Haii readers.. My CEO is My Ex update lagi, maaf kemarin libur beberapa hari.
Author mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yg menjalankan.
Happy reading.."Ehemm.. ". Deheman yg sudah sangat Erick hafal siapa pemilik suara itu membuat Kiara spontan melepaskan pelukan mereka dan salah tingkah karena kepergok oleh dua sejoli yg berdiri tidak jauh dari mereka. Jangan lupakan wajah cantik Kiara yg sudah memerah seperti kepiting rebus karena malu.
"Sorry ganggu, bolehkan kita ikut gabung kebetulan gue udah laper banget". Ucap Arunika yg sudah duduk di depan Erick dan Kiara. Kiara yg mendengar itu mengangguk antusias, berbeda dengan Erick yg raut wajahnya berubah masam seketika, niat hati ingin berduaan bersama sang kekasih meluapkan rasa rindu tapi apalah daya ada dua orang pengganggu yg sialnya dia tidak bisa menolak kehadirannya, dengan terpaksa Erick menjawab dengan deheman meski wajahnya tidak rela.
"Napa wajah lo?, gak senang gue disini?". Tanya Devian ngegas.
Erick gelagapan karena sang boss'nya bertanya seperti itu, dengan cepat Erick mengubah raut wajahnya menjadi seperti biasa jika berhadapan dengan Devian, "E-enggak kok Boss, gue tadi cuma terkejut aja dengan kedatangan kalian, bukankah tadi kalian ingin makan siang berdua ya?". Ya, akhirnya Erick dapat ide brilliant untuk mengusir mereka secara halus, untung dia mengingat rencana mereka tadi yg ingin makan siang berdua.
"Ya memang rencana awal gitu, tapi berhubung cewek lo udah bawa makanan banyak, sekalian aja kita makan siang bareng, double date gitu". Ujar Devian santai. Devian tidak tau saja jika Erick menggerutu di dalam hati, 'dasar boss tidak modal maunya gratisan'.
"I-iya boleh kok". Lain di mulut lain di hati, Erick memaksakan senyumnya di depan Devian dan Arunika padahal dalam hatinya sudah mendumel tidak jelas.
"Lo jangan salah paham dulu Rick, kita kesini juga atas permintaan cewek lo kok, nih kalo gak percaya". Arunika menyodorkan Hpnya kearah Erick. Memang benar tadi Arunika mendapat chat dari Kiara yg mengajaknya makan siang bareng karena dia sengaja membawa banyak makanan. Hitung - hitung untuk merayakan kesembuhannya. Erick menatap Kiara meminta penjelasan, Kiara yg peka langsung mengkode Erick memintanya agar tidak banyak tanya dulu. Erick yg memang bucin dengan kekasihnya itu hanya menurut saja tanpa protes.
"Gue percaya kok, tapi kok lo punya nomor ponsel Kiara yg baru, jangan - jangan selama ini lo yg nyembunyiin dia dari gue". Erick memicingkan matanya curiga.
"Huft baiklah gue kasih tau, sebenernya emang gue yg sembunyiin Ara tapi gue melakukan itu semata - mata hanya untuk kebaikan Ara, apalagi pas kedatangan bokap lo waktu itu, kaki Ara yg hampir pulih jadi terluka kembali dan lukanya lumayan parah, akhirnya gue memilih untuk membawa Kiara berobat ke luar negeri tanpa ada yg tau dan gue sengaja nyuruh dia untuk mengganti sim card'nya agar saat dalam masa penyembuhan dia bisa fokus". Jelas Arunika pada Erick, Erick yg tadinya cemas menjadi jengkel karena tingkah Arunika. Saat Erick ingin melakukan protes pada Arunika, Devian lebih dulu bicara.
"Apa gak terima lo?". Tanya Devian dengan sorot mata tajam, "Harusnya lo berterima kasih sama Arun karena udah nyelametin cewek lo dan udah bawa dia berobat ke luar negeri, coba aja kalo gak ada Arun dan lo telat sedikit saja, pasti cewek lo bakal lebih parah keadaannya". Erick yg membayangkannya jadi bergidik ngeri.
"Maaf Run, gue hanya takut jika Kiara di tangkap sama Bondan waktu itu". Ucap Erick.
"Udah - udah mending kita makan dulu, ceritanya nanti di lanjut lagi". Sela Kiara, yg di angguki oleh ketiganya. Mereka makan dengan tenang, hanya dentingan sendok yg beradu dengan piring, sesekali Devian meminta Arunika untuk menyuapinya, Devian tidak mau kalah dengan pasangan yg baru saja melepas rindu itu.
***
Clarissa saat ini tengah melakukan perawatan untuk mempercantik diri agar pada saat dia makan malam dengan Devian dia terlihat cantik dan mempesona.
Setelah tiga jam berada di salon dan bersiap - siap, Clarissa akan menjalankan rencana yg telah disusun oleh Marissa, Clarissa bergegas menemui tante Rini yg sudah menunggunya di depan, mereka akan pergi ke mansion Mahawira yg memang kebetulan tante Rini sedang ada perlu dengan oma Renata dan tuan David. Setengah jam perjalanan akhirnya mereka tiba di mansion mewah keluarga Mahawira. Clarissa ikut duduk dan berbicara basa - basi dengan oma Renata dan tuan David untuk menarik simpati mereka, saat oma Renata pergi ke kamar mandi Clarissa memulai aksinya apalagi saat netranya tak sengaja melihat Devian yg akan turun dari lantai atas, kamarnya.
"Maaf tante kayaknya aku gak bisa pulang bareng tante deh, soalnya ada barang yg mau aku beli dulu mumpung masih jam segini". Ucap Clarissa dengan lembut disertai senyum canggung agar tante Rini dan tuan David percaya pada aktingnya.
"Tante gak ngijinin kalo kamu pergi sendiri sayang, ini sudah malam bagaimana nanti kalo terjadi sesuatu sama kamu di jalan". Kata tante Rini sebelum netranya melihat keberadaan Devian yg baru turun dari kamarnya, "Gimana kalo kamu perginya sama Devian aja, kamu mau kan Dev?". Tanya tante Rini dengan sorot mata penuh harap.
"Iya Dev, mending kamu temani Clarissa pergi, sudah lama kan kalian tidak pernah pergi bareng lagi". Tuan David ikut angkat bicara.
Devian hanya bisa pasrah menuruti permintaan kakak beradik itu, lagian Devian juga tidak tega untuk menolak permintaan tante Rini. "Huft.. Baiklah Devian ganti baju dulu". Devian kembali lagi naik ke atas untuk mengganti pakaiannya.
Beberapa menit kemudian Devian dan Clarissa sudah berada di dalam mobil oma Renata, mobil yg biasa di gunakan oleh sopir mengantar jemput oma Renata. Devian sengaja tidak memakai mobilnya yg baru di beli enam bulan yg lalu karena Devian tidak mau jika ada cewek lain yg menumpang mobilnya selain Arunika.
Keheningan dan kecanggungan menyelimuti suasana di dalam mobil, apalagi sorot mata Devian yg datar di tambah aura dinginnya yg membuat siapa saja akan berpikir dua kali untuk menyapanya. Tapi itu tidak berlaku bagi Clarissa yg memang sedang memanfaatkan keadaan, Clarissa berusaha mencairkan suasana dengan membuka obrolan terlebih dahulu.
"Sorry Dev gue ngerepotin elo". Ucap Clarissa lembut, dia menatap Devian dari samping yg sejak masuk mobil tidak membuka suara bahkan Devian tidak menoleh kearahnya meski sebentar.
"Hmm". Devian merespon dengan gumaman tidak jelas.
"Gimana hubungan lo sama Arun?". Tanya Clarissa berbasa - basi.
"Bukan urusan lo, cepat turun sudah sampai". Devian bergegas turun terlebih dulu dan di ikuti Clarissa di belakangnya.
"Dev kita cari makan dulu ya, gue laper belum makan". Ujar Clarissa yg sudah berjalan bersisihan di samping Devian.
"Jangan ngelunjak bisa, cepat cari barang yg lo butuin setelah itu pulang". Ucap Devian dingin dengan pandangan lurus ke depan.
"Tapi gue laper banget Dev, gimana kalo nanti gue pingsan disini emang lo mau gendong gue, ayolah Dev please.. ". Rengek Clarissa sambil menggoyang - goyangkan lengan Devian persis seperti anak kecil yg sedang meminta mainan.
"Ck nyusahin banget sih lo, yaudah mau makan dimana". Devian pasrah menuruti kemauan Clarissa, dia tidak mau jika sampai Clarissa pingsan dan harus menggendongnya.
"Yeay, let's go". Teriak Clarissa dengan riang, dia langsung menarik tangan Devian untuk mengikutinya masuk ke dalam restoran jepang.
"Kita makan disini aja ya Dev". Ucap Clarissa yg sudah mendudukkan pantatnya di kursi lalu di ikuti oleh Devian. Mereka memilih duduk di samping pintu masuk, setelahnya mereka memesan makanan pada pelayan.
"Aduh duh Dev, mata gue kelilipan". Ucap Clarissa sambil mengucek matanya hingga memerah. Devian yg mendengar itu memutar bola matanya malas tapi tetap menoleh kearah Clarissa.
"Kok bisa sih, sini gue liat". Devian menangkup wajah Clarissa dengan kedua tangannya dan mendekatkan wajahnya, Devian menatap lekat wajah Clarissa lebih tepatnya pada manik mata Clarissa, saat ini jarak wajah mereka sangat dekat hanya kurang beberapa centi saja hidung mereka bersentuhan dan kalo di lihat dari jauh mereka seperti sedang berciuman.
"De-Dev ka-kamu.. ". Ucap seorang gadis yg berada di belakang mereka dengan terbata, matanya berkaca - kaca melihat pemandangan di depannya yg membuat hatinya terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO is My Ex (On Going)
Teen FictionBagaimana jadinya jika mantanmu adalah CEO di tempatmu bekerja, apalagi dia yg telah menorehkan luka di hatimu dan membuat kepercayaanmu hilang terhadap lelaki, hingga menganggap semua lelaki itu sama, seperti pepatah "Habis manis sepah di buang". ...