Jam menunjukkan pukul 07 : 00 wib, Arunika sedang bersiap - siap untuk berangkat ke kantor, saat sedang memoleskan make up di wajahnya tiba - tiba ponselnya berdering, Arunika hanya melirik sekilas ponselnya yg berada di atas nakas, dia lebih memilih melanjutkan make upnya yg hampir selesai. Saat dering pertama berhenti, dia kira tidak akan ada dering kedua dan ketiga, dengan decakan yg keluar dari bibirnya Arunika beranjak dari duduknya menuju nakas samping tempat tidurnya. Saat melihat siapa yg menghubunginya dahinya mengernyit bingung, untuk apa bossnya pagi - pagi sekali menelponnya, dengan rasa penasaran Arunika mengangkatnya.
"Hallo kenapa Dev?." ucap Arunika yg mengangkat telepon sambil memakai heel'snya dengan ponsel yg di jepitkan diantara pundak dan pipinya.
"Kamu darimana saja Run aku teleponin gak diangkat - angkat, apa kamu sudah berangkat?." tanya Devian di seberang sana.
"Aku masih dandan tadi, ini baru mau berangkat, apa ada yg penting?." tanya Arunika penasaran.
"Bagus kalo kamu sudah siap, aku tunggu di lobby."
"Lobby mana?."
"Tentu saja lobby apartementmu, sudah jangan banyak tanya kamu turun ke bawah saja aku tunggu kamu, bye Arun."
Tutt Tutt Tutt
Devian memutuskan panggilannya sepihak, Arunika yg akan membuka suaranya menjadi kesal, dengan menggerutu dia meraih tas yg biasa dia pakai ke kantor dan keluar dari unit apartementnya, tidak lupa sebelum pergi dia menguncinya terlebih dahulu.
Lift berdenting, Arunika sudah sampai di lantai satu, saat keluar dari lift yg kebetulan berhadapan dengan lobby, Arunika dapat melihat ada Devian yg sedang duduk di kursi tunggu, Arunika mempercepat langkahnya menghampiri Devian, saat sudah sampai di depan Devian..
"Sudah siap, ayo berangkat." ajak Devian sambil berdiri dan meraih tangan Arunika untuk dia genggam.
"Mobil aku kan masih di basement." Devian menanggapi senyum simpul saat mendengar ucapan Arunika.
"Kamu bareng aku, aku sengaja pagi - pagi datang kesini untuk menjemput kamu." kata Devian lembut sambil menatap Arunika dalam.
"Tapi.. Aku enggak enak kalau sampai ada karyawan lain yg lihat pasti akan timbul gosip yg enggak - enggak, mending aku berangkat sendiri aja ya Dev, gapapa kan?." ujar Arunika yg mengutarakan apa yg mengganjal di hatinya, dia tidak mau ada gosip yg tidak - tidak tentangnya apalagi kalau sampai Miranda tau, bukannya Arunika takut dengan Miranda, tapi belum saatnya untuk dia menunjukkan siapa dia sebenarnya di hidup Devian.
"Siapa yg berani gosipin kamu bakal berurusan sama aku, kamu jangan khawatir Arun, aku berjanji selama ada aku kamu bakal baik - baik saja, aku akan melindungimu, jadi tidak ada penolakan, kamu harus berangkat bareng aku." ucap Devian yg tidak menerima penolakan.
"Ck, dasar bos pemaksa." gerutu Arunika yg masih bisa di dengar oleh Devian yg tersenyum simpul.
"Makasih kamu udah bilang kalo aku ganteng." Devian dengan PD'nya menyugar rambutnya ke belakang.
"Dasar boss narsis." ucap Arunika memalingkan wajahnya kearah jendela. Memang Devian terlihat sangat tampan jika memakai setelan kantor, apalagi badan tegapnya sangat pas dengan jas yg melekat di tubuhnya, seperti aktor korea yg sering dia tonton.
Dua puluh menit perjalanan mereka sampai di basement, Arunika memilih keluar lebih dulu dengan mengendap - endap agar tidak ada yg tau jika saat ini dia sedang bersama Devian.
Setelah merasa aman Arunika melangkah memasuki kantor menuju ruangannya, baru setelah itu di susul oleh Devian.
"Permisi pak saya akan bacakan jadwal bapak hari ini, jam 9 meninjau proyek pembangunan mall di daerah xxx, jam 11 ada meeting dengan Dewangga Group sekaligus makan siang bersama dan setelah itu jam 2 ada janji dengan tuan David dan nyonya Marissa." ucap Arunika yg membacakan jadwal untuk Devian hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO is My Ex (On Going)
Teen FictionBagaimana jadinya jika mantanmu adalah CEO di tempatmu bekerja, apalagi dia yg telah menorehkan luka di hatimu dan membuat kepercayaanmu hilang terhadap lelaki, hingga menganggap semua lelaki itu sama, seperti pepatah "Habis manis sepah di buang". ...