"Nanti kita ke rumah sakit bareng setelah kamu pulang kerja, Mamah sudah gak papa kamu gak usah sedih ya". Ujar Dennis sambil mengelus surai hitam Arunika.
Tanpa Dennis dan Arunika sadari ada dua orang di dalam ruangan itu sedang menahan api cemburu.
Arunika mengangguk mengiyakan ucapan Dennis, ingin rasanya dia segera pergi ke rumah sakit untuk menjenguk mamah Dennis yg sudah dia anggap seperti mamahnya sendiri tapi saat ini masih jam kerja jadi dia tidak bisa seenaknya pergi begitu saja meskipun kemungkinan Devian akan memberinya ijin. Mengingat Devian, Arunika baru sadar jika sudah mengabaikan Devian dan Clarissa sedari tadi. Dia menggeser duduknya agak jauh dari Dennis, Arunika melirik kearah Devian dan Clarissa yg sama - sama membuang muka tidak menatap kearahnya. Arunika menjadi tidak enak hati pada mereka berdua karena sudah mendiami mereka dan asyik ngobrol sendiri. Arunika berdehem untuk mencairkan suasana canggung ini, sedangkan Dennis hanya cuek saja.
"Dev kamu mau gak nanti ikut aku ketemu sama mamah?". Tanya Arunika pada Devian. Arunika mengajak Devian karena tidak ingin Devian merasa tidak di hargai olehnya.
"Bukankah kamu pergi sama dia?", Devian balik bertanya sambil menunjuk Dennis menggunakan dagunya.
"Aku bisa pergi sama kamu kalau kamu mau nemenin aku, sekalian nanti aku kenalin sama mamah". Ujar Arunika yg membuat Devian tersenyum tipis, sangat tipis hingga tidak ada yg tau jika Devian sedang tersenyum.
"Hmm.. Baiklah". Ucap Devian datar. Devian memasang wajah datarnya padahal dalam hatinya bersorak riang. Devian senang karena Arunika masih menghargai keberadaannya sebagai kekasihnya meskipun belum resmi.
Sedangkan Clarissa menatap pasangan di depannya dengan tatapan iri, Clarissa juga ingin di perlakukan seperti itu dengan orang yg dia sayang, namun sayangnya orang itu terlalu cuek padanya, entah orang itu tidak peka dengan perasaannya atau memang orang itu sengaja karena sudah memiliki tambatan hati lainnya. Clarissa mendongakkan wajahnya menghalau air mata yg akan jatuh dari pelupuk matanya.
Clarissa menghela nafasnya panjang sebelum dia bangkit dari duduknya, "Maaf saya harus kembali bekerja, saya permisi dulu pak Dennis, mari pak Devian Arun". Pamit Clarissa sambil menundukkan kepalanya, tidak lupa ekor matanya melirik kearah pak boss'nya yg ternyata sedang menatap kearahnya. Clarissa memilih keluar dari ruangan meeting dari pada terus di dalam sana bisa membuat hatinya gegana (gelisah galau merana). Lagian Clarissa juga sadar diri jika wanita seperti dirinya tidak pantas bersanding dengan pria hebat seperti pujaannya.
Tanpa Clarissa sadari, Dennis sedari tadi mengamati tingkah lakunya. Melihat Clarissa keluar dari ruangan meeting membuat Dennis menerbitkan senyumnya di sertai gelengan kepala. Ternyata sikap cueknya berhasil membuat sekretarisnya galau, Dennis diam - diam mengikuti langkah kaki Clarissa yg ternyata bukan kembali ke ruangannya tapi malah pergi keatas rooftoop perusahaan. Dennis berdiri di ambang pintu mengawasi apa yg di lakukan Clarissa di atas sana. Ternyata sekretarisnya itu pergi ke rooftoop untuk menenangkan hatinya, Dennis ingin mendekat kearah Clarissa tapi dia urungkan saat mendengar curahan hati Clarissa pada angin yg berhembus.
"Angin.. Apakah aku tidak berhak bahagia, kenapa setiap aku merasakan cinta selalu saja terluka, dia adalah cinta pertamaku tapi jika rasaku hanya sepihak bawalah pergi tunas cinta yg baru tumbuh ini ikut terbang bersamamu sebelum mengakar erat di hatiku, aku rela dia bahagia bersanding dengan pilihannya karena aku sadar diriku tak cukup pantas untuk mendampinginya". Clarissa mencurahkan isi hatinya dengan mata terpejam sambil menikmati hembusan angin yg membelai wajahnya. Sejenak Clarissa bisa merasakan ketenangan serta kelegaan di hatinya karena sudah mengutarakan apa yg dia rasa walau hanya lewat angin, mungkin setelah ini Clarissa akan menutup hatinya untuk siapapun dan fokus pada kariernya serta membahagiakan orang terdekat yg sangat di sayanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO is My Ex (On Going)
Fiksi RemajaBagaimana jadinya jika mantanmu adalah CEO di tempatmu bekerja, apalagi dia yg telah menorehkan luka di hatimu dan membuat kepercayaanmu hilang terhadap lelaki, hingga menganggap semua lelaki itu sama, seperti pepatah "Habis manis sepah di buang". ...