Setengah jam kemudian mobil yg di kendarai Devian tiba di depan Kay's Cafe, dengan di iringi rintik hujan yg membasahi tanah Arunika keluar dari mobil dan berlari menerobosnya tanpa menunggu Devian yg sedang mengambil payung di jok belakang, melihat Arunika yg sudah masuk ke Cafe lebih dulu Devian bergegas membuka payungnya dan saat akan melangkah menyusul Arunika, ada suara yg memanggilnya dari belakang.
"Devian tunggu". Seru Clarissa lumayan keras.
Devian menoleh ke belakangnya dimana terlihat Clarissa yg baru saja turun dari taxi, rupanya gadis itu mengejarnya hingga kesini.
Devian menghela nafasnya lelah menghadapi tingkah Clarissa, gara - gara cewek satu ini Arunika jadi ngambek padanya, "Mau apa lagi". Ucapnya dingin dengan tatapan menusuk.
"Nemuin lo lah, Gue kan pergi sama lo jadi pulangnya juga harus bareng". Clarissa celingukan kesana kemari, "Dimana Arun?, bukannya tadi lo ngejar dia?". Tanya Clarissa dengan wajah tak bersalahnya.
"Dia ngambek dan ini semua gara - gara lo". Ujar Devian sambil berlalu meninggalkan Clarissa yg masih berdiam diri mencerna perkataan Devian, sesaat setelahnya dia berlari sambil memanggil nama Devian.
"Dev tungguin dong". Teriak Clarissa mengejar Devian yg baru masuk ke dalam cafe.
"Permisi mbak, mau tanya apa mbak lihat dimana Arunika?". Tanya Devian pada kasir Kay's cafe. Devian sengaja langsung to the point karena dia yakin semua karyawan disini pasti mengenal Arunika dengan baik.
"Mbak Arunika ya.. Tadi dia pergi ke rooftoop mas". Jawab sang kasir ramah sambil tersenyum manis kearah Devian, menurutnya kapan lagi dia bisa berbicara dengan CEO tampan idola banyak cewek seperti di depannya ini.
"Oke, terima kasih". Ujar Devian sebelum berlalu pergi menuju rooftoop seperti yg di katakan sang kasir tadi.
Sedangkan Clarissa mengikutinya dari belakang dengan nafas ngos - ngosan.
"Dev kenapa jalannya cepet banget sih, gue kan capek ngejar lo". Protes Clarissa saat sudah berada di samping Devian.
"Gue gak nyuruh lo, mending lo pulang dari pada Arun semakin ngambek dan salah paham sama gue". Kata Devian ketus. Devian menghentikan langkahnya di depan pintu masuk rooftoop.
"Nggak, gue nggak mau, lagian gue pergi bareng lo dan pulang juga harus sama lo, titik". Tolak Clarissa yg tetep kekeuh ingin bersama Devian.
"Huft.. Terserah, tapi gue minta lo jangan deket - deket gue, gue gak mau kehadiran lo nambah masalah buat hubungan gue sama Arun". Setelah memberi peringatan pada Clarissa, Devian menekan handle pintu.
Ceklek
Pintu pun terbuka Devian melangkahkan kakinya untuk masuk, baru beberapa langkah Devian berhenti, dia mengernyit heran kenapa rooftoop terlihat remang - remang dan tidak ada penerangan sedikitpun kecuali dari sorot lampu jalanan yg menyinari, dengan pelan Devian melanjutkan langkahnya sambil memanggil nama Arunika.
"Run.. Arun kamu dimana". Panggil Devian cukup keras sambil menoleh kanan kiri siapa tau ada bayangan seseorang disana meski hanya remang - remang.
"Dev kayaknya Arun gak ada disini deh, mending kita balik aja yuk dari pada disini gelap banget bikin merinding". Ucap Clarissa yg memegang hoodie Devian dari belakang sambil tangan satunya mengusap lengannya yg terasa dingin.
Clarissa memang takut gelap lebih tepatnya dia takut dengan hantu karena dahulu sewaktu kecil dia pernah berjalan malam - malam sendiri dari taman komplek yg berada di ujung gang menuju rumahnya dan saat melintasi pohon besar yg cukup gelap penerangannya, Clarissa melihat ada hantu berbaju putih dengan rambut panjang sedang duduk di ranting sambil tertawa, Clarissa yg waktu itu masih kecil pun menoleh dan saat dia amati ternyata itu adalah hantu kuntilanak penunggu pohon besar tersebut, Clarissa menangis histeris sampai terdengar warga sekitar yg langsung keluar rumah dan berbondong - bondong menghampirinya, saat di tanya Clarissa malah syok dan pingsan, dan setelah kejadian itu Clarissa meminta pada orang tuanya untuk pindah rumah, dan kejadian itu juga membuat Clarissa trauma dengan gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO is My Ex (On Going)
Fiksi RemajaBagaimana jadinya jika mantanmu adalah CEO di tempatmu bekerja, apalagi dia yg telah menorehkan luka di hatimu dan membuat kepercayaanmu hilang terhadap lelaki, hingga menganggap semua lelaki itu sama, seperti pepatah "Habis manis sepah di buang". ...