Tak terasa hari - hari cepat berlalu, sudah satu bulan Arunika bekerja di perusahaan MW Group. Weekend ini Arunika ingin bermalas - malasan di apartementnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yg penat, namun sepertinya keadaan tidak mengizinkannya, Arunika baru saja mendapat chat dari Cintya yg berkata ingin bertemu dengannya di sebuah mall terbesar di kota Jakarta, kebetulan saat ini Cintya sedang berada di Jakarta karena mendapat izin cuti seminggu untuk melaksanakan acara pertunangannya dengan kekasihnya. Dengan antusias Arunika mengiyakan ajakan Cintya karena semenjak kepergiannya 6 tahun lalu dia tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Cintya.
Arunika berganti pakaian dengan mengenakan kaos putih yg di lapisi rajut berwarna pastel dengan bawahan celana jeans dan sepatu sneakers membuat penampilannya semakin modis, tidak lupa Arunika memoles tipis wajahnya dengan make up yg membuatnya menjadi semakin cantik natural karena perpaduan warna baju yg kalem tapi elegan jika di lihat.
Setengah jam bersiap - siap Arunika mengemudikan mobilnya menuju mall yg menjadi tempat janjiannya dengan Cintya, Arunika sengaja berangkat lebih awal karena takut macet.
Sampai di parkiran mall xxx, Arunika melihat ada seorang nenek yg sedang menjadi tawanan para preman, nenek itu di paksa masuk ke dalam mobil oleh para preman itu karena saat ini parkiran masih cukup sepi pengunjung, disana juga tidak ada aparat keamanan atau CCTV di sekitar tempat parkir sehingga memudahkan mereka menjalankan rencananya.
Arunika yg tidak tega melihat nenek itu yg kehabisan tenaga karena berontak berniat untuk menolongnya, seketika di kepalanya muncul ide brilliant untuk menghadapi para preman yg berjumlah 3 orang tersebut, untungnya kemana - mana Arunika selalu membawa semprotan gas air mata untuk jaga - jaga apabila ada orang yg berniat jahat kepadanya, dengan pelan Arunika melangkah mendekati mereka."Apa yg kalian lakukan?." tanya Arunika yg berdiri di belakang mereka, dia berpura - pura tidak tau niat jahat mereka, "Lepaskan nenek itu kalau tidak saya akan teriak." lanjutnya.
Arunika sengaja membuat mereka lengah agar cengkeraman di tangan sang nenek mengendur dan bisa mengelabuhi mereka. Dari tempat Arunika berdiri dapat dia lihat jika tangan nenek itu sampai lecet dan luka akibat di seret paksa oleh mereka."Hahaha.. teriak saja tidak akan ada yg mendengarnya." ucap pria berbadan kekar di iringi tawa menggelegar yg memberi intruksi kepad dua anak buahnya melalui kedipan mata, "Jangan ikut campur atau kamu yg akan menjadi santapan kita bertiga cantik, apalagi bodymu yg aduhai pasti sangat nikmat jika kita bisa mencicipinya." lanjutnya sambil mencolek dagu Arunika dan langsung di tepis oleh Arunika.
"Jangan mimpi bisa menyentuh saya." Arunika bergerak cepat dengan memelintir tangan pria yg tadi mencoleknya, "Lebih baik cepat minta anak buah lo lepaskan nenek itu atau tangan lo gue patahin." ucapnya dingin.
"Wouw.. cantik - cantik ternyata galak." ucap salah satu anak buah pria berbadan kekar yg mulai maju mendekati Arunika mencoba menyerangnya.
Arunika yg bisa membaca gerak - gerik dari lawannya dengan mudah menendang dadanya dan tersungkur, sebelum anak buah preman itu melayangkan pukulannya kearah Arunika.
Melihat temannya di tendang, pria yg tadi masih mencekal sang nenek itu akhirnya melepaskan cekalannya, dia maju dan ikut membantu temannya untuk menyerang Arunika.
Arunika yg melihat lawannya mendekat, ini merupakan kesempatannya untuk melumpuhkan mereka dengan cepat sebelum dia kuwalahan menghadapi 3 preman berbadan besar di depannya, Dengan cepat Arunika menyemprotkan gas air mata kearah dua preman yg akan menyerangnya dan pria berbadan kekar di hadapannya yg berhasil melepaskan tangannya yg Arunika pelintir.
Arunika juga melayangkan tendangan pada 3 preman yg terjatuh karena semprotan gas air mata itu. Setelah memastikan lawannya kesakitan dan tak bisa mendekatinya. Arunika mendekat kearah sang nenek tadi, Arunika menuntunnya masuk ke mobilnya dan akan mengantarkan sang nenek ke rumah sakit untuk di obati lukanya, saat Arunika mengecek kondisinya ternyata ada luka di dahinya yg tadi sempat membentur pintu mobil saat di paksa masuk oleh preman tersebut.
Sebelum meninggalkan tempat parkiran, Arunika menelpon Raka untuk mengirim anak buahnya agar membereskan para preman itu dan menempatkannya di tempat yg biasa Raka gunakan untuk menyekap musuhnya, Arunika akan menginterogasi mereka setelah urusannya selesai dan akan menanyakan apa motif mereka, karena Arunika curiga jika ini sudah di rencanakan dan ada seseorang yg menjadi dalang di balik kejadian ini."Nenek bagaimana keadaannya?, apa ada yg luka selain ini?." tanya Arunika saat sudah berada di dalam mobil dan melajukannya membelah jalan raya menuju rumah sakit, "Apa nenek kenal dengan mereka bertiga?, sepertinya mereka sengaja mengincar nenek untuk di sandera." lanjutnya.
"Keadaan nenek sudah lebih baik terima ksih sudah menolong nenek, kamu bisa panggil saya Oma Renata." jawab sang nenek yg ternyata bernama Renata, "Oma tidak kenal dengan mereka, oh ya nama kamu siapa cantik?." tanya oma Renata pada Arunika.
"Saya Leticia oma bisa di panggil Cia, kalau boleh tau kenapa oma pergi sendiri?, kenapa tidak mengajak anak atau cucu untuk menemani?, maaf jika Cia lancang bertanya seperti itu Oma, Cia hanya memberi saran supaya berjaga - jaga karena sekarang banyak kejahatan dimana - mana."
"Tidak apa - apa oma malah senang bisa mendapat perhatian tulus dari kamu, Oma sebenarnya tadi di antar sopir hanya saja mobil yg di kendarai sopir oma mendadak mogok di tengah jalan dan akhirnya oma naik taxi sampai di mall, tapi saat memasuki mall oma di ikuti oleh mereka bertiga dan mereka berhasil menangkap oma saat berada di dalam lift yg saat itu sedang sepi, mereka menggiring oma sampai parkiran dengan membawa pisau sebagai ancaman agar oma nurut dengan mereka." papar oma Renata.
"Tepat seperti dugaan gue, ini pasti sudah di rencanakan, gue akan menyelidikinya." Batin Arunika.
"Oma tenang saja sekarang oma aman bersama Cia, lebih baik kita obati dulu luka oma ya." ucap Arunika saat mereka telah sampai di rumah sakit. Arunika menuntun oma Renata keluar dari mobil menuju UGD.
Satu jam kemudian oma Renata bisa di bawa pulang karena kata Dokter yg menangani beliau tidak ada luka yg serius walau di dahinya harus mendapat jahitan. Arunika berniat mengantar oma Renata pulang setelah sebelumnya melunasi biaya administrasinya dan menebus obat. Namun oma Renata berkata sudah menghubungi sopirnya untuk menjemputnya di rumah sakit.
Arunika dengan sabar menemani oma Renata menunggu jemputannya, mereka berdua bercerita layaknya sudah mengenal lama.Dua puluh menit kemudian sopir oma Renata tiba, Arunika menuntun oma Renata masuk ke dalam mobil dan dia juga berpesan pada pak sopir untuk pelan - pelan agar oma Renata bisa istirahat dalam perjalanan.
Setelah mobil yg di tumpangi oma Renata melaju di jalan raya, barulah Arunika teringat dengan janjinya dengan Cintya, bergegas Arunika mencari ponselnya untuk menghubungi Cintya, tanpa Arunika sadari ada lima belas panggilan tidak terjawab dan juga sepuluh chat dari Cintya. Arunika merasa bersalah karena telah membuat Cintya menunggunya hingga berjam - jam lamanya."Hallo kamu dimana Arun?, dari tadi kakak nunggu dan telponin kamu tapi tidak kamu jawab, kamu tidak apa - apakan Arun?." tanya Cintya yg berada di seberang sana dengan nada khawatir.
"Maaf kak tadi ada sedikit masalah tapi sekarang sudah beres, apa kakak masih disana atau sudah pulang?, biar Arun yg nyamperin kakak." Arunika yg tidak enak hati telah membuat Cintya menunggu hingga berjam - jam.
"Kamu datang saja ke apartement kakak, nanti kakak share loc ya."
"Baik kak, sekali lagi maaf ya kak udah buat kak Cintya nunggu."
"Tidak apa - apa, yasudah kakak tutup teleponnya ya, see you."
"See you kak."
Tutt Tutt Tutt
"Huft.. untung kak Cintya gak marah sama gue." gumam Arunika sambil berjalan menuju mobilnya.
Arunika melajukan mobilnya ke apartement Cintya, yg ternyata Cintya menempati apartement dekat dengan perusahaan tempatnya bekerja.
Arunika memencet bel di samping pintu, saat pintu di buka Arunika terkejut saat mendapati orang asing di hadapannya.
"Cari siapa?." tanya pria asing di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO is My Ex (On Going)
Teen FictionBagaimana jadinya jika mantanmu adalah CEO di tempatmu bekerja, apalagi dia yg telah menorehkan luka di hatimu dan membuat kepercayaanmu hilang terhadap lelaki, hingga menganggap semua lelaki itu sama, seperti pepatah "Habis manis sepah di buang". ...