Surat gugatan cerai

100 1 0
                                    

Hari berikutnya Marissa pulang ke Mansion keluarga Mahawira dengan wajah tidak berdosanya. Marissa bersikap seperti biasa dengan tuan David, dia menyapanya ketika berada di meja makan, tapi berbeda dengan tuan David yg bersikap dingin dan acuh terhadap Marissa, di ajak bicara pun hanya melengos pergi tak menghiraukan ucapan Marissa.

"Mas, aku mau ijin pergi ke rumah jeng Marina ada acara kumpul bersama". Ucap Marissa setelah selesai dengan sarapan paginya.

"Bukankah kemarin kamu pergi seharian tidak pamit kenapa sekarang minta ijin, baru ingat kalo punya suami". Oma Renata melontarkan kalimat pedasnya kepada Marissa. Oma Renata geram melihat wajah sok polos wanita di depannya, jika tidak mengingat dengan rencananya sudah pasti oma Renata akan mencakar habis wajah wanita ular berbisa di depannya ini.

"Kenapa Mamah bicara seperti itu?, kemarin aku memang ada urusan penting dan tidak mengabari mas David karena habis baterai". Ucap Marissa membela diri.

"Iya urusan menghabiskan uang suami". Sinis oma Renata dengan sorot mata penuh kebencian menatap Marissa.

"Apakah itu salah jika aku menggunakan uang suamiku, aku juga punya hak atas uang suamiku karena itu merupakan nafkah lahir untukku sebagai istrinya". Jawab Marissa yg tidak suka jika oma Renata mencampuri urusan rumah tangganya dengan David.

"Tapi kamu keterlaluan Marissa, suamimu kerja seharian istrinya malah kelayapan, asal kamu tau wanita yg pantas mendapatkan nafkah lahir dari suaminya itu jika dia sudah melakukan tugasnya sebagai istri dengan benar, lalu apakah kamu termasuk wanita itu?, setahuku kamu tidak pernah melayani David dan menyiapkan segala keperluannya, bahkan kamu tidak pernah memasakkan makanan untuknya". Cibir Oma Renata.

"Untuk apa aku memasak jika sudah ada koki, lagian pelayan disini di gaji untuk kerja, jadi selagi mereka bisa mengerjakannya kenapa kita harus repot, aku disini sebagai nyonya David Mahawira bukan sebagai pelayannya". Ucap Marissa menyahuti ucapan oma Renata yg terang - terangan mencibirnya di depan Devian dan David.

"Sudah jangan berdebat ini masih pagi, dan kamu Marissa mulai sekarang uang bulanan kamu saya batasi, dan saya sudah memblokir kartu kredit kamu". Suara bariton tuan David menghentikan perdebatan antara Marissa dan oma Renata.

"Hah.. Mas David bercanda kan?, gimana nanti kalo aku mau kumpul sama teman - teman sosialitaku mas, belum lagi nanti kalo aku mau arisan, lagian kenapa di blokir sih, memang apa salahku?". Marissa terkejut mendengar penuturan suaminya yg mengatakan jika uang bulanannya di batasi dan kartu kreditnya di blokir. Marissa menggelengkan kepalanya, tidak ini tidak boleh terjadi, bagaimana nanti dia membayar orang - orang suruhannya yg dia tugaskan untuk mencelakai oma Renata, belum lagi uang untuk menghidupi selingkuhannya.

"Kamu bisa jelaskan ini". Tuan David melempar struk tagihan dari kartu kredit Marissa yg di print oleh asistennya. Tubuh Marissa menegang di tempat saat melihat itu, dia sangat paham apa yg di lempar oleh suaminya, tapi dia tidak bisa menjelaskan pada tuan David untuk apa dia menggunakan uang sebanyak itu.

Memang baru satu bulan terakhir ini Marissa berani mengambil uang menggunakan kartu kredit dengan nominal yg cukup besar, biasanya dia jarang menggunakan kartu kreditnya karena uang bulanan yg di beri oleh tuan David sudah lebih dari cukup untuk gaya hidupnya yg glamour, ini semua karena dia memiliki selingkuhan yg ternyata adalah mantan kekasihnya dulu, mantan kekasihnya sengaja kembali pada Marissa untuk di manfaatkannya karena mantan Marissa tau jika Marissa menikah dengan pengusaha kaya raya dari keluarga Mahawira.

"I-itu aku di tipu oleh seseorang mas, ada yg menawariku kalung berlian limited edition dengan harga sekian dan saat itu aku tertarik ingin membelinya, tapi setelah melakukan transaksi aku mengeceknya di toko berlian langgananku ternyata itu imitasi, maafkan aku mas karena sudah teledor, hiks.. hiks.. ". Marissa mengarang cerita dadakannya, mimik wajahnya di buat sesedih mungkin agar tuan David iba dan tidak tega untuk memarahinya.

"Hahaha.. Lucu sekali alasanmu, dasar wanita ular pandai membual". oma Renata tertawa mendengar bualan Marissa yg kentara sekali kalo itu bohong.

Marissa yg melihat oma Renata menertawainya mengepalkan tangannya erat di bawah meja, dalam hatinya Marissa memaki oma Renata dan bersumpah akan segera menghabisi wanita tua bangka di hadapannya ini agar tidak menjadi penghalang untuknya.

"Sudah cukup". Ujar Tuan David dingin, "Lalu dimana berlian itu, cepat tunjukkan di hadapanku". Imbuhnya lagi sambil menatap Marissa tajam. Marissa yg di tatap seperti itu membuat nyalinya menciut, baru kali ini Marissa melihat wajah tuan David yg menyeramkan.

"A-aku.. i-itu berliannya di bawa temanku, ya di bawa temanku". Ucap Marissa dengan terbata - bata membuat tuan David mengangkat sebelah alisnya.

"Ambil sekarang dan kamu bisa membawanya ke kantor nanti saat jam makan siang". Ujar tuan David sambil beranjak dari duduknya, "Ayo Dev kita berangkat sekarang". Ajaknya pada sang putra yg di angguki oleh Devian.

Tuan David dan Devian berangkat menggunakan mobil tuan David yg di kendarai oleh sopir pribadinya. Sedangkan oma Renata yg masih duduk di meja makan bersama Marissa saling melemparkan tatapan permusuhan, Marissa pun tak segan menunjukkan watak aslinya jika di depan oma Renata.

***

Jam makan siang tiba, Marissa datang ke kantor seperti apa yg di minta oleh suaminya tuan David tadi pagi, dengan menenteng goodie bag berisi makan siang untuk tuan David, Marissa melangkahkan kakinya langsung menuju ruangan suaminya dan mengabaikan sapaan dari karyawan MW Group. Saat tiba di depan pintu ruangan suaminya Marissa segera membuka pintunya dengan kasar tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Tuan David hanya melirik sekilas kedatangan istrinya itu dan melanjutkan pekerjaannya kembali.

"Mas aku datang membawa berlian yg aku ceritain tadi". Ucap Marissa sambil duduk di sofa yg menghadap ke arah meja kerja tuan David.

"Hmm". Hanya deheman singkat dari tuan David tanpa menoleh kearah istrinya.

"Oh ya aku bawain kamu makanan kesukaanmu, kamu bisa makan siang terlebih dahulu supaya ada energi untuk bekerja kembali". Ujar Marissa lembut, dia sengaja berbicara lemah lembut agar tuan David terpesona padanya, apalagi Marissa sengaja berdandan terlebih dahulu sebelum pergi ke kantor.

"Tunggu sebentar". Tutur tuan David, Marissa yg mendengar tuan David merespon ucapannya pun tersenyum simpul.

Sepuluh menit kemudian pintu ruangan tuan David di ketuk dari luar, saat mendapat sahutan dari tuan David pintu pun terbuka, masuklah asisten pribadi tuan David membawa map merah di tangannya, langkahnya yg gagah dengan wajah datar dan pandangan tajam membuat Marissa yg melihatnya di liputi rasa cemas, entah kenapa firasatnya mengatakan jika akan ada hal yg kurang baik menimpanya mengingat dalam ruangan itu tidak hanya dirinya dan suaminya.

Tuan David mempersilahkan asisten pribadinya untuk duduk di sofa, berseberangan dengan sofa yg di duduki oleh Marissa, saat dirasa tuannya sudah duduk dengan nyaman, sang asisten menyampaikan maksud kedatangannya.

"Maaf tuan mengganggu waktu anda, saya hanya ingin memberikan surat ini pada anda dan juga nyonya Marissa". Ucap asisten pribadi Tuan David yg bernama Adi sambil menundukkan wajahnya sejenak tanda meminta ijin untuk berbicara.

"Ini surat apa pak Adi?". Tanya Marissa dengan jantung berdebar saat tak sengaja melihat kop sebuah lambang pengadilan agama di depan amplop itu.

"Anda bisa membukanya terlebih dulu nyonya". Kata pak Adi sang asisten pribadi tuan David yg sudah di anggap keluarga sendiri oleh tuan David.

Marissa menuruti apa yg di katakan oleh pak Adi, wajahnya merah padam setelah membaca surat gugatan cerai dari tuan David, "Ini maksudnya apa mas, kenapa kamu menggugatku?, apa salahku, kenapa kamu tega melakukan ini padaku mas hiks.. hiks.. ". Marissa melemparkan surat itu ke hadapan tuan David sambil berderai air mata, hatinya kalut dan hancur saat membaca surat gugatan cerai yg di layangkan tuan David untuknya.

"Kamu bisa datang ke pengadilan tiga hari lagi jika ingin tau apa salahmu". Ujar tuan David datar dengan aura wajah menggelap. "Kamu bisa keluar sekarang Marissa, minta sopir untuk mengantarmu". Usir tuan David secara halus. Marissa yg sebenarnya tidak terima di perlakukan seperti itu hanya bisa menggeram tertahan dengan tangan mengepal, untuk saat ini dia terpaksa menuruti perkataan suaminya dan dia akan mencari solusi supaya tuan David tidak jadi menceraikannya.

My CEO is My Ex (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang