju kelas 1A ekonomi.
Saat hendak masuk, kini Pak Dosen baru saja duduk di kursi. Mereka berdua datang menyalimi Pak Dosen.
"Maaf, Pak. Kami tadi macet di jalan," ucap Reyhan dengan berbohong.
"Oh ya, gak pa-pa. Lagi pun, bapak baru sampai juga," balas Pak Dosen.
Reyhan dan Fiona mengangguk. Setelah itu, mereka berdua duduk di kursi masing-masing. Kemudian Pak Dosen itu bangkit dari duduknya, meskipun agak kelihatan lelah sebab sakit, ia tetap melanjutkan pekerjaan nya sebagai dosen.
"Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak. Perkenalkan nama bapak Iwan Sultoni, bapak mendapat jadwal mata kuliah matematika ekonomi. Baiklah, kali ini kita mau belajar atau perkenalan dulu?" sapa nya, lalu bertanya.
"Wa'alaikum salam, selamat pagi pak. Hum ... langsung belajar aja, Pak," balas mahasiswa.
"Heh, apa sih, mending kenalan aja dulu. Tak kenal maka tak sayang," tanggap mahasiswi.
"Heh. Lama tahu, kayak buang-buang waktu aja, kemarin kan sudah puas kenalan," bantah mahasiswa.
"Dosen kemarin beda, t*lol."
"Diam?!" teriak Iwan.
Semua mahasiswa dan mahasiswi mendadak diam, saat mendengar teriakkan Iwan.
"Kalian ini bukan siswa lagi, ingat kalian itu sudah mahasiswa. Baiklah, daripada ribut mending kita voting saja, lagi pun pertemuan kita selama 13 kali, pertemuan pertama ini memang waktu kosong buat kita semua!" jelas Iwan.
"Iya, Pak. Kami minta maaf!" balas serentak.
Iwan pun diam sejenak dengan menghela napas, lalu ia mengajak para mahasiswa untuk melakukan voting.
"Ya sudah, siapa yang mau belajar angkat tangan," suruh Iwan.
Ada sembilan mahasiswa yang mengangkat tangan, kemudian ia melakukan voting selanjutnya.
"Siapa yang mau perkenalan diri, tolong angkat tangan."
Ada sebelas mahasiswa yang mengangkat tangan. Kini perkenalan diri lebih dominan.
"Baiklah, sebab yang perkenalan diri lebih banyak, maka hari ini kita tidak belajar, lalu pertemuan kedua baru kita belajar." Iwan mengutuskan.
"Yah, kalau begini mending saya nggak kuliah aja, membosankan!" gerutu mahasiswa.
"Nak, kamu kenapa? Kalau nggak suka mata kuliah bapak, mending keluar saja," suruh Iwan.
"Heh. Enggak, Pak. Saya cuman ada pikiran aja," balas mahasiswa dengan berbohong.
"Kamu nggak usah bohong, bapak sudah dengar apa yang kau katakan. Meskipun umur bapak sudah merunduk, tapi Alhamdulillah pendengaran masih normal."
"Iya pak, saya minta maaf."
Iwan diam sambil menggelengkan kepala, "Ada-ada saja mahasiswa di kelas ini, baru masuk sudah tidak ada etika dengan orang yang lebih tua."
Selepas berdebat, perkenalan pun berlangsung mulai dari kanan depan. Setengah jam berlalu, kini waktu pelajaran dengan Iwan sudah selesai. Ia mulai pergi meninggalkan kelas.
"Bi, daritadi kok kamu diam aja sih, selama kelas ribut?" tanya Reyhan.
"Aku lagi mager aja. Apalagi dengarkan drama murahan," balas Fiona.
"Lho, terus di rumah malam kemarin, kamu happy aja bersama ayah dan kakak mu?" heran Reyhan.
"Yah, kalau di rumah 'kan beda, sebab keluarga ku sangat export untukku, berbeda dengan lingkungan kampus."
"Oh, kamu sangat beruntung yah, Bi. Berbeda dengan ku, di rumah selalu sepi, bahkan ada perayaan ayah malah tak pulang, sebab sibuk bekerja. Giliran kakak mau menghembuskan napas terakhir, ayah malah selalu telat datang, hingga akhirnya menyesal."
"Hum ... kamu punya kakak yah, aku kira kamu anak tunggal. Sebenarnya kita nggak bisa menghadang perlakuan ayah. Sebab peran ayah sangat penting untuk menafkahi istri dan anaknya. Yang, kau boleh marah pada ayahmu dan tidak membenci nya, soal kepergian kakak mu sudah ajal dari Tuhan."
"Aku anak bungsu dari tiga saudara, yang meninggal abang ku. Iya, Bi, kau memang benar, bahkan saat aku mengobrol dengan ayah mu, aku merasakan seperti berbicara dengan ayahku sendiri. Makasih yah, sudah temani ku curhat, aku tak sia-sia berpacaran dengan mu."
"Iya, sama-sama. Tapi, tumben aku memanggil mu, yang." Fiona yang baru menyadari.
"Itu tandanya, kamu sudah suka kepada ku."
Selama mereka berdua sibuk mengobrol, tak lama kakak tingkat dari organisasi BEM, masuk ke dalam kelas untuk merekrut anggota baru.
"Selamat pagi, adik-adik. Kakak datang ke sini, mau mengajak kalian gabung ke organisasi BEM. Untuk informasi selanjutnya kalian bisa baca pada formulir tersebut," sapa Askar.
Melihat Askar yang sedang mempresentasikan, membuat Fiona tersenyum.
"Hei Fiona, berhenti memandang ku, seperti itu?!" kesal Askar.
"Lah, kenapa kak? Kan aku lagi dengerin kakak presentasi," tanggap Fiona.
"Iya, tapi kamu nggak usah ketawa gitu."
"Iya-yah, nih aku ganti ekspresi."
Melihat perdebatan Askar dan Fiona, membuat mahasiswa baru dan wakil organisasi BEM kebingungan. Namun, Reyhan hanya diam saja, sebab ia sudah lama tahun mengenai hubungan mereka, malam kemarin. Di lain sisi, Reyhan kepikiran untuk bergabung organisasi BEM demi berbaur lebih dengan Askar.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enam Pangeran, Satu Putri [TAMAT]
Teen FictionSeorang wanita yang baru masuk dunia kuliah dengan mengambil jurusan ekonomi bersama kembarannya, lalu ia tidak sengaja bertemu dengan pria yang sama masuk dunia kuliah -- akhirnya mereka pacaran. Mampukah hubungan wanita itu bersatu dengan pria yan...