24. MENDADAK BERTEMU

9 7 0
                                    

Satu jam kemudian, Reyhan dan Fiona sudah selesai menonton film horor, namun sepanjang film Reyhan malah tambah takut.

"Ayo, Yang. Itu filmnya sudah selesai, mau sampai kapan kita duduk di sini," ajak Fiona.

"Aku masih takut, Bi. Gimana kalau hantu itu benar-benar ada di jalan," balas Reyhan.

"Astaghfirullah! Itu cuman film sayang, yah kali bisa jadi nyata. Kamu mau pulang nggak? Kalau kamu nggak mau, mending aku pulang aja sendiri!" kesal Fiona.

"Maafkan aku, Bi." Reyhan bangkit dari duduknya, lalu Fiona menarik Reyhan untuk segera pulang.

Tak lama, Reyhan dan Fiona malah berpapasan, dengan Filio dan Ayu.

"Filio, kamu sejak kapan ada di sini? Hum ... itu siapa, Kak?" tanya Fiona.

"Em, aku sudah 1,5 jam ada di sini. Kok kita bisa ketemu? Ah, ini temanku, jadi dia ngajakku nonton film," balas Filio.

"Jadi, tadi sore kita keluar bersamaan, kakak mau nonton film yah. Teman apa doi." Fiona kurang percaya.

"Iya, kami teman doang kok. Dik, tolong jangan kasih tau sama kakak dan ayah, yah."

"Santai kak, paling aku kasih tau sama Kak Askar doang. Iya deh, tapi nggak mungkin kan, teman nonton berdua, mana dia cewek lagi."

"Heh. Jangan gitu lah, Dik. Hum ... iya kami baru pacaran." Filio mendadak jujur, sebab desakan oleh Fiona.

Ayu kaget ketika Filio menganggap nya pacar, namun Ayu tidak sangat percaya bahwa Filio benar-benar pacaran padanya.

Butuh bukti kuat, agar Filio benar-benar mengutarakan perasaan pada Ayu. Di lain sisi, Reyhan merasa lega kalau Filio sudah pacaran.

Kini Reyhan mendapat kebebasan untuk selalu dekat pada Fiona. Selepas mengobrol dengan Filio, Reyhan dan Fiona pun bergegas pulang meninggalkan mereka berdua.

Saat sampai di basement, Reyhan membuka obrolan pada Fiona, sambil membicarakan tentang Filio dan pacarnya yang baru.

"Bi, hari ini aku senang banget. Akhirnya sang penganggu, tidak menganggu lagi hubungan kita berdua," ucap Reyhan.

"Iya, Yang. Aku juga berpikir seperti itu, meskipun kita tidak diganggu oleh Filio. Hubungan kita juga tidak akan berlebihan, kini aku 24 jam membawa pisau," balas Fiona.

"Heh. Kok kamu makin betah aja bawa pisau, padahal aku nggak pernah nyakitin kamu."

"Yah biarin, aku kan cuman mau berjaga-jaga aja. Misal aku lengah, bisa gunakan pisau ini. Meskipun status kita pacaran, aku masih tetap tidak percaya padamu."

"Ya Allah, Bi. Emang aku sejahat itu di mata kamu, alasan aku pacaran pada mu, sebab aku cinta. Kalau aku jahat, nggak mungkin hubungan kita masih berada di sini, sehari mungkin kita sudah udahan."

Fiona mendadak diam, ditambah ia tidak bisa berdebat di tempat umum, tambah Fiona mengingat bahwa Filio dan Ayu belum pulang.

"Iya, deh. Aku mengalah, ya sudah kapan kita mau pulang?" tanya Fiona.

"Hum ... ya sudah, ayo kita pulang sekarang," balas Reyhan dengan menghidupkan motor, lalu Fiona berjalan ke belakang dengan menaiki motor.

Ketika pulang. Reyhan merasakan hal berbeda, Fiona malah tak memeluk perutnya dengan erat. Reyhan tau kalau hal tersebut sangatlah salah, sebenarnya ia tidak mau berdebat dengan Fiona.

***
Selepas keberangkatan Reyhan dan Fiona. Ayu pun membuka obrolan dengan Filio.

"Lio, apa benar kalau kita sudah pacaran? Atau kamu cuman desakan doang karena adikmu itu?" tanya Ayu.

"Hum ... sebenarnya aku sudah jatuh suka, kepada mu. Pada saat kamu memberikan cokelat dan menampar ku itu, membuat ku mulai paham dengan pengorbanan cinta darimu. Aku terima kasih, sebab telah menyadarkan ku yang tidak peduli soal cinta dari seseorang. Yu, apakah kamu mau pacaran denganku?" jelas Filio, lalu bertanya.

Ayu diam saja dengan raut wajah terharu. Kemudian Ayu mendekat sambil merangkul Filio dengan erat.

"Lio, terima kasih yah, sudah menerima ku menjadi pacar mu. Aku bersedia untuk menjadi teman baik mu," ucap Ayu.

Dekapan kuat itu, membuat Filio merasakan kehangatan kembali. Kehangatan tersebut, terulang saat mendapat dekapan hangat dari ibunda.

"Iya, Yu. Sama-sama, aku benar-benar cinta kepada mu. Aku juga mau berteman dengan mu hingga menuju pelaminan," balas Filio.

Ayu pun langsung melepaskan dekapan Filio. "Tunggu, kamu mau mengajakku ke pelaminan, bukannya itu terlalu cepat."

"Heh. Aku salah bicara, yah. Enggak maksudku kita pacaran sampai nikahan. Kalau ingin mendadak nikah, aku juga belum kerja buat menghidupi kamu."

"Nah, aku juga berpikir seperti itu. Aku masih mau melanjutkan kuliah hingga mendapatkan gelar, kalau sudah dapat gelar, aku bisa cari kerja dengan sesuai pendidikan ku."

Selama mereka berdua sibuk mengobrol, tiba-tiba perut Filio malah keroncongan. Ayu pun kaget.

"Lio, kamu lapar yah?" tanya Ayu.

"Iya, Yang. Aku lapar, tapi di rumah aku sama kakak sudah masak," balas Filio.

Ayu kaget ketika dipanggil 'yang'. Kemudian ia membalas balik.

"Hum ... ya sudah. Kita mau makan di mana, sayang?"

"Em, kamu mau nggak makan di luar aja. Soalnya makan di mall, cukup mahal. Nanti kalau makan di luar, aku bakalan bayar," ajak Filio.

"Ya sudah, ayo. Aku ikut aja sayang," balas Ayu.

Filio mengangguk tersenyum. Setelah mengobrol, kini mereka berdua bergegas pulang dengan menuruni tangga eskalator -- tiba di basement.

Saat sampai di basement. Filio, malah tidak melihat keberadaan Fiona dan Reyhan.

"Lah, mereka berdua sudah pulang, yah," ucap Filio.

"Yang, kamu sedang mencari siapa?" tanya Ayu.

"Itu, Yang. Aku mencari adikku dan pacarnya, ternyata mereka berdua sudah pulang duluan," balas Filio.

"Oh begitu, kamu nggak usah khawatir dengan ucapan adikmu. Nanti, aku berusaha menghadapi kakak dan ayah mu, agar mau menerima ku."

"Bukan begitu maksudku, aku cuman khawatir saja dengan adikku. Takutnya, Reyhan malah melakukan hal yang nggak-nggak pada adikku."

Ayu pun diam saja, ia pun menyadari. Bahwa seorang kakak juga takut dengan keadaan adiknya -- Ayu memilih untuk diam dan tidak mudah cemburu. Ia akan berusaha menjadi pacar yang baik buat Filio.

Saking tidak tahu keberadaan Fiona dan Reyhan. Filio dan Ayu, bergegas pergi menuju warung kaki lima untuk membeli makan malam.

Setengah jam berlalu, kini mereka berdua sudah sampai di warung pecel lele di depan ruko perabotan yang sudah tutup.

Filio memarkirkan motor dekat warung tersebut, kemudian mereka berdua turun bersamaan dan datang menghampiri penjual untuk memesan makanan dan minuman.

"Pak, saya pesan pecel lele dan es teh dua," pinta Filio.

"Mau makan di sini atau dibungkus, Kak?" tanya penjual.

"Makan di sini aja, Pak," balas Filio.

"Baiklah, harap tunggu sebentar kak."

Filio mengangguk. Usai memesan makanan dan minuman, kini Filio duduk bersampingan dengan Ayu.

"Yang, misal aku terlalu khawatir pada adikku. Apakah kamu tidak cemburu?" tanya Filio.

"Hum ... aku nggak akan cemburu, Yang. Sebab aku tahu kalau itu adalah adikmu, aku juga nggak posesif seperti wanita lain," balas Ayu.

"Alhamdulillah, terima kasih yah, sudah mengizinkan ku."

Ayu mengangguk tersenyum. Tak lama pesanan mereka berdua telah sampai, kemudian Filio dan Ayu bergegas menghabiskan makanan tersebut.

To be continued.

Enam Pangeran, Satu Putri [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang