PROLOG

933 7 0
                                    

Wajah Nadin tampak terlihat pucat pasih dengan darah mengalir dari sela sela pahanyanya.Ia terduduk tepat didepan pintu kontrakannya.

"Tolongggg! Teriak Nadin dengan suara lemah.

"Astaga nadinnnn,pekik buk asti yang mendengar teriakan nadin.

"Bang.....buruan sini.Panggil bu Asti pada seorang tukang becak.

"Ya Allah nadin....,ucap bu Asti kembali saat melihat darah yang mengalir disela sela paha nadin.

Dengan cepat bang Arul membelokkan becaknya ke depan kontrakan nadin.

"Bang arul,tolong bantu saya bawa nadin ke klinik terdekat.Ucap bu Asti.

Secepat mungkin Bang Arul mengangkat nadin ke becaknya,di ikuti bu Asti yang turut menemani nadin di becak menuju klinik terdekat

"Nad,kamu harus bertahan.Ucap bu Asti saat melihat wajah nadin yang begitu pucat.

"Bang,gak bisa lebih cepat lagi.Ucap bu Asti

"Ini saya tancap gas bu.Yang ada nanti kita nabrak.ucap bang arul.

Dengan rasa cemas,bu asti mengelap keringat nadin yang bercucuran.

"Nad,buka mata kamu.Ucap bu Asti sembari menepuk lembut pipi nadin saat di lihatnya nadin hampir memejam kan mata.

Kini becak bang Arul masuk ke halaman luas salah satu klinik.

Belum lagi becak milik arul berhenti sepenuhnya,bu asti sudah berteriak membuat arul terkejut.

"Sussss..sussssss....tolong...teriak bu asti panik

"Astaga buk,sabar buk.Ucap arul terkejut.

Telihat suster keluar dari klinik,sembari membawa brangkat.

Setelah becak berhenti tepat didepan klinik,dengan sigap Arul kembali mengangkat nadin untuk diletakkan di brangkat agar bisa didorong masuk ke dalam klinik.

"Sus,tolong nadin tetangga saya.Panik bu Asti.

"Tenang bu.Ibu harus tenang.Kita berusaha ya bu.Jawab sang suster seraya menenangkan bu asti.

Kini,nadin telah didorong ke dalam ruangan untuk ditangani suster.

Hampir 3 jam setengah bu asti dan bang arul menunggu nadin di klinik.

"Ibu keluarganya pasien?tanya seorang suster pada bus asti.

"Saya tetangganya sus.Jawab bu asti.

"Apa suami pasien tidak ikut mendampingi bu?tanya sang suster kembali.

"Suami nadin lagi diluar kota,sus.Bohong bu asti.

"Ada apa sus,katakan saja pada saya.Karna Nadin itu sudah saya anggap keluarga saya sendiri sus.Jawab bu asti meyakinkan sang suster.

"Maaf buk,pasien mengalami keguguran.Jelas sang suster.

"Ya Allah.Ucap bu Asti mendengar penjelasan sang suster.

"Keadaan nadin sekarang gimana sus?tanya bu asti.

Sang suster mengelus bahu bu asti.Lagi lagi berusaha menenangakan bu asti yang terlihat begitu cemas.

"Pasien sudah ditangani,saat ini pasien masih dirawat.Saya harap,setelah pasien sadar,ibu bisa menjelaskannya pelan pelan pada pasien,agar pasien tidak terguncang.jelas sang suster.

"Saya usahakan sus.jawab bu Asti.

"Apa saya boleh masuk kedalam melihat nadin,sus?tanya Bu Asti.

"Boleh bu.Kalau ada apa apa,langsung panggil saya saja di depan bu.Saya tinggal dulu bu.Pamit sang suster.

Bu asti pun membuka pintu secara pelan takut mengganggu nadin.Ternyata tanpa sepengetahuan bu Asti,nadin sudah membuka matanya sejak tadi,bahkan ia juga mendengar percakapan bu Asti dengan sang Suster.

Baru saja bu Asti duduk disamping nadin,bu asti sudah dikejutkan dengan tangan nadin yang memegang tangan bu asti seolah meminta di alirkan kekuatan.

"Nadin,kamu masih harus dirawat,jadi kamu istirahat dulu.Ucap bu asti.

"Bu,apa nadin telah kehilangan calon anak nadin?ucapnya parau diiringi dengan matanya yang tampak berkaca kaca.

Bu asti tersentak kaget.

"Kamu yang sabar ya nad.Ucap bu asti yang kini menggenggam erat tangan nadin.

Kini,tangis nadin pun pecah,ia tak bisa lagi membendung kesedihannya.

"Mengapa seolah takdir mempermainkan hidupnya?batin nadin.




****

CENGKRAMAN DIRGA'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang